Istri Kecil Tuan Ju

Sikap Yang Membuat Cemas



Sikap Yang Membuat Cemas

0"Ohhh... Begitu. Baiklah, akan aku kirim kepadamu."Kata Qiara seraya membuka ponselnya.      

"Kirimnya nanti saja di mobil. Kita harus segera berangkat karena sudah kesiangan. Bukankah kamu punya kuliah pagi? " Kata Julian seraya menyeka mulutnya dengan tisu.      

"Oke. Aku ambil tas dulu di kamar! " Sahut Qiara dengan antusias lalu berlari menuju kamar.      

"Qiara ... Jangan lari-lari! " Teriak Julian dengan cemas Qiara akan terjatuh. Namun, Qiara tidak mendengarnya sama sekali.      

Julian menjadi semakin cemas kalau mengingat tingkah dan sikap sembrono Qiara yang suka lari dan berantem. Bagaimana kalau dia tidak bisa menjaga emosinya saat di kampus? Fikir Julian.      

"Aku sudah siap. Ayo berangkat! " kata Qiara setelah keluar dari kamar.      

Julian menatapnya dengan sinis tanpa mengatakan apapun. Melihat itu Qiara pun bergidik ngeri.      

"Hei ... Kenapa kamu diam dan menatapku seperti itu? Apa aku ada salah padamu? "Tanya Qiara dengan cemberut.      

"Aku akan mengizinkanmu ke kampus apabila kamu berjanji dua hal padaku! " Kata Julian sambil menyilangkan tanganya ke dada.      

"Apalagi? Kenapa begitu banyak syarat hanya untuk mengizinkan aku ke kampus. Sekarang katakan saja! Jika tidak masuk akal, maka aku akan menentangnya. " Sahut Qiara seraya mendongak menatap Julian dengan ekspresi kesal.      

"Kamu harus berjanji akan menjaga emosimu dan tidak lari-lari. Kamu harus berjalan dengan pelan-pelan! Apa kamu mau berjanji? "Ucap Julian dengan tegas.      

Qiara mengerutkan keningnya mendengar syarat yang Julian ajukan padanya. Dia adalah orang yang paling tidak bisa berjalan dengan pelan. Selain itu, dia tidak mungkin berjalan pelan-pelan saja. Bisa ketinggalan dia.      

'Aissss... Ikuti sajalah apa yang dia minta, daripada dia marah lalu mengurungku lagi di rumah. Lagi pula, dia kan tidak 24 jam mengawasiku. Jadi, aku masih bisa melakukan apapun dengan bebas. Hehehe ...'Batin Qiara.      

"Apa yang kamu rencanakan? Apa kamu mau membohongiku? Sayangnya itu tidak bisa, mata-mataku banyak di kampus itu yang akan selalu mengawasimu. " Kata Julian yang mulai menebak apa yang Qiara fikirkan.      

Merasa fikirannya bisa ditebak oleh Julian, Qiara pun memberinya tatapan sinis.      

'Apa dia dukun? Kenapa dia selalu bisa menebak apa yang aku fikirkan? Aku merasa horor setiap kali berada di dekatnya. Kalau aku tidak segera menjawab, kemungkinan dia akan menjadi-jadi dan aku bisa gagal kuliah hari ini. 'Batin Qiara sambil menggertakan giginya.      

"Iya, aku berjanji. Tapi, kalau ada yang mengejarku, tidak mungkin kan aku tidak lari. "Jawab Qiara setelah menarik nafas dengan kesal.      

"Itu tidak akan terjadi. Sekarang, kita berangkat! "Kata Julian seraya memegang tangannya sambil jalan.      

"Aku bisa jalan sendiri! " Kata Qiara sambil menarik tangannya dari genggaman Julian.      

"Jangan keras kepala. Biarkan aku memegang tanganmu dan jangan protes lagi karena ini sudah siang! "Kata Julian seraya menarik Qiara dengan pelan keluar dari rumahnya.      

Mendengar ucapan Julian. Qiara terdiam lalu mengikutinya dengan patuh walaupun dengan raut wajah kesal.      

Sementara itu di kampus Kemas Universitiy. Yumi tidak sengaja menabrak orang yang sedang berdiri di depannya.      

"Aaah... "ringis Yumi sambil memegang kepalanya. Setelah itu, ia memungut semua bukunya yang terjatuh di lantai.      

"Apa kamu tidak apa-apa? " Tanya Qiano yang dia sudah tabrak.      

"Tolong maafkan saya! Saya benar-benar tidak sengaja menabrakmu. Saya hanya sedang tidak fokus. " kata Yumi setelah berdiri kembali sambil menunduk setelah memohon permintamaafan kepada Qiano.      

"Apa? Berani sekali kamu menabrak lelakiku dengan tubuhmu yang besar itu. Yaaa Yumi, apa kamu tidak punya mata? " Kata Rena yang tiba-tiba muncul dan mengomel saat dia tidak sengaja mendengar Yumi mengatakan kalau dia sudah menabrak Qiano.      

"Rena, aku tidak sengaja melakukannya! Jadi, tolong jangan marah padaku! " Kata Yumi dengan ekspresi ketakutan karena dia tau siapa Rena yang suka nekat kalau dia sedang marah.      

Sedangkan Qiano merasa mau gila setiap kali Rena muncul di sampingnya.      

'Sepertinya aku sudah kena kutukan. Harusnya aku lanjutkan kuliah di Maha Universitiy, bukannya pindah di kampus yang dihuni oleh orang gila seperti Rena.' Batin Qiara seraya menarik nafas dalam.      

"Rena, ini urusanku. Jadi, aku mohon jangan ikut campur!"Kata Qiano setelah berhasil mengontrol emosinya.      

"Kamu itu lelakiku, bagaimana mungkin aku tidak ikut campur hah?" Teriakan Rena mengundang perhatian mahasiswi lainnya.      

"Hei gadis gendut! Aku tidak terima kalau kamu sudah menabrak lelakiku, kecuali kamu bersujud minta maaf padanya! "Teriak Rena kepada Yumi yang sudah mulai berkaca-kaca hendak menangis.      

Tepat saat itu, Natan dan dua temannya melihat kejadian itu. Yumi pun menoleh kepada Natan dengan ekspresi memelas. Dia berharap Natan akan membelanya seperti biasa.      

Yang terjadi tidak sesuai dengan harapan Yumi. Natan malah pergi bersama kedua temannya padahal Yumi yakin kalau Natan melihatnya.      

'Natan, sudah satu minggu berlalu, tapi kamu masih bersikap seolah tidak mengenalku, apa kamu benar-benar jijik padaku? 'Batin Yumi sambil meneteskan air mata tanpa sadar.      

"Ayo berlutut! " teriak Rena sambil mendorong Yumi kehadapan Qiano yang merasa kepanasan melihat tindakan Rena.      

"Hentikan ... !"     

Mendengar teriakan yang cukup mengerikan itu, mereka semua langsung menoleh ke sumber suara.      

Melihat orang yang memiliki suara itu, Qiano tersenyum karena orang yang dirindukannya muncul dengan wajah yang berseri.      

"Qiara? " ucap Yumi yang merasa sangat senang bisa melihat Qiara muncul lagi setelah satu minggu berlalu.      

Qiara berjalan melewati kerumunan dengan ekspresi gelap. Dia lupa akan Janjinya pada Julian untuk tidak emosi pada orang yang membuatnya marah.      

"Kak Rena, bukankah kak Yumi sudah minta maaf? Kenapa harus di suruh berlutut di depan Qiano?"Tanya Qiara sambil menatap sinis pada Rena yang tidak lain adalah orang yang dia idolakan itu.      

'Piskopat! 'Batin Qiara yang sudah tidak lagi mengidolakan Rena semenjak ia melukai Qiano.      

"Qiara, sebaiknya kita ajak Kak Yumi pergi dari sini! Jangan hiraukan dia karena itu hanya buang-buang waktu! "Kata Qiano seraya menarik tangan Qiara dan mengedipkan kedua matanya kepada Yumi sebagi isyarat untuk mengikutiya.      

"Qiano... Berhenti disana! Kamu tidak bisa melakukan ini padaku! Aku sudah membelamu habis-habisan. Tapi, kenapa kamu malah meninggalkanku, bukannya berterimakasih?"Teriak Rena ketika melihat Qiara dan Yumi berjalan bersama meninggalkannya sendirian.      

'Sepertinya gadis yang bernama Qiara ini benar-benar menantangku. Baiklah, kita lihat saja nanti, siapa yang akan mendapatkan Qiano. 'Batin Rena seraya mengepalkan tinjunya.      

Semua orang yang tadi berkumpul langsung bubar dan mulai tidak menyukai sikap Rena yang baru beberapa hari lalu menjadi terkenal karena memenangkan lomba melukis tingkat Internasional.      

Rena adalah manusia yang tidak perduli dengan pandagan orang lain terhadapnya. Selagi ia merasa senang maka ia akan melakukannya tanpa banyak bicara.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.