Istri Kecil Tuan Ju

Pindah



Pindah

0"Begini Bos. Ummm ... Kalau memang laporan itu salah, maka saya akan mengembalikan berkas itu kepada mereka sekarang juga. "Jawab Eny seraya mendekati meja Julian untuk mengambil berkas yang harus saja dia bawa itu.      

"Tidak perlu. Karena aku sendiri yang akan mengurus mereka. Sekarang, katakan kepada mereka kalau kita akan rapat sepuluh menit lagi dari sekarang!" Kata Julian seraya menarik kembali berkas itu.      

"Baik bos. Saya akan memberitahu mereka sekarang juga."      

Setelah mengatakan itu, Eny pun bergegas keluar dari ruangan Julian dengan nafas lega. Namun, dia merasa kasihan dengan nasib mereka yang ada di bagian keuangan. Matilah mereka kena semprot. Fikir Eny yang merasa puas karena tidak hanya dia yang menerima semprotan.      

'Awas si Andi. Dia tadi menertawakanku saat di semprot bos. Lihat saja nanti, aku akan mengadakan balas dendam padanya.' Batin Eny sambil berjalan pelan meninggalkan ruangan Julian.      

"Andi, hubungkan aku dengan Joni sopirku! " Seru Julian setelah ia berdri di dekat kaca besar yang transpran. Ia bisa melihat jalan raya yang ada di depan gedungnya.      

"Baik Bos!" Jawab Andi. Setelah itu ia menghubungi Joni dengan cepat.      

Tida lama setelah mendengar bunyi tut, orang yang ada di sebarang telpon langsung mengangkat telponnya.      

"Hallo Pak Andi! Ada yang bisa saya bantu? " tanya Pak Joni dengan ramah.      

Julian bisa mendengar suara Joni karena Andi menyalakan speakernya.      

"Apakah kamu sudah mengurus para preman yang mengganggu istriku? " Tanya Julian yang tidak meninggalkan posisinya sedikitpun.      

Mendengan suara dingin dan mengerikan Julian. Pak Joni pun langsung kaget dan mengatur cara bicaranya agar lebih formal.      

"Ahhh... Maaf bos. Saya fikir anda tidak ada disana. Soal preman itu, semuanya sudah di amankan oleh polisi. Mereka adalah preman yang sudah berulang kali bolak balik dari penjara. " Jawab Pak Joni dengan bahasa yang formal.      

"Pastikan mereka mendekam lama di penjara. Karena aku tidak rela mereka menyentuh istriku. Apa kamu mengerti? " Kata Julian dengan tegas sambil mengepalkam tinjunya ketika dia mengingat bagaimana para preman itu membuat Qiara ketakutan.      

"Baik bos. "      

Setelah itu Julian meminta Andi mematikannya. Ia pun kembali menatap Andi penuh arti.      

"Aku akan sampai di ruang rapat sepuluh menit lagi. Karena aku butuh mandi sebentar. Jadi, kamu harus memastikan agar tidak ada yang masuk ke ruanganku! Kata Julian dengan tegas.      

"Baik Bos. "      

Setalah itu Andi keluar dari ruangan nya membiarkan Julian sendirian di ruangannya.      

Di waktu yang sama. Qiara sudah sampai di depan Asrama. Dia lewat pintu belakang agar tidak terlihat oleh orang lain yang masih ada di kampus. Terutama terlihat sama si Natan.      

Namun, ia terpaksa bersembunyi ketika melihat Natan keluar dari mobil mewahnya tepat di depan pintu utama Asrama.      

"Aisss ... Bukankah itu si Natan? Adik ipar yang tidak ada sopan - sopanya. Tapi, dia sama siapa? " kata Qiara sambil mengintip dibali semak - semak.      

"Ya ampun ... Bukankah itu Yumi? Maksudku, kakak Yumi? Apakah mereka sudah berkencan? Sepertinya sih iya kalau dilihat dari raut wajahnya si Natan dan Kak Yumi yang terlihat bahagia. Kalau mereka ada disini, itu artinya kak Yumi tinggal di Asrama. "Kata Qiara pada dirinya sendiri.      

Karena penasaran, Qiara pun semakin mendekat agar bisa mendengar percakapan Natan dan Yumi.      

"Natan, terimakasih karena hari ini kamu sudah mau membantuku. Aku akan membalasnya nanti. "Ucap Yumi dengan senyum tulus.      

"Hahaha... Kamu tidak perlu berterimakasih padaku. Sudah menjadi tugas lelaki tampan sepertiku untuk menolong seorang wanita. Jadi, kamu tidak perlu memikirkannya. Sekarang masuklah! Bukankah kamu mengambil kuliah siang." Kata Julian sambil terkekeh.      

Mendengar apa yang Julian katakan, Qiara merasa mau muntah karena dia berfikir Natan terlalu berlebihan.      

"Iya. Kamu memang tampan dan paket komplit. Baiklah, aku akan masuk dulu. Kamu hati - hati di jalan!" Kata Yumi sambil terrnyum.      

"Kamu masuk dulu! Baru aku akan pergi" Kata Natan sambil bersandar di mobilnya.      

"Baiklah. Bay Natan! "      

Setelah mengatakan itu, Yumi pun, segera masuk ke Asramanya dengan perasaan bahagia.      

Tidak lama kemudian, Natan pergi meninggalkan area Asrama itu. Dengan segera Qiara berlari masuk memabwa kopernya setelah yakin Natan sudah jauh.      

"Hallo Madam! Saya Qiara yang tadi menelpon anda. " Kata Qiara ketika dia sudah berada di ruangan penjaga Asrama itu, yang tidak lain adalah Madam Dwi.      

"Ohh... Kebetulan sekali. Teman sekamarmu baru saja pulang. Ini kunci kamarmu dan bersikap baiklah dengan teman sekamarmu. " jelas Madam Dwi tanpa ekspresi.      

"Baik madam! Saya akan melakukan yang terbaik selama berada di Asrama. " ucap Qiara dengan tawa penuh semangat.      

Madam Dwi hanya mengangguk, setelah itu ia kembali menonton flimnya tanpa memperdulikan Qiara.      

"Ummm... Maaf Madam! Saya boleh tanya lagi? " Tanya Qiara dengan ragu karena dia takut menggangu ketika Madam Dwi sedang asik nonton.      

"Kenapa lagi?" tanya Madam Dwi dengan sinis.      

"Begini, saya kan baru di Asrama ini. Jadi, saya belum tau arah. Kira-kira kamar saya di lantai berapa ya? " tanya Qiara dengan pelan.      

"Ada di lantai tiga. Nanti, kalau sudah keluar dari lift, kamu ambil jalur ke kiri, lalu lurus saja. Belok kanan lagi jika menemukan pertigaan. Setelah itu lurus saja sampai mentok, disitulah kamarmu. " Jelas Madam Dwi yang sudah menghapal banget setiap jalan menuju masing - masing kamar.      

"Terimakasih Madam. Saya pergi sekarang! " Kata Qiara.      

Setelah itu ia bergegas pergi mencari kamarnya.      

Diwaktu yang sama. Yumi berjalan sambil senyum - senyum sendiri mengingat bagaimana Natan membelanya hingga memberikannya pekerjaan.      

'Ahhh... Aku masih tidak menyangka kalau Natan akan melalukan ini untukku. Dia sangat keren. Setelah bertahun - tahun aku mengaguminya. Akhirnya dia sangat dekat denganku. Semoga saja dia tetap seperti ini! ' Batin Yumi sambil bersenandung.      

Tepat saat itu. Ia kaget ketika merasakan seseorang menarik rambutnya dari belakang.      

"Arggg... " teriak Yumi sambil memegang rambutnya karena kesakitan. Tidak lama setelah itu, pertahanannya langsung melemah dan ia pun terjatuh di lantai.      

"Hahahah... Rasain kamu gadis jelek!"     

Mendengar suara tawa yang cukup kencang itu. Yumi pun mendongak lalu mihat tiga orang perempuan yang selalu membulinya jika di Asrama.      

"Nita ... Kenapa kamu melakukan ini padaku? Memangnya apa salahku? "Tanya Yumi sambil memagang rambutnya yang masih terasa sakit.      

"Apa? Kamu mau tau apa kesalahanmu? Baik, aku akan memberitahumu. Kamu sudah melewati batasanmu. Tadi, kamu sudah mendekati cowok yang Ku suka. Jadi, aku harus memberikanmu pelajaran agar kamu tidak mengulanginya lagi. "kata Nita sambil tersenyum licik.      

Setelah itu ia menyiram Yumi dengan jus yang dia bawa di tangannya. Seketika itu Yumi kaget.      

"Nita ... !" Teriak Yumi dengan frustasi.     

"Hahahaha... Itu buat kamu yang sudah berani mendekati Natan. Dan, ini buat kamu yang sudah berani masuk ke mobil Natan. " kata Nita lagi sambil memperlihatkan gunting di tangannya.      

Nita pun mempermainkan gunting itu kearah Yumi dengan mata yang menyala buas.      

"Nita, tolong jangan lakukan ini! Tolong jangan potong rambutku! " ucap Yumi dengan gemetar. Ia pun, terus mundur sebisanya untuk menghindari Nita. Sedangkan dua teman Nita yang lain hanya tertawa sambil menonton apa yang akan dilakukan oleh Nita.      

"Ehhh... Itu siapa? Kenapa dia basah kuyup dan seperti orang ketakutan gitu? " Tanya Qiara yang barus saja menemukan jalan menuju kamarnya.      

Karena tertutup tembok, Qiara tidak bisa melihat orang lain selain Yumi. Ia pun berjalan pelan dengan ekspresi bungung, sampai dia berhenti ketika melihat seorang perempuan memegang gunting dan diarahkan pada orang yang sedang duduk di lantai itu.      

"Hah? Pembulian lagi. Aku fikir, yang kayak begini itu hanya ada di sekolah atau di kampus. Nyatanya, tidak ada tempat yang aman bagi mereka yang lemas dan sangat mudah untuk ditindas. Baiklah, aku tidak akan menggunakan kekerasan, tapi aku punya cara untuk mencegatnya. " Kata Qiara sambil tersenyum licik.      

"Yaas... Hentikan! " Teriak Qiara sambil menarik kopernya menuju mereka.      

Seketika itu Nita langsung kaget karena dia fikir itu adalah penjaga Asrama.      

"Qiara ... " Ucap Yumi sambil tersenyum karena sudah lama dia tidak bertemu Qiara, satu - satu nya orang yang mau berteman dengannya.      

"Siapa kamu? Ohhh... Sepertinya kamu anak baru. Apa kami perlu menyambutmu? " tanya Nita dengan sinis setelah sadar dari keterkejutanya.      

"Hahaha ... Sayangnya aku tidak tertarik untuk mendapatkan sambutan dari para perempuan jelek seperti kalian. " Jawab Qiara sambil menyunggingkan senyumannya.      

Mendengar apa yang Qiara katakan. Ekspresi Nita menjadi gelap. Dia pun, mengarahkan gunting itu kepada Qiara.      

"Yaaa... Berani sekali kamu memanggilku dengan sebutan perempuan jelek. Apa kamu tidak takut dengan gunting yang aku bawa hah? " Teriak Nita dengan kasar.      

Untungnya beberapa penghuni kamar yang berada di sekitar tempat itu sedang pada kuliah sehingga tidak ada yang menyaksikan kejadian itu. Itulah sebabnya Nita merasa leluasa untuk menyakiti Yumi karena tidak akan ada yang mengganggunya.      

"Aisss... Kamu fikir siapa yang akan rugi? Kalau kamu sampai melukai aku atau yang lain. Maka kamu akan di penjara. Disini banyak CCTV yang tidak terlihat, itu kata penjaga Asrama. Jadi, apa kamu masih mau melukaiku? " Kata Qiara dengan santai dan tidak lupa, dia berikan senyum memprovakasi lawannya seperti biasanya.      

Yumi merasa kagum dengan keberanian Qiara yang menentang Nita. Dia berfikir kalau dia akan belajar sama Qiara agar bisa menjadi orang yang setangguh Qiara.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.