Istri Kecil Tuan Ju

Ketakutan.



Ketakutan.

0Tepat saat itu, mata Robert membulat sempurna saat melihat kedatangan Maxwell dan Rafael.     

'Sialan ... Bagaimana mungkin mereka bisa ada disini? 'Batin Robert.     

"Halo ... Tuan Robert yang terhormat!" Sapa Maxwell sambil duduk di kursi. Ia tersenyum melihat Robert menatapnya dari kolam renang itu.      

Rafael hanya berdiri tegak di samping Maxwell dengan sedikit cemas.     

Tanpa mengatakan apapun, Tuan Robert segera naik lalu mengepel tubuhnya yang basah menggunakan handuk itu.     

"Ada perlu apa tuan Maxwell datang menemui saya lagi?" Tanya Tuan Robert setelah ia duduk di seberang Maxwell dengan ekspresi yang tegang.     

"Jangan terlalu tegang. Aku kesini hanya untuk bertanya tentang kebun anggur mu. Bukankah kamu bilang akan memikirkannya terlebih dahulu sebelum mengatakan ia padaku?" Tanya Maxwell dengan nada suara yang lembut.     

Seketika itu Robert terkejut. Ia menjadi gelagapan karena ia baru ingat akan janjinya itu.     

"Kenapa kamu diam? Apakah kamu sudah menjualnya ke orang lain?" Tanya Maxwell lagi sambil menancapkan pisau buah itu di meja yang berada di depannya.     

Tuan Robert langsung kaget karena ia bisa merasakan aura iblis Maxwell sudah keluar. Akan tetapi, ia tidak ingin menunjukkan ketakutannya kepada Maxwell.     

"Lebih baik tuan Maxwell yang terhormat mencari kebun anggur yang lain. Karena kebun saya itu sudah terjual." Kata Robert sambil tersenyum.     

"Hahahaha ... " Maxwell tertawa cukup kerap sehingga Rafael semakin bergidik ngeri karena ia tahu apa arti dari tawa itu.     

"Jadi, kamu mempermainkan Maxwell Adamson?" Tanya Maxwell setelah ia berhenti tertawa.      

"Ini kebun anggurku. Jadi, aku berhak menjualnya ke siapapun. " Jawab Robert dengan ketus.      

"Oleh karena itu, batalkan penjualannya dan aku yang akan membayar kerugiannya, bagaimana?" Maxwell masih menunjukkan sikap baiknya kepada Robert.     

Robert malah tersenyum lalu menyesap minumannya.      

'Astaga ... Kenapa tua bangka  ini malah memprovokasi bos? Tidakkah dia bisa menangkap aura kematian yang bos bawa? Jadi, tolong setujui permintaan bos ku agar kamu selamat!' Batin Rafael dengan cemas.     

"Tuan Maxwell, saya tahu kalau  anda adalah ketua Mafia di Eropa. Tapi, anda juga harus tahu siapa saya. Keluarga besar JJ Grup dan Luan Grup ada di pihak saya. Jadi, jika anda membuat masalah dengan saya, tentu anda akan bermasalah dengan dua keluarga itu." Ucap Robert dengan percaya diri.     

Maxwell langsung tersenyum mendengar apa yang Robert katakan.  Setelah itu, Maxwell memasukkan tangan kanannya ke sakunya.      

Rafael terkejut saat melihat Maxwell mengeluarkan pematik emasnya yang merupakan tanda waspada.     

"Yakin ... Kamu tidak akan menyesali keputusanmu ini?" Tanya Maxwell sambil memainkan pematik nya.     

"Maaf, tapi saya sudah membuat keputusan dan tidak mungkin saya ubah. Jadi, aku mohon pergilah!" Setelah mengatakan itu, Robert mengambil buah apel yang ada di meja.     

Tepat saat itu, Maxwell mencabut kembali pisaunya lalu menancapkan pisau itu di tangan Robert.     

"Argg ... " Robert berteriak  dengan sangat keras sambil melihat tangannya.      

"Tanganmu tidak kena kenapa kamu berteriak? Apa kamu pikir pengawal mu akan datang menolong mu?" Tanya Maxwell sambil tersenyum.     

Robert pun melihat kembali tangannya dengan ragu. Ia pun merasa lega saat menemukan tangannya masih seperti sedia kala.     

"Aku akan memotong jarimu yang sudah  menandatangani surat penjualan kebun itu jika kamu tidak memberikan aku salinannya. Kebun itu adalah hadiah buat nenekku. Aku tidak mungkin tega menyakitinya jika aku kehilangan kebun anggur itu. " Bisik Maxwell.     

Mata Robert langsung melotot, karena ia pernah mendengar tentang kebuasan Maxwell yang tidak pernah kenal ampun itu.      

Ia juga pernah mendengar kalau Maxwell adalah pembunuh berdarah dingin yang ditakuti oleh Raja Eropa. Apakah mungkin dia akan menjadi korban berikutnya?     

"Aku akan membuatmu menyesal karena pernah mengancam ku dengan ini!" Kata Robert sambil menarik kembali tangannya dengan berani karena ia yakin kalau dia berada dalam perlindungan dari dua keluarga hebat itu.     

Setelah itu ia membuat panggilan kepada ketua pengawal nya.      

Maxwell dan Rafael hanya terdiam melihat apa yang Robert lakukan.     

"Halo ... Dimana kalian samua? Kenapa kalian membiarkan pembunuh kejam ini masuk?" Teriak Robert dengan gemetaran karena ia sudah merasa berada di ambang kematian.     

"Halo Taun Robert! Maaf karena semua pengawal anda sudah mati!"      

Robert menjatuhkan ponselnya karena gemetaran setelah mendengar suara orang asing dari seberang telpon itu.     

Ia pun semakin terkejut dan gemetaran ketika melihat Maxwell menunjukkan sebuah Vidio.      

Terlihat jelas wajah ketakutan anak dan istrinya  di dalam Vidio itu.      

"Tolong ... " Anaknya yang paling kecil menangis sesegukkan sambil meminta pertolongan berulang kali.     

Dan yang lebih mengerikan, ia melihat pisau yang begitu tajam menempel di leher istrinya hingga mengeluarkan darah. Sedikit lagi, pisau itu bisa membuat istrinya mati dalam hitungan detik.     

Robert akhirnya berlutut dan memohon kepada Maxwell sambil menangis.     

"Tolong jangan lukai istriku. Kamu sudah membunuh semua pengawal ku. Jadi, tolong jangan bunuh keluargaku."     

Maxwell meminta pengawal khusus untuk membantunya menyerang semua anak buah Robert. Sedangkan pengawalnya yang biasa sedang menikmati makan bersama di sebuah restauran mahal. Akan tetapi, Maxwell sudah menyiapkan kejutan buat mereka disana sebagai hadiah karena sudah gagal mencegah orang lain untuk membeli kebun anggur itu.     

"Hahahaha ... Kamu lah yang sudah membunuh semua pengawal mu dengan kesombongan mu. Sekarang, nyawa keluargamu ada di tanganmu lagi. Apakah kamu masih mau bertahan?" Kata Maxwell sambil membelai pipi Robert dengan pisau yang dia pegang.     

"Tolong ... Jangan lakukan apapun pada mereka. Sekarang juga aku akan meminta pelayan ku untuk mengambil salinannya dan akan menyerahkan kebun itu untukmu. Kebetulan sertifikat aslinya masih ada padaku. Perwakilan  Tuan Ju keburu pulang sebelum sertifikat itu sampai di sini. " Kata Robert dengan suara yang bergetar.      

"Kenapa kamu harus mengorbankan banyak nyawa hanya untuk melakukan ini. Sekiranya kamu menyerah lebih awal, mungkin semua orang akan baik-baik saja. Sekarang, ambil barang yang kamu maksud!" Ucap Maxwell sembari melepaskan Robert.     

"Iya."     

Setelah itu, Robert segera berlari menuju ruang kerjanya untuk mencari dokumen yang dia maksud. Ia terburu-buru sehingga ia gemetaran dan membuat semuanya berantakan.     

Gilirannya tertuju kepada anak dan istrinya. Untuk sesaat, ia bingung bagaimana Maxwell bisa menyandra anak dan istrinya, karena seingatnya penjagaan di rumahnya sangat ketat karena dia jaga oleh beberapa petugas polisi dan pengawal terlatih.     

Sesaat kemudian.      

Robert kembali lagi ke hadapan Maxwell yang sedari tadi menunggunya dengan kesal.     

"Ini  salinannya!" Kata Robert sambil menjulurkan dokumen itu.      

Rafael langsung mengambil lalu memeriksa keasliannya.      

"Bos, ini asli!" Bisik Rafael.      

Maxwell pun langsung mengangguk dan tersenyum kearah Robert.      

"Kalau begitu, segera kita tanda tangan karena aku sudah mulai bosan berada di sini." Ucap Maxwell dengan tidak sabaran.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.