Istri Kecil Tuan Ju

Bukan Aku yang Butuh Dia.



Bukan Aku yang Butuh Dia.

0"Tunggu dulu!"Apa maksudmu mengatakan kalau kamu sudah memiliki istri? Apa mungkin kamu sudah menikah tanpa memberitahu kami? Apakah gadis beruntung itu adalah Vania? " Tanya Marion dengan heran.     

"Aku memang sudah menikah, maaf karena tidak mengundangmu dan teman-teman yang lain, semua karena acara pernikahanku di gelar sangat tertutup, hanya orang terdekat saja yang tau." Jelas Julian tanpa ekspresi.     

Sekali lagi Marion terkejut mendengar kejujuran yang keluar dari mulut Julian, ia ingin marah karena tidak diberitahu, tapi dia tidak mungkin melalukannya karena posisinya Julian sudah memberinya sebuah penjelasan.      

Sherly hanya menunduk sambil mengepalkan tinjunya karena tidak menyukai kenyataan yang baru saja Julian ceritakan.     

"Tidak bisakah kamu memberitaku lewat pesan kalaupun kamu tidak mau aku datang? Lalu, sudah berapa lama kamu menikah? Dan perempuan yang mana? " Tanya Marion dengan ekspresi kesal.     

"Datanglah ke rumahku jika kamu ingin tau! "Kata Julian tanpa ekspresi.      

"Baiklah, ayo kita pergi! " Sahut Marionbdengan tidak sabaran.      

"Tunggu! Bagaimana denganku? " Tanya Sherly yang mulai tidak bisa membendung emosinya.      

"Aku tidak pernah mengundangmu datang kesini. Jadi, kamu pergi saja! "Jawab Julia dengan sinis.      

"Kamu memang tidak mengundangku, tapi bukankah kita adalah teman juga? kamu dan kakak Marion sedang melakukan kerjasama, itu artinya kamu bekerja dengan kakakku, jadi aku mohon setidaknya perlakukan aku sama seperti kakak Marion atau kakaku! " kata Sherly dengan penuh harap.      

"Kamu dan kakak mu adalah dua hal yang berbeda." Ucap Julian lagi.      

Setelah mengatakan itu, Julian pun melanjutkan langkahnya bersama Marion dan mengabaikan Sherly.      

"Tunggu.... Kalian tidak bisakah memperlakukan aku dengan baik? Aku akan meminta kakak ku untuk memberikan semua proyeknya pada kalian jika kalian memperlakukan aku dengan baik." Teriak Sherly dengan wajah yang kemerah-merahan.     

Mendengar teriakan Sherly. Marion dan Julian sekali lagi berhenti lalu berbalik sambil melihat Sherly dengan sinis.      

Tidak lama setelah itu, Julian berjalan kembali ke arah Sherly bersama Marion, melihat Julian kembali Sherly pun langsung tersenyum.      

Beberapa saat kemudian, Julian berdiri tepat di depan Sherly sambil berakta, "Aku adalah Julian Al Vero, pengusaha tersukses di kota A. Aku tidak butuh belas kasihan orang lain untuk mendapatkan proyek. Dan asal kamu tau, bukan aku yang meminta kerjasama dengan kakakmu, melainkan dia yang datang padaku dengan mengirim sahabatku untuk meminta bekerjasama dengannya. Dia yang membutuhkanku bukan aku mengerti ?"     

Setelah mengatakan itu, dengan ekspresi gelap, Julian berbalik dan segera meninggalkan Restauran tanpa memperdulikan Sherly dan Marion. Andi pun sebagai asisten selalu mengikuti Julian dengan patuh.      

Mendengar perkataan Julian, Sherly terkejut dan merasa cemas karena Julian sepertinya sangat murka padanya.      

"Bagaimana ini Kak Marion? Kak Julian sepertinya sangat membenciku, melihat tatapannya yang penuh amarah padaku membuatku ketakutan kalau dia tidak akan mau bertemu denganku lagi. "Kata Sherly sambil menangis.      

Mendengar rengekan Sherly, serta melihat tangisnya, Marion menarik nafas dalam, ia tidak bisa meninggalkan Sherly yang merupakan adik bosnya itu. Marion tau betul watak Julian yang kalau sudah tidak suka maka tidak ada yang bisa merubahnya begitupun sebaliknya.      

"Aku fikir dampaknya tidak hanya padamu, melainkan pada perusahaan kakakmu. Tampaknya Julian tidak akan mau menandatangi perjanjian kontrak kerjasama kami jika melihat reaksinya tadi. Harusnya kamu bisa mengontrol dirimu jika kamu tau siapa Julian. Aku harap kamu bisa menjelaskanya dengan baik pada kakakmu jika kontrak ini gagal! "     

Mendengar perkataan Marion, Sherly merasa menyesal.      

Dia kenal Julian sejak kecil, yang dia tau kalau Julian bukan orang yang mudah didekati ataupun mudah dibuat percaya, baginya semua orang memakai topeng. Itulah sebabnya dia menyukai Qiara yang apa adanya. Jika benci atau suka dia langsung mengatakannya dengan polosnya.      

Julian juga terkenal sebagai pembisnis yang teguh pendiriannya, ia memiliki IQ yang tinggi sehingga ia bisa dengan mudah mendapatkan kontrak apapun.      

Tepat saat ia akan pulang, Julian tiba-tiba teringat Qiara dan berniat untuk mengajakmya makan malam.      

Tidak lama setelah itu, ia membuat panggilan ke nomer Qiara.      

"Hallo, ada apa kamu menelponku?"Tanya Qiara dengan ketus.      

"Berispalah, aku akan menjemputmu sekarang. " Jawab Julian.      

"Mau kemana? " Tanya Qiara lagi dengan heran.      

"Aku ingin mengajakmu kesuatu tempat. Apa kamu mau? " Kata Julian dengan sedikit ragu karena khawatir Qiara akan menolaknya.      

"Baiklah! Jangan lama-lama ya! "Kata Qiara tanpa banyak tanya lagi.      

"Oke. "     

Setelah mengatakan itu, Julian segera menutup telponnya dan mempercepat laju mobilnya karena dia tidak sabaran untuk makan malam bersama Qiara.      

Di waktu yang sama, Yumi pulang ke rumah Ibunya, karena dia sudah lama tidak pulang. Namun, dia merasa bersalah karena sudah mengecewakan Ibunya dengan tidak bisa menjaga sesuatu yang paling berharga baginya. Hari ini dia pulang karena ingin melarikan diri dari masalahnya di kota besar itu.      

Beberapa saat kemudian Yumi sampai di sebuah rumah yang sederhana. Ia keluar dadi taxi dan langsung masuk melalui pintu gerbang sambil menenteng oleh-oleh dari kota.      

Setiap kali memasuki rumah itu hati Yumi selalu merasa senang dan nyaman, taman di depan rumah di tumbuhi aneka macam bunga yang cantik dan indah di rawat oleh tangan terampil, rumah itu juga jauh dari jalan raya jadi udaranya sangat bersih karena terletak di desa yang cukup subur.      

"Yumi, kamu pulang sayang? " tiba-tiba perempuan paruh baya keluar dari rumah dan melihat putri satu-satunya itu kembali ke rumah. Karena, kalau tidak libur semesteran, Yumi tidak pernah pulang menemui ibunya yang janda dan tinggal sendirian.      

"Ibu, aku merindukanmu." Ucap Yumi dengan ekspresi sendu, ia pun segera berlari memeluk Ibunya.      

"Ya ampun, putriku tersayang lagi rindu. Ibu juga sangat merindukanmu sayang. " Kata sang Ibu sambil memeluk erat tubuh gendut Yumi.      

Tidak lama setelah itu, Yumi melepas pelukanya lalu menatap ibunya dengan mata yang berkaca-kaca.      

"Ibu, maafkan aku! Maaf karena tidak bisa pulang setiap hari untuk mengujungimu. Apakah ibu kecewa? " Ucap Yumi dengan perasaan yang campur aduk.      

"Kamu kan lagi kuliah sambil kerja, jadi tidak apa-apa gak pulang sering-sering. Yang penting kamu masih bisa pulang walaupun dua kali setahun. Oh iya, kamu bawakan Ibu apa sayang? " Kata Ibu Hanum yang tidak lain adalah Ibu Yumi. Ia pun melirik kresek yang di tenteng oleh Yumi setelah itu.      

Seketika itu, Yumi mengangkat kresek itu seraya berkata, "Aku bawa buah dan beberapa sayuran yang aku beli di warung depan. Aku kangen mau masak untuk Ibu. "     

Ibu Hanum pun langsung mengangguk dan lalu membawa Yumi masuk ke dalam rumah, setelah sampai di dapur. Yumi memakai celemeknya lalu memulai untuk mengeksekusi bahan makanan yang di bawanya. Sedang ibunya diminta duduk dengan tenang di ruang makan sambil menikmati buah yang dia bawa.      

"Apa kamu butuh bantuan sayang? tanya Ibu Hanum.      

Yumi menggeleng sambil melanjutkan kegiatan memasaknya.      

"Tidak perlu, karena aku ingin mengerjakannya sendiri khususu buat Ibu." Kata Yumi sambil tersenyum, untuk sesaat Yumi melupakan semua masalahnya.      

Mendengar perkataan Yumi, Ibu Hanum tersenyum geli, dia bersyukur memiliki Yumi meskipun dia harus berjuang membesarkannya sendiri setelah kematian Ayah Yumi sewaktu ia baru berumur 10 tahun.      

Tapi dia tetap bahagia karena Yumi tidak pernah mengeluh dan selalu menghiburnya bahkan dia bangga karena putrinya itu sangat cerdas sehingga ia selalu bisa masuk sekolah elit dengan beasiswanya.      

"Ibu naruh garam dimana? " teriak Yumi sambil membuka laci satu persatu.      

Seketika itu Ibu Hanum menengok kearah Yumi seraya berkata," Ada di laci paling tengah sayang. "     

"Udah ketemu. Hehehe... "      

Setelah menemukan garan itu, Yumi pun langsung mencampurkan ke masakannya.      

Sesaat kemudian semua masakan telah matang dengan sempurna, baunya benar-benar mengoda.      

"Ibu, tolong cicipi! " Seru Yumi setelah menghidangakan masakannya di atas meja.      

Ibu Hanum langsung mencicipi semua masakan Yumi dengan senang hati.      

"Ummm ... Lezat!"      

"Benarkah?" tanya Yumi dengan antusias dan merasa senang karena dia berhasil lagi membuat masakan enak menggunakan resep yang dia buat.      

"Tentu saja, anakku memang terbaik dalam hal masak memasak. Hehehe... "Sahut Ibu Hanum sambil menjulurkan jempolnya.      

"Terimakasih Ibu. " Ucap Yumi dengan senyum yang lebar.      

Tidak lama setelah itu, mereka pun langsung duduk menikamati masakan Yumi.      

"Ummm... Sayang, apa kamu sudah punya pacar? " tanya Ibu Hanum sambil mengunyah makananya.      

Yumi mengehentikan makannya lalu menatap ibunya tanpa ekspresi.      

"Bagaimana masakanku Bu? Yang ini adalah resep baruku. " Tanya Yumi seraya menjulurkan satu mangkok masakannya yang dia buat dengan kuah hasil resep nya sendiri.      

Ibi hanum merasa bersalah melihat ekspresi putrinya yang tidak baik.      

"Enak kok sayang, malah enak banget makasih ya sayang sudah membuat masakan yang luar biasa enaknya buat Ibu. " Kata Ibu Hanum setelah mencicipi masakan yang diberikan oleh Yumi.      

Yumi menganggguk dan menyimpan kekesalannya dibalik senyum di wajahnya. Karena pertanyaan Ibunya mengingatkannya pada Natan yang sudah menggapnya sebuah kesalahan yang harus di perbaiki.      

Walaupun dia merasa jelek, tapi dia masih terus memegang harga dirinya. Dia memang mencintai Natan bahkan dari pandangan pertamanya, namun ia sadar kalau dia dan Natan bagaikan langit dan bumi yang tidak mungkin bersatu, itulah sebabnya ia siap menanggung apapun konsekuensi dari apa yang dia lakukan.      

'Natan, aku mungkin tidak akan bisa melupakanmu, aku juga tidak akan bisa lari dari kesalahan yang pernah kita lakukan, tapi aku tidak akan lagi bermimpi bisa bersamamu lagi. 'Batin Yumi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.