Istri Kecil Tuan Ju

Tidak Mampu Jujur!



Tidak Mampu Jujur!

0Julian merasa puas karena para mahasiswa dan mahasiswi antusias mengikuti kuliah yang dia bawakan. Dia pun tidak lupa untuk melirik Qiara yang ekspresinya masih di tekuk.     

'Apa yang dia fikirkan? Kenapa aku tidak bisa menebaknya? Apakah penglihatanku tidak begitu baik? Ahhh... sepertinya aku harus istirahat sebentar di mobil. Qiara juga masih lama pulangnya. ' Batin Julian.     

Setelah membatin, Julian pun segera meninggalkan kelas dengan ekspresi sangat dingin sehingga semua mahasiswa dan mahasiswi tidak ada yang berani menyapanya. Atau pun sekedar mendekatinya.     

"Dia memang tampan seperti pengeran berkuda dari Inggris. Tapi, dia terlalu dingin sehingga aku merinding setiap melihat tatapannya di TV. Setelah mihatnya secara langsung aku tidak merinding biasa, melainkan merinding ingin memeluknya. " Bisik Vega sambil menatap Julian dengan langkah yang berirama.      

Bahu lebarnya sukses membuat para mahasiswi ingin memeluknya dari belakang.      

"Hah? Apanya yang tampan? Dia malah kemanisan, dan hanya semut -semut bodoh lah yang mau memeluknya!" sahut Qiara sambil memasukkan buku di tasnya.      

'Semut bodoh? Apa itu artinya aku termasuk? Karena aku beberapa kali memeluknya. Aaaahhh ... Pusing. Pokoknya aku harus memberi pelajaran pada Julian agar tidak seenenaknya menjadi dosenku. 'Batin Qiara dengan kesal.      

"Ohh ya, aku pusing banget tidak tau kenapa? Apa kamu bisa mengizinkanku untuk tidak mengikuti kuliah selanjutnya?      

"Kata Qiara lagi dengan raut wajah yang pucat.      

"Ya ampun Qiara... Ada apa dengan wajahmu? Kenapa kamu pucat sekali? Baiklah, kamu pulang saja! Aku akan mencatatkan materi mata kuliah yang kamu lewatkan agar kamu tidak ketinggalan."Kata Vega dengan khawatir.      

"Terimakasih ya Vega! Aku pasti akan membalas kebaikanmu nanti. " Sahut Qiara sambil tersenyum.      

Setelah mengatakan itu Qiara keluar dari kelas tentunya setelah Julian tidak terlihat lagi di sekitar kelasnya.      

Vega terdiam ketika mendengar kalau Qiara akan membalas kebaikannya. Ia tidak berharap begitu saat mengatakan ingin membantu Qiara.      

Ia pun tidak sempat untuk mengatakan tidak perlu karena Qiara keburu pergi.      

Ketika dia akan naik taxi. Tangannya di tarik oleh Qiano. Seketika itu Qiara langsung terkejut dan menoleh kepada Qiano.      

"Apa yang kamu lakukan? " Tanya Qiara dengan ekspresi ketakutan, sebab dia tau kalau Julian masih ada di kampus.      

Bukan karena dia takut Julian cemberu, melainkan dia tidak ingin Qiano berurusan dengan Julian. Sedang Qiano tidak punya kekuatan seperti Julian.      

"Ra, aku bisa jelasin yang diatas atap itu. " Kata Qiano dengan ekspresi yang rumit.      

"Aku tidak perduli dengan itu. Sekarang lebih baik kamu lepaskan aku! "      

Qiara benar - benar takut Julian akan melihatnya. Ia pun berusaha untuk melepaskan diri dari Qiano.      

"Ra, aku mohon beri aku kesempatan untuk bicara? " Qiano yang tau betul watak Qiara, membuatnya tidak mudah menyerah terhadapa sesuatu.      

"Aku harus pergi, jadi tolong lepaskan aku! " kata Qiara sambil menyingkirkan tangan Qiano.      

Namun, Qiano tetap bertahan dan tidak mau melepaskan tangan Qiara. Tepat saat itu, Qiara merasa kepalanya sangat pusing. Dunia seakan berputar.      

Tidak lama kemudian, tubuh Qiara melemas. Seketika itu Qiano menangkap tubuhnya yang hampir jatuh ke tanah.      

"Ra ... "     

Qiano menjadi panik. Mumpung ada supir taxi, Qiara pun langsung dibawa masuk oleh Qiano dengan cepat.      

"Ke rumah sakit terdekat pak!" Seru Qiano setelah ia memasuki taxi bersama Qiara.      

"Baik! "Jawab Sopir itu sambil menyalakan mesin mobilnya. Tidak lama setelah itu, taxi meninggalkan kampus.      

Saking panik nya, Qiano pun lupa untuk memberitahu temannya kalau ia tidak bisa mengikuti mata kuliah di jam berikutnya.      

'Ra, kamu kenapa sih? Kenapa wajahmu begitu pucat? Aku harap kamu tetap kuat dan baik - baik saja!' Batin Qiano seraya menatap wajah Qiara dengan patah hati. Tanpa sengaja, air matanya jatuh saking khawatirnya.      

Dua musuh bebunyutan itu berada dalam masalah serta kekacauan yang menggila. Qiara yang mencintai Qiano tidak ingin membuatnya terluka jika mengetahui dirinya sudah menikah. Namun, ia tidak sanggup melihatnya bersama orang lain. Lalu, apa arti Julian baginya?      

Tidak lama setelah itu, mereka sampai di rumah sakit. Dengan cepat Qiano membawa Qiara untuk masuk ke UGD.      

"Dokter bagaimana dengan teman saya? "tanya Qiano dengan khawatir.      

"Dia baik - baik saja. Hanya sedikit kelelahan. Sepertinya dia sudah melakukan pekerjaan berat. " Jawab Dokter itu sambil tersenyum.      

"Apa saya sudah boleh melihatnya? " Tanya Qiano.      

"Iya. Bahkan dia boleh pulang hari ini setelah dia beristirahat beberapa saat. " Jawab Pak Dokter.      

"Terimakasih Dokter! "     

Setelah mengucapkan terimakasih, Qiano pun langsung masuk ke ruangan Qiara.      

"Ra, apa kamu sudah merasa lebih baik? "Tanya Qiano setelah ia berdiri di hadapan Qiara.      

"Kenapa kamu masih ada disini? "Tanya Qiara seraya memalingkan wajahnya dengan tega.      

"Ummm... Sebelum aku pergi. Aku mohon padamu agar mendengar penjelasanku! " Kata Qiano dengan suara yang lemah lembut.      

Qiara tidak mengatakan apapun. Dia hanya menggigit kukunya untuk menahan diri agar tidak menangis. Sebab dia merasa sangat lapar di tambah perasaannya yang kacau.      

"Begini, malam itu Rena datang ke tempat tinggalku. Aku tidak bisa mengusirnya karena dia sudah jauh - jauh membawakanku makanan. Setelah makan, terjadi hal kecil yang harusnya tidak terjadi. Kami pun masuk ke kamarku, namun itu tidak berlangsung lama karena aku sadar lalu menyuruhnya pergi. Sejak saat itu, aku tidak pernah lagi bertemu dengannya. " Jelas Qiano ketika ia merasa kalau Qiara sudah menyipakan telinga untuk mendengarnya.      

Qiano tau betul kalau Qiara benci orang yang berbohong. Oleh karena itu ia berusaha jujur meskipun itu memalukan.      

Mendengar penjelasan Qiano. Hati Qiara teriris. Bukan karena tidak rela. Melainkan merasa bersalah karena tidak mampu jujur pada Qiano, yang merupakan pemuda tampan yang berhasil mencuri hatinya sejak dia masuk duduk di bangku SMP itu.      

"Kenapa kamu harus repot - repot menjelaskannya? Aku tidak memintamu melakukannya. Lagi pula, kita hanya teman dan aku tidak perduli kau dekat dengan siapapun. "Ucap Qiara yang tidak ingin memperlihatkan wajahnya.      

"Karena aku mencintaimu. Aku tidak bisa sehari tanpa melihatmu. Ada yang hilang rasnya saat kamu tidak ada. Aku lebih baik menjadi musuhmu asalkan setiap hari bisa melihatmu. "      

Mendengar ungkapan Qiano yang terdengar sangat tulus. Air mata Qiara semakin deras. Ia tidak sanggup membayangkan apa yang akan terjadi dengan Qiano jika dia memberitahunya tentang pernikahan itu.      

"Lupakanlah tentang cinta, karena kita belum saat nya untuk cinta - cintaan. Itu kan yang kamu katakan waktu itu? Jadi, fokuslah sama kuliahmu dan raih mampimu. Karena aku tidak mencintaimu. "     

Hati Qiano terasa sangat sakit saat mendengar penolakan Qiara. Dia tidak menyangka kalau sinyal yang Qiara berikan padanya selama ini hanyalah fatamorgana.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.