Istri Kecil Tuan Ju

Mengantar Pulang



Mengantar Pulang

0Dengan senyum yang merekah, Rena keluar untuk menyambut Qiano, karena dia takut Qiano akan pergi kalau mengingat wataknya yang tidak menyukainya.      

"Terimaksih karena sudah menbantuku! "Ucap Rena dengan suara yang dilembutin.      

Tanpa menjawab ucapan Rena, Qiano mengeluarkan slayer yang biasa dia pakai dari tasnya, dan hal ini adalah yang kedua kalinya ia harus merelakan slayernya untuk membalut luka seorang perempuan.      

"Julurkan tanganmu yang terluka itu!" Perintah Qiano pada Rena sambil menatapnya tanpa emosi.      

Rena pun langsung menjulurkan tangannya yang terluka dengan patuh.      

Setelah itu Qiano dengan hati-hati membersihkan darahnya dan mengikat tangan Rena dengan slayernya biar darah Rena berhenti keluar.     

"Terimakasih!" Ucap Rena lagi dengan lembut.      

Mendengar suara lembut Rena untuk kedua kalinya, Qiano hanya menatap kosong pada Rena.      

"Setidaknya kamu tersenyumlah jika kamu memang ikhlas membantuku! " Kata Rena seraya memohoh.      

Qiano terdiam, ia bukan orang jahat yang tidak tau caranya tersenyum. Oleh karena itu ia menyunggingkan sedikit senyum di bubirnya untuk Rena dan itu pertama kalinya Rena lihat.      

Seketika itu Rena merasa tersentuh dengan apa yang di lakukan Qiano padanya, terlebih melihatnya senyum.      

'Dia benar-benar tampan saat sedang tersenyum, aku akan memilikinya!' Batin Rena sambil tersenyum riang.      

"Sudah malam sebaiknya kamu segera pulang dan tidur!" Seru Qiano sambil melangkah pergi meninggalkan Rena.      

"Tunggu! " Rena mengejar Qiano karena merasa ada yang tidak benar dengan situasi ini.      

"Ada apa lagi? " Tanya Qiano dengan heran setelah ia berhenti tidak jauh dari mobil Rena.      

"Tolong biarkan aku berterimakasih padamu! "Kata Rena dengan eskpresi memohon.      

"Tidak perlu! "Jawab Qiano dengan cuwek.      

"Aku mohon! Jika kamu tidak mau maka akau akan berdiri disini hingga besok pagi. " kata Rena yang tidak pernah main-main dengan ancamannya.      

Qiano terdiam. Ia menatap Rena dengan tatapan yang rumit. Jika ia tidak turuti kemungkinan Rena akan nekad dan itu membuatnya merasa kasian terhadap gadis itu.      

"Apa maumu? " Tanya Qiano pada akhirnya karena dia tidak ingin dilibatkan jika terjadi apa-apa sama Rena.      

"Kebetulan rumah kita searah. Jadi, biarkan aku berterimakasih dengan mengantarmu pulang. Aku mohon! " Kata Rena seraya menelungkupkan tangannya ke dada.      

Qiano memasukkan kedua tanganya ke saku celananya, setelah ia menarik nafas dalam lalu berkata,     

"Baiklah! Aku akan mengikuti kemauanmu. " Ucap Qiano.      

"Terimakasih karena sudah mau menurutiku! "Kata Rena dengan wajah yang semringah. Ia sangat bahagia karena Qiano akhirnya mau masuk ke mobilnya.      

"Tapi, aku tidak mau naik mobilmu, karena aku bawa sepeda! " Kata Qiano seraya menunjuk sepedanya yang ia jatuhkan saat berlari menolong Rena.      

"Jadi, maksudmu kita harus pakai sepeda? "Tanya Rena dengan terkejut. Seumur hidup dia tidak pernah menggunakan benda yang bernama sepeda.      

"Kalau kamu tidak mau ya sudah!" Kata Qiano seraya melangkahkan kakinya lagi.      

"Iya, aku mau! " Teriak Rena sambil menutup matanya.      

Melihat Rena menutup matanya, Qiano tersenyum geli karena itu lucu baginya.      

Setelah itu Qiano mengajak Rena yang untungnya menggunakan celana itu untuk naik ke sepedanya.      

"Naiklah! " Pinta Qiano pada Rena setelah ia naik lebih dulu.      

Dengan ragu Rena naik di tempat duduk bagian belakang sepeda Qiano, seketika itu ia berpegangan pada Qiano. Melihat kedua tangan Rena melingkar di pinggangnya, Qiano teringat Qiara yang pernah duduk dibelakangnya dan dengan malu ia memeluk pinggangnya, Rena benar-benar kebalikan dari Qiara.      

"Jangan terlalu kuat megangnya, nanti saya bisa sesak nafas! " Ucap Qiano seraya melonggarkan kedua tangan Rena.      

Sedang Pak Supir hanya tersenyum melihat majikannya itu tersemyum walaupun hanya diajak naik sepeda. Setelah itu ia menjalankan mobilnya karena takut preman itu datang kembali.      

Merasakan tapak tangan hangat Qiano yang memegang tanganya, Rena merasa tersengat listrik, dengan pelan dia memegang dan melonggarkan pegangannya di pinggang Qiano, setelah itu Qiano mengayuh sepedanya kearah rumah Rena.      

Qiano benar-benar sukses membuat Rena yang bar-bar salah tingkah, jantung Rena pun deg-degan tidak karuan, dia benar-benar merasa senang di bonceng oleh Qiano walau hanya naik sepeda.      

"Qiano?" panggil Rena seraya mengintip ekspresi Qiano dari belakang.      

Qiano yang sedari tadi diam di depan langsung melirik Rena.      

"Ada apa? " Tanya Qiano.      

"Apa kamu pernah pacaran? " Tanya Rena dengan sedikit ragu karena takut Qiano tidak mau menjawabnya.      

"Tidak pernah. Tapi, aku punya seseorang dihatiku"Jawab Qiano setelah lama berfikir.      

"Apakah iti gadis yang bernama Qiara itu? Dia yang menolong Yumi? " Tanya Rena seraya menggertakan giginya.      

"Buat apa kamu tau? " Tanya Qiano dengan ketus.      

"Aku tidak perduli apakah kamu punya pacar atau belum, atau kamu punya orang yang dicintai. Namun yang pasti, aku akan tetap mengejarmu sampai kamu jatuh cinta padaku. Aku yakin kalau kamu pasti akan jatuh cinta padaku suatu hari nanti." Kata Rena dengan penuh keyakinan.      

Qiano terdiam mendengar apa yang Rena katakan, ia tidak tertarik untuk mengomentari Rena karena dia tau bagaimana gilanya Rena yang tidak suka di sanggah.      

"Kenapa kamu diam? " Tanya Rena sambil memukul bahu Qiano.      

"Hei... Kenapa kamu memukulku? Sakit tau! " Tanya Qiano sambil melirik kesal pada Rena.      

"Siapa suruh kamu cuwekin aku. Oh iya, naik sepeda ternyata menyenangkan. Terimakasih ya sudah mengajakku! Aku merasa senang. " ucap Rena sambil tersenyum.      

Qiano juga ikut tersenyum ketika mendengar apa yang Rena katakan. Bagaimana pun juga dia bukan tipe orang yang suka membenci orang berlebihan.      

"Rumahmu dimana? " Tanya Qiano mengalihkan pembicaraan.      

"Kamu lurus saja! Nanti aku akan arahkan kamu." Jawab Rena dengan sedikit ragu karena ini kali pertama dia mengajak cowok pulang ke rumahnya.      

"Baiklah, aku akan mengantarmu dahulu!" Sahut Qiano seraya mengayuh sepedanya sekuat tenaga. Untungnya, jalanan cukup terang.      

"Oke. " ucap Rena dengan bersemangat.      

Setelah lama mengayuh, mereka pun akhirnya sampai di rumah Rena. Qiano tampak kelelahan karena rumah Rena ternyata cukup jauh dari jalan raya.      

Gerbang yang tinggi dan rumah megah seperti istana, namun sangat sepi.      

"Ini rumahku! Terimakasih sudah mengantarku! " Kata Rena setelah turun dari sepeda.      

"Kenapa sangat sepi? "Tanya Qiano yang mulai penasaran dengan Rena.      

"Ummm ... Iya sepi. Aku tinggal disini bersama supir dan adisten rumah tanggaku. Emangnya kenapa? " jawab Rena dengan santai.      

"Keluargamu kemana? "Qiano semakin penasaran dengan Rena.      

"Ummm... Aku tidak punya keluarga. Oh iya, ini sudah jam 11 malam. Sebaiknya kamu menginap saja! Rumahmu cukup jauh jika mengayuh lagi, bisa-bisa kakimu bengkak sehingga tidak bisa masuk kuliah besok. "Ucap Rena dengan eskpresi sendu. Setelah itu ia mengalihkan pembicaraannya.      

Mendengar saran dari Rena yang cukup masuk akal. Qiano terdiam sejenak, karena sejujurnya dia kelelahan dan sangat mengantuk.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.