Istri Kecil Tuan Ju

Demi Qiara



Demi Qiara

0"Saya akan kirim detail kejadian ini beserta siapa penanggung jawabnya ke email anda agar anda bisa mengambil keputusan apa yang harus anda ambil. Saya akan menunggu perintah dari Anda." Kata Andi.     

"Baiklah, lakukan dengan cepat! " Seru Julian dengan tegas.     

Setelah mengatakan itu, Julian pun menutup panggilannya dengan ekspresi gelap.      

Tidak lama setelah itu, Julian kembali menghubungi Eny setelah membaca email dari Andi.     

"Hallo bos!"      

"Eny, pergilah bersama Andi ke kota C! Urus semuanya sampai selesai,berikan konpensasi yang pantas bagi korban dan keluarganya, setelah itu kamu usut siapa biang keladi dari kejadian ini! " Seru Julian.     

"Baik bos! Saya akan melaksanakan perintah anda. Hari ini juga, saya dan pak Andi akan pergi ke kota C. Tapi, apakah saya boleh berpendapat? " Kata Eny lagi sebelum menutup panggilan.      

"Katakan saja! " seru Julian tanpa ekspresi.      

"Biasanya bos langsung turun tangan untuk menyelesaikan masalah di kantor walaupun itu kecil. Tapi, kenapa bos meminta kami yang harus mengurus masalah ini? Tidakkah sebaiknya bos yang terjun karena ini benar-benar masalah besar. " Kata Eny dengan menggunakan kalimat yang tidak terkesan memerintan bosnya.      

"Aku ingin datang dan langsung mengurus semuanya sampai selesai. Tapi, aku tidak bisa melakukannya karena istriku sedang di rumah sakit dan sangat membutuhkanku. Jadi, aku ingin kalian datang mewakiliku untuk minta maaf pada keluarga korban."Jawab Julian dengan perasaan yang tidak tenang.      

"Baiklah kalau begitu bos, saya dan pak Andi akan mewakili anda untuk menemui mereka. "      

Setelah bicara dengan Eny, Julian pun menatap tajam kearah taman rumah sakit. Ia ingin sekali menyelesaikan masalah yang cukup berat ini sendiri, akan tetapi istrinya benar-benar tidak bisa ia tinggal begitu saja. Apalagi Qiara sedang manja-manjanya.      

"Julian! "     

Mendengar suara itu, Julian pun langsung menengok kearah tempat tidur pasien, seketika itu ia melihat Qiara memandangnya.      

"Sayang, bukankah tadi kamu sudah tidur? Kenapa terbangun? Apa kamu mau sesuatu? " Tanya Julian dengan nada suara yang lembut.      

"Aku tidak mau disini, aku ingin pulang! " Rengek Qiara dengan mata berkaca-kaca.      

"Apakah perutmu sudah tidak sakit lagi? "Tanya Julian .      

"Iya, semuanya sudah baik-baik saja! Lagi pula kamu harus bekerja bukannya malah menungguku disini. " Jawab Qiara.      

"Aku tidak apa-apa menjagamu, pekerjaan bisa menyusul belakangan. Jadi, kamu jangan mikir macam-macam ya! Sebaiknya kamu fokus sama kesehatanmu dan aku akan menjagamu! Jadi, tidurlah! " kata Julian yang merasa bersalah karena sudah bicara keras dengan Eny sehingga Qiara mendengarnya.      

"Aku sudah sehat! Jadi, aku mau pulang hari ini juga. Titik! " Kata Qiara yang mulai keras kepala dan tidak bisa dibantah.      

"Baiklah, aku akan meminta dokter untuk melepas infusmu baru kita bisa pulang. " Kata Julian yang tidak ingin memancing emosi Qiara.      

"Iya. " Sahut Qiara dengan bernafas lega.      

Tidak lama kemudian. Dokter masuk dan langsung melepas infus Qiara. Setelah itu Julian membawa Qiara pulang sesuai permintaan istri kecilnya itu.      

"Aku ingin makan ayam goreng buatan Bibi Mu, selain itu aku akan menghabiskan hariku untuk main game dan menikmati cemilan yang sudah aku beli kemarin, sepertinya masih banyak yang sisa. " Kata Qiara sambil melirik Julian yang fokus menyetir.      

"Kamu tida diperbolehkan lagi makan sembarangan termasuk cemilan itu, kamu hanya akan makan makanan yang dibuat oleh Bibi Mu. Karena kalau tidak, perutmu bisa sakit lagi. Kecuali kamu mau ke rumah sakit lagi! "Kata Julian dengan tegas karena dia tidak kau kejadian ini terulang kembali.      

"Tapi ... "     

"Tidak ada tapi-tapian. Pokoknya, kamu tidak boleh memakannya, jika kamu membatah maka aku tidak segan-segan akan memberi peringatan keras kepadamu. "Kata Julian lagi menyela apa yang akan dikatakan oleh Qiara namun tidak bisa dilanjutkan lagi.      

"Iya, aku tidak akan memakannya lagi, apa kamu puas! " Sahut Qiara seraya memalingkan wajahnya dari Julian dengan kesal.      

"Bagus kalau begitu. Sekali-kali jadilah istri yang penurut, semua ini demi kebaikanmu sayang! "     

Setelah mengatakan itu. Julian kembali fokus menyetir karena dia tau betul kalau Qiara sudah ngambek maka tidak ada yang bisa bicara dengannya. Sehingga ia memilih diam karena itu lebih baik dari pada dia lanjutkan bisa bertengkar ujungnya.      

Sementara itu di depan Asrama, Natan mencoba menemukan Yumi karena ia merasa bersalah dan ingin minta maaf.      

Namun, hingga siang Yumi tidak terlihat keluar dari Asrama sehingga Natan mulai bingung. Karena merasa penasaran. Natan pun keluar dari mobilnya seraya melepas kaca matanya. Setelah itu ia berjalan masuk ke Asrama lalu menemui penjaga Asrama itu untuk menanyakan keberadaan Yumi.      

"Ohhh ... Ada apa si ganteng Natan datang ke Asrama? "Tanya salah satu mahasiswi yang tinggal di Asrama itu.      

"Apa mungkin dia mau cari seseorang? Atau, dia punya pacar disini? "     

"Bisa jadi, karena beberapa hari yang lalu Tuan Ju juga datang kesini untuk menjemput perempuan yang sekamar sama si gendut Yumi. "     

"Apa mungkin dia mencari Yumi ya? "     

"Jangan ngarang kamu! Mana mungkin seorang Natan mau mencari Yumi, kecuali dia sudah buta dan tidak bisa membedakan mana gadis cantik dan jelek."     

"Iya juga sih. "     

Mereka semua terus berbisik sambil memperhatikam Natan ngobrol dengan penjaga Asrama tanpa tau apa yang Natan obrolin.      

"Natan, ada yang saya bisa bantu? "Tanya penjaga Asrama itu dengan ramah karena dia tau siapa Natan.      

"Umm... Saya ada urusan dengan salah satu mahasiswi disini. Apakah saya boleh bertemu dengannya? "Jawab Natan dengan ramah juga.      

"Katakan siapa mahasiswi itu, aku akan memanggilkannya untukmu. " kata sanga penjaga Asrama.      

"Nimas Ayumi, mahasiswa semester lima jurusan ekonomi. "     

Mendengar nama itu, sang penjaga Asrama langsung tersenyum karena dia sudah lama kenal, dan Yumi termasuk mahasiswi yang tinggal paling lama di Asrama.      

"Yumi? Kemarin dia pamit mau pulang kampung, katanya dia mau cuti kuliah selama satu semester. Tapi, dia belum membawa barangnya karena dia menitipnya padaku seraya menunggu orang untuk mengambilnya. "Jelas sang penjaga Asrama.      

Natan kaget ketika mendengar berita itu dari sang penjaga Asrama. Dia fikir Yumi melakukan semua itu karena ingin melarikan diri darinya atau mungkin ini karena Papa nya.      

"Maaf, bolehkan saya mengantarkan barangnya? Karena saya mau menemuinya di desannya, bisakah saya minta alamat desanya? " Kata Natan menawarkan diri untuk mengantarkan barang-barang Yumi.      

"Tapi, bagaimana dengan orang yang akan datang mengambil barang-barangnya? " Kata penjaga Asrama itu dengan khawatir kalau Natan akan melakukan hal buruk.      

"Aku akan menelpon Yumi. Tapi, jika nanti dia datang, berikan saja dia uang ini sebagai upahnya yang sudah jauh-jauh kesini. Aku mohon berikan aku alamatnya karena aku benar-benar ada urusan dengan Yumi sebelum aku berangkat ke Australia. " Kata Natan dengan ekspresi memohon.      

Sang penjaga Asrama terdiam sejenak, dia masih ingat pesan Yumi agar barangnya harus diberikan kepada orang yang dia kirim. Tapi, dia merasa kasian pada Natan yang tidak punya waktu banyak.      

"Baiklah, kamu bisa tunggu aku sebentar! "     

Sang penjaga Asrama akhirnya mau memberikan alamat kampung Yumi, karena dia merasa tidak enak dengan Natan yang terlihat menyedihkan, walaupun dia tidak tau hubungan apa yang sedang dijalani Natan dan Yumi.      

"Ini alamatnya! Desa ini cukup jauh, kemungkinan kamu akan sampai tiga sampai empat jam, itupun menggunanan bus. Tapi, kalau kamu pakai mobilmu sendiri bisa jadi hanya dua jam lebih sedikit. "Jelas Penjaga Asrama itu yang sudah pernah datang ke kampung Yumi.      

"Saya mengerti! Terimakasih banyak karena anda mau memberikannya pada saya, kalau begitu saya pamit dulu! "Kata Natan seraya membawa dua koper Yumi yang diberikan oleh penjaga Asrama.      

"Sama-sama! " Sahut penjaga Asrama itu.      

Tidak lama kemudian, Natan pergi meninggalkan Asrama itu dengan cepat tanpa memperdulikan banyak mata yang memperhatikannya.      

Sepanjang perjalanan, Natan mencoba menghubungi Yumi, namun tidak juga diangkat sehingga ia merasa frustasi.      

'Kenapa harus kabur begini? Kamu tidak salah kenapa kamu harus menanggungnya? Aku ingin minta maaf padamu karena sudah merusak masa depanmu!' Batin Natan dengan perasaan yang kacau.      

Tepat saat itu, ia berhenti mendadak ketika melihat Rena berada di jalan bersama seorang lelaki dengan sangat intim. Dia menyukai Rena dan sudah lama dia mengincarnya, akan tetapi dia tidak punya nyali untuk mendekati Rena yang memiliki tempramen yang buruk sehingga tidak sembarang orang bisa dekat dengannya.      

"Bukankah itu Rena dan anak baru yang sedang di gandrungi oleh para gadis di kampus? Ngapain dia jalan bersama Rena? Apakah mereka sudah pacaran? " tanya Natan pada dirinya sendiri seraya memperhatikan Rena dan lelaki itu yang tidak lain adalah Qiano.      

Karena penasaran, Natan pun segera membuat panggilan kepada Rena. Dengan harap-harap cemas, Natan menunggu panggilannya diangkat.      

"Halo," Terdengar suara lembur dari seberang telpon yang menbuat Natan tersenyum karena Rena masih mau mengangkat panggilannya.      

"Rena, ini aku Natan. Apa kita bisa ketemu? Atau, aku traktir kamu makan bagaimana? " tanya Natan dengan suara yang lembut dan sopan.      

"Aku tau ini Natan walaupun aku tidak menyimpan nomermu, tapi setidaknya aku kenal nomer yang terlalu sering mengirim pesan padaku. Tapi, maafkan aku karena aku tidak bisa makan denganmu. " kata Rena dengan ketus sebab dia tidak menyukai Natan yang menurutnya terlalu sombong dengan ketampanan dan kekayaan orang tuanya dan sayangnya otaknya standar juga menurut Rena.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.