Istri Kecil Tuan Ju

Kekhawatiran Julian



Kekhawatiran Julian

0Beberapa menit di dalam Lift seakan sangat lama baginya karena kecemasan menggila yang dia rasakan di dalam hatinya.     

Tidak lama kemudian, lift akhirnya terbuka tepat di lantai satu. Dengan cepat Julian keluar dari lift dan langsung menghampiri Andi yang sedang beridiri di lobi dengan gelisah menatap ponselnya.      

"Apakah para pengawal itu sudah menelpon? "Tanya Julian dengan ekspresi yang gelap.     

Tepat saat itu dering ponsel Andi berbunyi sebelum ia menjawab pertanyaan Julian.      

"Ini telpon daei mereka, saya akan mengangkatnya sekarang! "Kata Andi.      

"Cepat angkat!" Seru Julian dengan tidak sabaran.      

"Baik bos! "     

Setelah mengatakan itu, Andi pun segera mengangkat panggilan itu tanpa menunggu lama lagi.      

"Hallo?" kata Andi terlebih dahulu setelah menggeser icon berwarna hijau di ponselnya.      

"Hallo Pak Andi! Kami sudah nenemukan Ny. Bos, dia sudah keluar dari Hotel beberap menit yang lalu. Menurut rekaman CCTV yang berada di depan gerbang Hotel. Ny. Bos, pergi meninggalkan Hotel menggunakan taxi. "Jelas pengawal itu dari seberang telpon.      

Mendengar laporan pengawalnya dari seberang telpon yang dia dengar karena Andi menyalakan speakernya nya, tanpa mengatakan apapun Julian pun langsung berlari menuju pintu keluar. Dia sangat khawatir Qiara akan kenapa-napa ditengah jalan karena kondisinya tidak baik.      

Andi tertegun melihat Julian yang berlari seperti orang gila tanpa mengatakan sepatah katapun padanya.      

'Sepertinya bos yang perkasa dan tidak bisa dibantah serta ditakuti oleh banyak kalangan itu sangat mencintai istrinya. Ny. Bos sangat beruntung memiliki suami seperti bos yang perhatian dan selalu memanjakannya. 'Batin Andi.      

Setelah selesai membatin, Andi pun segera kembali keacara pesta karena dia harus memastikan pesta berjalan lancar hingga akhir.      

Di waktu yang sama, Qiano juga mencari keberadaan Qiara. Ia merasa heran karena ia merasa begitu cepat Qiara menghilang padahal dia baru saja melihatnya duduk sendiri.      

"Qiano, ayo kita pulang bersama! "Kata Rena seraya menarik lengan Qiano.      

"Kamu pulanglah sendiri! "Kata Qiano seraya melepaskan genggaman tangan Rema dari lengannya.      

"Aku tidak mau. Pokoknya aku ingin pulang bersama kamu. Titik! "Kata Rena dengan mengeratkan pegangan tangannya di lengan Qiano.      

Melihat kelakuan Rena yang mulai keras kepala dan menyebalkan, Qiano menarik nafas dalam saking kesalnya dengan makhluk seperti Rena.      

"Aku bilang lepaskan! Aku tidak akan pulang bersamamu, aku bisa pulang sendiri! "Kata Qiano sambil menatap Rena dengan sinis.      

Melihat tatapan mengerikan Qiano, Rena langsung melepaskan tangannya dari lengan Qiano sambil tesenyum.      

"Aku sudah melepaskan lenganmu! Jadi, jangan marah lagi! "Kata Rena dengan tampang yang tidak menunjukkan rasa belas kasih atau rasa bersalah.      

Tanpa mengatakan apapun, Qiano langsung pergi meninggalkan Rena dengan kesal dan muak karena Rena selalu mengikutinya.      

'Uhhh ... Wajahnya semakin seksi kalau marah begitu, aku merasa semakin suka dan tergila-gila padanya, karena dia tidak palsu.' Batin Rena sambil tersenyum licik.      

"Sepertinya cintamu bertepuk sebelah tangan. "     

Mendengar suara itu. Rena langsung menoleh kepada sumber suara yang sudah berdiri tepat di sampingnya.      

"Jhonatan Al Vero, apa itu kamu? "Ucap Rena seraya menyeringai kepada Natan.      

"Tampaknya kamu mulai hilang ingatan gara-gara di tolak sampai kamu lupa siapa aku. "Kata Natan lagi membalas ucapan Rena yang berpura-pura tidak mengenalnya.      

"Apa kamu mau membalasku karena aku selalu menolakmu? "Tanya Rena seraya tersenyum pahit kearah Natan.      

Natan menyesap minumannya sampai habis kareja begitu kesal kepada Rena, dia tidak menyangka bisa sekesal ini pada seorang perempuan selain dari kakak ipar kecilnya yang benar-benar menyebalkan.      

"Aku tidak tau apa tujuan kakak ku memilihmu, padahal kamu tidak ada bagusnya, selain itu kamu tidak pantas menjadi brandambasador sebuah produk yang lembut dan berkelas seperti parfum produksi JJ Grup." Kata Natan yang sudah mulai menunjukkan permusuhan dengan Rena.      

Rasa cinta yang berubah menjadi amarah itu wajar terjadi dalam pergaulan anak muda, fikir Natan.      

"Apa kamu fikir kalau kamu itu layak? Manusia sekotor dirimu cocok menjadi brandambasador untuk produk sampah."     

Setelah mengatakan itu, Rena tersenyum licik lalu pergi meninggalkan Natan dengan ekspresi gelapnya yang tidak terima di anggap tidak layak.      

'Apa dia perempuan? Kenapa mulutnya sangat pedas? Aku tidak percaya karena pernah menyukai perempuan jadi-jadian Rena. 'Batin Natan dengan ekspresi yang semakin gelap.      

Teapat saat emosinya lagi memuncak, Natan tidak sengaja melihat Yumi berjalan melewati pintu menuju taman. Seketika itu hatinya melunak, ia pun segera berlari untuk mengejar Yumi mumpung dia masih punya kesempatan untuk bertemu dengannya.      

"Yumi! "     

Natan menarik lengan Yumi dari belakang setelah ia berhasil mengejar Yumi, tepatnya di depan Lift menuju pintu keluar dari Hotel. Seketika itu Yumi terkejut dan langsung jatuh kepelukan Natan.      

"Auhh ... " Yumi meringis kaget ketika wajahnya menempel di dada Natan.      

Karena tubuh Yumi besar, Natan hampir hilang keseimbangan saat Yumi menabrak tubuhnya.      

'Ada apa ini? Kenapa aku merasa sangat akrab dengan parfum ini? Apakah ini Natan?' Batin Yumi seraya mendongak untuk memastikan kalau itu adalah Natan.      

Tepat saat dia mendongak, Natan pun menunduk melihatnya, seketika itu mereka berdua tertegun dan tenggelam dalam perasaan masing-masing.      

'Aku selalu merasa ada yang berbeda dari tatapan Yumi. Matanya cantik walau tubuhnya besar yang membuatnya sering tidak percaya diri untuk memperlihatkan dirinya. Tapi, aku sudah menghancurkan masa depannya. Apa yang harus aku lakukan untuk menebus kesalahanku? 'Batin Natan seraya memperlembut tatapannya.      

"Apa yang kamu lakukan? Lepaskan aku! "Kata Yumi seraya mendorong tubuh Natan agar menjauh darinya.      

"Maafkan aku! Aku hanya ingin bicara denganmu. "Kata Natan dengan ekspresi bersalah.      

"Sudah aku katakan padamu jika aku tidak mau bicara denganmu. Oleh karena itu jangan berusaha menemuiku lagi! Dan satu hal lagi, aku sudah memaafkanmu. Jadi, jangan ganggu aku lagi? "Sahut Yumi sambil menunduk karena dia tidak berani melihat mata Natan.      

Mendengar ucapan Yumi, Natan terdiam karena dia merasa sedih. Ia tidak menyangka persahabatan yang beberapa hari yang lalu berubah menjadi kebencian, Yumi tampak sangat membencinya dan tidak mau lagi bertemu dengannya lagi.      

Setelah mengatakan itu, Yumi masuk ke dalam lift saat sudah terbuka. 'Natan, tolong maafkan apa yang sudah aku lakukan ini, dan selamat tinggal! Aku tidak akan muncul lagi seperti keinginan Papamu. 'Batin Yumi seraya menatap tajam kearah Natan yang terdiam mematung. Tepat saat itu, Natan tersadar dari kediamannya. Ia pun melihat Yumi sudah berada di dalam lift. Seketika itu pun Natan kaget sehingga ia langsung berteriak mengatakan apa yang ingin dia katakan pada Yumi. Walaupun mungkin apa yang dia akan katakan ini berat dalam hatinya, tapi dia harus mengatakannya sebelum ia menyesal.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.