Istri Kecil Tuan Ju

Merasa ketakutan.



Merasa ketakutan.

0"Aku kesakitan begini bagaimana bisa dikatakan baik-baik saja. Sekarang cari siapa yang melempar sepatu hak tinggi ini?" teriak ketua itu lagi dengan ekspresi gelap.      

"Apa kalian mencariku?" kata seorang gadis sambil berdecak pinggang dengan ekspresi yang sangat angkuh.     

Mata para penjahat itu langsung melotot melihat gadis cantik dengan tubuh tinggi dan ramping serta sexi dengan bibir yang merah merona, kakinya terlihat mulus dan putih serta menawan, rambutnya yang panjang sepunggung membuatnya terlihat semakin anggun. Gadis itu membawa tas kecil sebagai hiasan saja dan tatapannya seperti elang.     

"Cantik banget, apa dia bidadari?" Tanya salah satu anak penjahat itu. Ketua itu pun, terlihat murka melihat kelakuan anak buahnya yang tidak bisa melihat perempuan cantik.      

"Bodoh, aku tidak menyuruhmu memandangi perempuan, lebih baik kalian serang dia, atau perlu tangkap dan bawa dia ke markas lumayan untuk menemani malam penuh gairah kita."      

Gadis itu langsung meludah mendengar perkataan ketua itu.      

"Dasar sampah, beraninya kalian berfikir begitu padaku." Teriak gadis itu dengan geram.      

Sedangkan Yumi tampak khawatir melihat gadis itu yang ternyata adalah Rena yang tidak sengaja melewati daerah itu saat ia ingin pulang kerumahnya. Karena dia mengingat bagaimana baiknya Qiano pada Yumi, ia pun mencoba untuk berbuat baik pada Yumi agar Qiano terkesan jika dia mengetahuinya, itulah sebabnya Rena turun untuk membantu Yumi.      

"Maaf ketua!" kata penjahat itu lalu kembali fokus pada Rena yang terlihat sedang menertawai mereka.      

"Berani sekali kamu tertawa, gadis muda lebih baik kamu segera pergi dan jangan coba-coba ikut campur urusan kami, jika kamu ingin selamat, " kata ketua itu sambil mengertakan giginya.      

"Tapi bos, sayang sekali kalau kita biarkan dia pergi." Kata salah satu anak buahnya yang tatapannya tidak pernah berpaling dari Rena.      

Ketua itu langsung memukul kepala anak buahnya itu dan kembali menatap sinis kearah gadis itu.      

"Aduhh... " Ringis sang anak buahnya itu sambil memegang kepalanya.      

Mendengar perkataan ketua itu, tatapan Rena itu menjadi buas seolah siap memangsa. Dia bukan wanita sembarangan, kalau kata Qiano, dia adalah wanita gila.      

"Bagaimana kalau aku tidak mau?" Sahut Rena sambil tersenyum licik. Melihat para penjahat itu tidak fokus, Yumi pun berusaha mengirim pesan, namun tidak ada sinyal di tempat itu, ia pun terpaksa mengandalkan Rena walaupun dia tidak tau seperti apa kemampuan Rena.      

"Berarti kamu cari mati gadis bodoh " Ucap penjahat itu seraya menyerang Rena dengan perlahan karena dia tau kalau Rena perempuan yang sepertinya mudah untuk di kalahkan.      

Rena merasa ingin tertawa melihat sikap penjahat itu padanya yang tampak lembut seolah lawan mereka tidak lebih dari seekor semut.      

Belum sempat penjahat itu menyentuh Rena, tiba-tiba saja Rena berlari seperti angin lalu menyerang penjahat itu duluan tanpa melepas sepatu haknya. Sedang pasangan sepatu haknya yang dia gunakan untuk melempar penjahat itu ia lempar kearah belakangnya.      

Yumi tercengang bercampur rasa kagum melihat keahlian Rena. Dia tidak menyangka kalau Rena bisa melawan para penjahat dengan lincahnya.      

Tidak terima dikalahkan wanita sampai babak belur, salah satu dari penjahat itu akhirnya mengeluarkan pisau tajam, langsung saja ia menyerang Rena.      

Dengan lincah Rena menghindar dari serangan itu dengan gerakan cepat sambil mengangkat kakinya untuk melakukan gerakan salto menendang tepat di bagian tangan penjahat itu, seketika itu pisau tajam itu terjatuh. Rena pun, langsung memungut pisau itu.      

"Apa kalian masih tidak mau pergi?" Tanya Rena sambil bersiap menyerang mereka dengan bersenjatakan pisau yang sudah ia pungut.      

"Mundur kalian semua! Jangan ada yang maju!" kata ketua itu dengan gemetaran.      

Tapi, para anak buah itu tidak kehilangan akal, mereka mencoba menyelamatkan ketua mereka namun sayangnya gadis itu langsung menyerang mereka dan berhasil membuat sayatan di bagian perut mereka secara bergiliran.      

Sekali lagi Yumi termenung dan heran dengan kemampuan Rena yang bisa mengalahkan empat orang lelaki yang menyeramkan, ia pun menjadikan Rena idolanya mulai hari ini.      

Segera setelah itu mereka semua minta ampun sambil berjongkok, karena merasa tidak punya urusan, Rena langsung melepaskan mereka. Seketika itu, mereka bergegas masuk ke mobil sambil memegang perut mereka yang terkena sayatan pisau.      

Sesaat kemudian, para penjahat itu akhirnya pergi meninggalkan Yumi bersama Rena.      

Yumi.yang sedari tadi mengamati masih tertegun. Gerakan Rena tidak bisa di cerna oleh logikanya. Baru kali ini Yumi melihat gadis seperti Rena yang lincah dan jago karate di depannya.      

"Sudah aman, lain kali jangan memilih tempat sesepi ini, carilah jalan yang ramai !" kata Rena sambil menyeringai kepada Yumi.      

"Rena, terimaksih sudah menolongku!" kata Yumi sambil menjulurkan tangannya untuk mengajak Rena bersalaman.      

"Tidak perlu terimakasih, aku ini orang baik makanya menolongmu. Tapi, kamu harus membalasku. " Kata Rena sambil tersenyum licik.      

"Aaa? Membalasmu? Maksudnya" Tanya Yumi dengan heran.      

"Maksud saya, kamu tunjukkan rasa terimakasihmu dengan menceritakan kebaikanku pada Qiano. Kamu mau kan?"Jelas Rena sambil mengedipakan mataya.      

"Baiklah, aku akan melakukannya. Kalau begitu apa kita boleh menjadi teman? " kata Yumi sambil tersenyum     

"Berteman? Kata itu sangat aku benci. Tapi, karena kamu mau menbantuku, maka aku akan menerimamu menjadi teman terhormatku, kalau begitu aku pergi dulu?" Kata Rena seraya tersenyum senang karena sekarang ada yang mau mebantunya untuk semakin dekat dengan Qiano.      

"Rena tunggu!" Yumi merasa dia belum mengucap terimakasih dengan benar sehingga ia memanggil Rena lagi.      

"Apa?" tanya Rena dengan sinis.      

"Apa aku boleh main ke rumahmu? Atau membantumu apa gitu." Tanya Yumi dengan ragu.      

"Baiklah. Akan aku fikirkan!" Sahut Rena.      

"Aku akan tunggu! Oh iya, kamu mau kemana? " tanya Yumi.      

"Aku mau pulang karena ada lukisan yang harus aku lukis. "Jawan Rena tanpa emosi.      

"Bolehkah aku tau dimana kamu tinggal?" tanya Yumi sekali lagi dengan hati-hati karena takut akan membuat Rena marah karena itu sangat berbahaya.      

"Apa kamu mau ikut pulang kerumahku? " Tanya Rena sambil menatap Yumi tanpa emosi.      

"Ummm... Kapan-kapan aku akan main ke rumahmu jika kamu izinkan" Sahut Rena sambil tersenyum kecut.      

"Baiklah, aku pergi dulu!" kata Rena setelah itu dia langsung bergegas pergi meninggalkan Yumi dengan mobilnya.      

Yumi hanya tersenyum menatap Rena yang ternyata gadis baik dan dia tidak semenyeramkam gosip yang beredar di kampus.      

Rena adalah gadis misterius yang kadang tidak bisa mengontrol dirinya. Selain itu dia tidak pernah merundung siapapun yang tidak mengganggunya.      

Yumi bisa melihat bagaimana Rena yang sebenarnya. Pelukis hebat yang tidak pandai bersosialisasi itu dan dikenal kasar serta menyeramkan ternyata adalah perempuan yang masih memiliki jiwa penolong, Yumi yakin kalau Rena memiliki alasan kenapa dia menjadi perempuan penyendiri dan tidak tampak bergaul dengan siapapun.      

Setelah Rena pergi, Yumi pun langsung melanjutkan perjalanannya.      

Tidak lama setelah menyelesaikan pekerjaannya, Yumi sampai di Asrama dan langsung mengisi batri ponselnya.      

Iti sudah jam dua siang, Yumi sudah siap berangkat kuliah, namun ia lupa mengaktifkan ponselnya.      

Tepat saat ia keluar dari Asrama, Yumi di kagetkan oleh Natan yang sedang berdiri di depan mobilnya, seketika itu Yumi kaget dan salah tingkah.      

"Natan?" Ucap Yumi sambil menelan ludahnya dalam-dalam karena ia tudak percaya bisa bertemu dengan Natan lagi setelah sekian minggu berlalu.      

"Masuklah! " Seru Natan seraya membukakan pintu mobil untuk Yumi.      

"Aaa? "      

"Ayo masuk." Kata Natan lagi tanpa ekspresi karena Yumi masih terdiam.      

Tanpa mengatakan apapun, Yumi pun masuk ke mobil Natan dengan segera. Setelah itu Natan membawa mobilnya menjauh dari Asrama.      

"Kamu mau bawa aku kemana? Hari ini aku ada kuliah! " Tanya Yumi dengan bingung karena Natan sedari tadi tidak bicara.      

Natan masih terdiam walaupun Yumi berulang kali bertanya padanya.      

"Natan ... " Teriak Yumi dengan geram karena Natan tidak juga menjawab pertanyaannya sedangkan dia sudah terlambat.      

"Auuu... " Ringis Yumi ketika Natan ngerem mendadak.      

"Natan kamu kenapa sih? Kenapa kamu datang menjemputku dan menjadi aneh begini? "Tanya Yumi dengan ekspresi bingung.      

"Yumi, apa kamu mau menikah denganku? "     

Pertanyaan Natan membuat Yumi terdiam membeku, dia fikir Natan membencinya setelah kejadian itu, tapi hari ini dia merasa mendapat kejutan dari Natan.      

"Kita menghilang dari kota ini, kita kawin lari dan tinggal di suatu negara yang tidak ada orang yang mengenal kita. " Kata Natan lagi sambil menatap Yumi dengan ekspresi sendu.      

"Natan, kenapa fikiranmu sedangkal itu? Kenapa kamu ingin menikahiku? Apa kamu mencintaiku? Atau apa? "Tanya Yumi.      

"Aku ingin bertanggung jawab karena sudah merenggut keperawananmu, selain itu aku tidak ingin Papa ku melakukan hal buruk padamu. Seperti halnya hari ini, aku berusaha mencarimu saat firastaku buruk. Tapi, aku tidak menemuimu dan itu membuatku merasa bersala "Jawab Natan.      

'Apa? Jadi, para penjahat yang menghadangku tadi adalah suruhan Papa Natan? Kenapa dia melakukannya? Apakah dia takut aku mengganggu keluargany? 'Batin Yumi dengan nafas yang tidak menentu.      

"Aku tidak akan kawin lari denganmu, jika kamu mau menikahiku dan bertanggung jawab, maka minta izinlah pada orang tuamu. Karena aku ingin hidup dengan tenang." Kata Yumi dengan tegas.      

"Apa kamu gila? " Tanya Natan dengan ekpsresi gelap.      

"Ya, aku gila karena ide tidak masuk akal dari kamu itu." Kata Yumi lagi dengan ekspresi sendu.     

"Kamu tidak tau siapa Papa dan Kakakku, mereka akan menyingkirkan apapun yang bisa menghancurkan reputasi keluarga kami. Oleh karena itu aku mohon padamu agar mengikutiku pergi dari kota ini. "Jelas Natan dengan perarasaan yang tidak menentu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.