Istri Kecil Tuan Ju

Sebuah Penjelasan



Sebuah Penjelasan

0Mendengar pertanyaan Julian, Natan nampak berfikir kalau sebenarnya dia memang butuh bicara dengan seseorang tapi apa haruskah itu kakak yang dia tidak sukai.      

"Dia hanya menolongku saat aku tergeletak di jalan. Aku pun memberitahunya alamat Apartemenku, saat itu aku mabuk berat dan merasa sangat kepanasan sehingga aku tidak bisa menahan diriku, makanya aku menyeret Yumi. Soal di Diskotik aku mengaku salah, tapi bukan pada wanita yang ada di foto itu. Aku tidak kenal dia. Aku hanya dua kali ke Diskotik dan sekali minum. "Jelas Natan dengan suara yang parau.      

'Sepertinya Natan diberikan obat perangsang. Ada orang menggunakan Natan untuk merusak reputasi Papa. Siapapun mereka, aku pasti akan menemukannya.'Batin Julian seraya nengusap lembut rambut Qiara yang tertidur di bahunya. Qiara menjadi tukang tidur sekarang, namun Julian mengerti akan hal itu yang kemungkinan besar bawaan bayi.      

Setelah fikir panjang, entah mengapa Natan akhirnya mau menceritakannya ke Julian.      

"Kakak tolong jangan ganggu Yumi! Biarkan dia menjalani hidupnya, dan aku berjanji tidak akan mendekatinya lagi! "Kata Natan lagi dengan nada memohon.      

"Terimakasih sudah jujur. Mulai sekarang kamu tidak boleh percaya sama siapapun karena sepertinya ada orang yang ingin menjatuhkan Papa lewat kamu. Ya sudah, kamu istirahat saja! Jangan lupa hubungi kakak Jasmin karena tadi dia menanyakan kenapa ponselmu tidak aktif. "     

"Baik! "     

"Kamu tidak perlu menjauhi Yumi, bersikaplah alami saat di kampus. Sepertinya Papa belum tau siapa gadis itu. " Kata Julian lagi.      

Natan terkejut mendengar perkataan Julian, bukankah dia tau kalau akan bahaya jika dia dekat sama Yumi. Bukan hanya dia tapi hidup Yumi juga akan kena masalah.      

"Kenapa kakak memintaku untuk tidak menjauhi Yumi? Bukankah akan bahaya buat Yumi jika anak buah Papa bertindak dibelakangmu? "tanya Natan dengan heran.      

"Lakukan saja seperti apa yang aku sudah perintahkan padamu. Karena aku punya rencana untuk menghapus kejadian ini, kamu dan Yumi akan aman. Jika terjadi sesuatu seperti buah dari perbuatanmu, maka kita tidak punya pilihan selain menyembunyikan Yumi dari Papa. "jelas Julian.      

"Bagaimana bisa kakak melakukannya?" tanya Natan karena ia belum bisa memahami cara berfikir Julian yang susah dia tebak, meskipun di beberapa sisi ia mengagumi kakaknya yang selalu bisa menyelesaiakan masalah dengan cepat.      

"Jangan banyak berfikir! Lebih baik sekarang kamu makan malam sama Papa dan Mama! Jangan buat Mama sakit karena memikirkanmu, kasian Mama yang sudah tua, jangan sampai kamu menyesal jika Mama sampai jatuh sakit lagi seperti dulu karena memikirkanmu. Ya sudah, aku tutup dulu! "     

"Iya kakak! "     

Setelah mengatakan itu, Julian menutup panggilannya. Ia pun melihat Qiara yang masih tertidur hanya untuk memastikan Qiara tidak mendengar percakapannya dengan Natan, jika ia mendengarnya bisa gawat.      

Perkataan terakhir Julian mebuat Natan termenung dan mengeluarkan air mata. Karena kalimat itu membuatnya teringat akan semua sikap buruknya waktu ia masih SMP. Sungguh dia sangat takut jika Mama nya kembali koma karena penyakit jantung yang dia derita.      

Memikirkan hal mengerikan seperti itu, Natan segera turun dari tempat tidur lalu bergegas keluar menuju ruang makan dimana Papa dan Mama nya masih menyantap makanan.      

"Mama, Papa tolong maafkan Natan yang sudah sering membuat Mama dan Papa marah." Ucap Natan sembari memeluk Sarah dengan erat di depan sang Papa.      

Tuan Jhosep hanya menarik nafas dalam melihat kelakuan putranya yang super manja itu. Inilah yang membuatnya tidak bisa marah terlalu lama, karena Sarah akan membelanya sewaktu-waktu. Namun, Sarah tidak bisa melakukan apapun jika alasan Tuan Jhosep bisa dia terima saat memilihkan masa depan yang terbaik menurut mereka.      

Sarah tersenyum melihat putranya minta maaf dengan begitu tulus, dia bisa menebak kalau Julian sudah mengatakan sesuatu pada Natan sehingga Natan bisa datang dan memeluknya dengan manja.     

"Sudahlah, jangan peluk Mama lagi! Kamu ini sudah besar. Ya sudah, ayo makan sama Papa dan Mama! " kata Renata sambil meletakkan piring di depa Natan setelah ia melepas pelukannya.      

"Aku suka masakan Mama, jadi aku akan makan yang banyak. "ucap Natan dengan senyum yang merekah.      

Sarah hanya bisa menarik nafas karena sebenarnya dia cukup paham kalau putranya belum sedewasa Julian dan harus pelan-pelan kalau mau menasehatinya.     

Di waktu yang sama. Qiano tidak sengaja melihat orang yang sedang dikroyok. Ia yang terpaksa pulang malam karena harus mengerjakan tugasnya di kampus itu mengerutkan kening melihat kejadian ini masih ada.      

Qiano pun berjalan mendekat kearah mereka. Ia masih bisa melihat seorang perempuan sedang melawan tiga orang preman. Sedang satu lelaki yang seperti supirnya duduk dengan ekspresi ketakutan.      

"Auhhh ... "Suara ringisan gadis itu yang menahan sakit di tangan kanannya yang tergores pisau, terdengar memilukan di telinga Qiano. Melihat kejadian itu, dengan gesit Qiano berlari melindungi gadis itu.      

" Qiano?" Rena terkejut melihat Qiano yang tiba-tiba muncul, ia tidak berfikir akan bertemu Qiano bahkan di bantu olehnya.      

"Pergilah biarkan mereka jadi urusanku!" Seru Qiano pada Rena ketika ia melihat siapa sebenarnya gadis itu. Dia tidak menduga kalau Rena juga memiliki kemampuan bela diri yang cukup bagus dan tidak kalah jika diadu sama Qiara.      

Mendengar perintah Qiano, Rena menggeleng seraya berkata, "Aku tidak mau, aku tidak akan meninggalkanmu. "     

"Baiklah tunggu aku dan menjauhlah! "Sahut Qiano seraya maju kembali melawan tiga preman yang menatapnya dengan buas itu.      

"Berapa lama aku harus menunggumu? "Teriak Rena.      

"Aku hanya butuh beberapa detik untuk membereskan mereka! "Jawab Qiano tanpa menoleh kepada Rena.      

Rena mengangguk dan segera masuk ke mobilnya bersama sang supir. Ia menutup tanganya yang penuh darah dengan tisunya.      

"Majulah!"seru Qiano menantang ketua preman itu setelah ia sampai di depan para preman itu.      

Sang ketua preman itu tertawa dengan bangga bisa melukai Rena yang sudah nenentang dan mengumpatnya.      

Tidak lama setelah itu, ia dengan cepat menyerang Qiano, tapi sayang dia kalah cepat dengan Qiano, tangan nya berhasil di tekuk dan di plintir ke belakang sehingga pisau itu jatuh.      

Kesempatan itu Qiano gunakan untuk menyerang dengan menendang lututnya sehingga sang ketua preman langsung berlutut menahan sakit di bagian tangannya yang di tekan injak Qiano. Melihat kehebatan Qiano dalam bertarung, Rena semakin jatuh cinta padanya.      

"Ampun anak muda, tolong lepaskan saya! "Rintih ketua preman diikutu oleh dua anak buahnya yang juga ikut berlutut.      

Merasa lawanya tidak berdaya, Qiano langsung melepaskanya lalu membiarkan mereka pergi. Setelah itu Qiano berjalan mendekati mobil Rena.      

Dengan senyum yang merekah, Rena keluar untuk menyambut Qiano, karena dia takut Qiano akan pergi kalau mengingat wataknya yang tidak menyukainya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.