Istri Kecil Tuan Ju

Kapan Kamu Dewasa?



Kapan Kamu Dewasa?

0"Ohhh ... Tuan Ju! Dia tidak boleh kena tusuk! Dia harus selamat! Kalau tidak para preman itu akan kena hukuman mati. " Teriak salah seorang gadis dengan khawatir ketika melihat pisau yang di keluarkan oleh lelaki itu.     

"Iya. Ini sangat bahaya. Dan mereka sudah memilih lawan yang salah." sahut yang lain nya dengan heran.     

"Ayo habisi dia! "Kata salah seorang preman itu.      

"Ayo buat dia menyesal! "Teriak lelaki itu seraya bersiap melakukan serangan kepada Julian.      

"Baik. Majulah sekarag! Aku ingin lihat bagaimana kalian akan membuatku menyesal!" sahut Julian sambil menatap lurus kepada mereka.      

Seketika itu, mereka semua mengikuti arah pandang Julian. Tepat saat itu Julian sudah berlari menerjang ke arah mereka semua dengan tangan kosong.      

Mereka pun terkejut dan menganggap kalau itu tidak sesuai dengan perhitungan mereka yang banyak.      

"Waoo ... Tuan Ju keren ... Aaa ... Aku terpesona." Teriak para gadis dengan tatapan yang tidak berkedip sedikit pun.     

'Tuan Ju memang pantas memang menjadi suami idaman para perempuan kota A. Aku sangat menyukai dia yang pandai sekali bertarung karena aku akan aman selama ada dia. Uhhh ... Keren .. dia maju sendirian melawan musuh yang lebih dari satu. Aku tidak akan kehilangan lagi, akan aku temukan cara agar dia bisa menjadi milikku. ' Batin Fanya yang juga tidak ingin beranjak karena menurutnya itu sangat seru untuk di tonton.      

Sementara itu, dengan kecepatan maksimal yang bisa ia capai, Julian     

berlari tanpa menunjukkan ekspresi ragu sedikitpun. Setelah itu Julian melompat sambil menyajikan lututnya pada kepala orang pertama yang ia temui, seketika itu ia langsung terbanting ke trotoar dengan sangat keras.      

"Ahhhh ... " Ringis orang yang tadi berhasil dia tumbangkan.      

Para penonton yang tidak di sadari oleh Julian itu pun ikut greget dan semakin betah.      

Mereka juga penasaran siapa yang akan menang. Akan kah idola mereka bisa keluar sebagai pemenang?.     

Saking kesemsem nya sama Julian. Mereka lupa pada tujuan mereka. Sementara itu, Julian sudah kembali lagi menjejakkan kakinya di tanah lalu menendang orang di depannya. Seketika itu, lawan nya tertunduk saat tendangan kaki kiri Julian mendarat di punggungnya.      

Setelah itu, Julian melompati punggung dua orang di depan nya sambil menyajikan tendangan memutar yang sangat keras lalu melompat di udara pada orang di belakangnya hingga tepat mengenai wajah lawannya itu.      

Julian lagi - lagi melayangkan pukulan dan tendangan pada siapapun yang mendekat ke arahnya. Ia terus menyerang, dan setiap serangan yang berhasil ia lancarkan membuat semua orang terkagum - kagum. Terlebih ketika mereka melihat keringat yang membasahi kemeja Julian yang membuatnya tampak seksi.      

"Ya ampun ... Dia keren banget. Aku merasa tidak tahan lagi pengen memeluknya!" Ucap salah satu penonton wanita itu.      

"Aku ingin melepaskan bajunya lalu mengepel Tubuhnya dengan tanganku sendiri. Ahhh ... Seksi nya."Sahut yang lainnya dengan keranjingan.      

'Ya ampun ... Bentapa menjijikkan nya para wanita ini. Mereka sangat mesum. Tidakkah mereka tau kalau aku sudah menandai Tuan Ju. Maka mereka tidak akan bisa berbuat apa - apa. 'Batin Fanya seraya menyeringai kepada semua wanita yang ada di sekitarnya.      

Kembali ke Medan pertempuran. Qiara yang terlepas dari cengkeraman para lelaki itu ia langsung merosot ke tanah dengan wajah yang pucat pasi.      

Melihat kondisi Qiara. Julian semakin murka, Ia pun kembali menendang orang di sampingnya, menunduk untuk menghindari tiga pukulan sekaligus yang datang dari berbagai arah. Ia menghindar dan kembali melayangkan pukulan keras pada orang terdekat dengannya, sambil menangkis serangan lain dari arah samping.      

Seketika itu, seseorang yang berada di belakang Julian pun menunduk lalu melingkarkan kedua tangannya di pinggang Julian dari arah belakang.      

Dengan sekuat tenaga yang ia miliki, ia berusaha mengangkat tubuh Julian lalu membantingnya ke tanah. Namun Julian semakin gila dan amarahnya tidak terkontrol, sehingga ia langsung menendang orang di hadapannya saat tubuhnya diangkat oleh orang yang memeluk pinggangnya dari belakang itu, membuat Julian dan orang yang memeluknya termundur lalu jatuh. Seketika itu, orang itu melepaskan pelukannya pada pinggang Julian.      

Lalu Zian pun langsung berguling ke samping dan menyelengkat kaki lawannya dan dengan cepat kembali berdiri.      

Julian harus memastikan agar menghindari tubuhnya dijatuhkan ke tanah, karena jika hal itu terjadi, maka habislah dia diinjak-injak preman yang masih tersisa. Yang lainnya sudah tumbang di tanah.      

Sementara itu serangan belum juga berakhir di layangkan ke Julian. Dengan ketajaman instingnya, Julian selalu berhasil menangkis dan menghindar, juga melancarkan serangan secara terus menerus tanpa henti.     

"Hei... Berhentilah! Yang kita lawan adalah Tuan Ju. Orang paling berpengaruh di kota ini. "Bisik salah satu temannya yang sudah terluka.      

"Benarkah? Dia Tuan Ju? " Sahut yang lainnya.      

"Sial ... Kita menemukan lawan yang salah. Sebaiknya kita kabur sebelum kita kena masalah yang lebih besar lagi! "     

Setelah mengatakan itu, mereka semua berniat kabur. Namun, langkah mereka di hentikan oleh Joni yang sangar.      

"Mau kemana kalian? Tidak mudah lolos jika sudah menyentuh Tuan Julian!" kata Joni.      

"Tolong maafkan kami! Kami tidak tau kalau dia adala Tuan Ju. " Kata salah seorang dari mereka seraya menelungkupkan tangannya.      

"Kalian harus membayar perbuatan kalian! "      

Setelah mengatakan itu. Joni membuat panggilan ke kantor polisi terdekat. Mendengar Joni melaporkannya, para preman itu menjadi ketakutan setengah mati.      

Sementara itu Julian merasa bersalah dan patah hati melihat Qiara yang dia anggap ada di kampus nyatanya ada di jalan dengan kondisi yang buruk.      

"Qiara... Apa kamu baik - baik saja? " Tanya Julian seraya membawa Qiara dalam pelukannya. Semua orang langsung fokus pada Julian yang tampak sedih ketika memangku Qiara.      

"Siapa gadis itu? Sepertinya dia orang yang sangat penting bagi Tuan Ju? "     

"Betul itu. Apa mungkin dia kekasihnya? "     

"Rasanya tidak mungkin Tuan Ju akan memiliki kekasih seperti dia. Kalau di perhatikan dia masih sangat muda Buat Tuan Ju. Apa mungkin dia adalah sepupunya? "     

Mendengar bisik- bisik itu. Fanya mengepakan tinjunya. Dia mengenal Qiara dan beberapa kali pernah bertemu dengannya.      

'Bukankah itu gadis nakal yang Feny pernah ceritakan padaku? Dia juga pernah di tolong di Restauran oleh Tun Ju. Tapi, siapa dia baginya? Apakah ada hubungan spesial' Batin Fanya dengan ekspresi bingung.      

"Bos! Ayo kita pergi! Para kariyawan anda sudah menunggu lama di kantor! Bukankah kita mau bahas proyek besar? "Kata sang sekretaris seraya menarik lengan Fanya yang masih terdiam memperhatikan Julian     

"Apa untung nya jika aku datang dengan segera ke kantor? Jika disini ada pemandangan indah?" Tanya Fanya tanpa melirik sekretarisnya.      

"Kita akan segera menyelesaikan proyek itu. Bukankah itu yang bos inginkan? " Jawab sang sekretaris sambil tersenyum.      

"Kalau begitu, Ayo pergi!" seru Fanya tanpa banyak bertanya atau mengeluh. Sebab dia tidak ingin menunda - Nunda sesuatu yang menguntungkan bagi perusahaannya agar ia pantas mendampingi Julian.      

'Tuan Ju! Aku mengejarmu karena sepertinya aku benar jatuh cinta padaku. 'Batin Fanya seraya memasuki mobilnya.      

Sang skertaris mengikuti nya dari belakang dengan patuh tanpa banyak kata.      

Sementara itu Julian sudah berada di mobil membawa Qiara. Dia membiarkan Joni untuk mengurus para preman itu.      

"Julian patah hati melihat kondisi Qiara yang pucat dan tidak mau bicara walaupun dia masih sadar.     

"Kenap kamu bisa begini? " Tanya Julian dengan panik.      

Qiara memalingkan wajahnya dari Julian. Ia tidak ingin melihat Julian saat ini.      

"Baiklah, jika kamu memang tidak mau biacara denganku. Itu tidak apa-apa. Sekarang kita ke rumah sakit! "      

Setelah mengatakan itu, Julian memutar balik mobilnya menuju rumah sakit kota.      

"Aku baru aja kabur dari rumah sakit. Jadi, jangan bawa aku kesana. Aku hanya ingin istirahat sebentar. "     

Setelah mengatakan itu ia kembali memalingkan wajahnya. Sedangkan Julian terkejut.      

"Apa? Kenapa kamu bisa kabur dari rumah sakit? Bukankah kamu ikut mata kuliahku tadi pagi? Lalu, bagaimana bisa kamu ada di rumah sakit? " tanya Julian dengan ekspresi bingung.     

"Tolong berhentillah menjadi Dosenku! " Bukannya menajwab Julian, Qiara malah membuat permintaan padanya.      

Walaupun kondisinya sangat lemah. Tapi. Dia masih sanggup bicara.      

"Qiara... Kalau orang bertanya kamu harus menjawab nya! Jangan kebiasaan untuk bertanya kembali. " Kata Julian dengan geram karena dia paling tidak suka dengan orang yang seperti itu.      

"Kenapa kamu membentakku hah? Aku tidak pernah memintamu untuk memperhatikanku. Soal aku di rumah sakit itu urusanku. " kata Qiara lagi dengan sinis.      

"Qiara ... Mau sampai kapan kamu terus begini? Kapan kamu akan dewasa? Aku ini suamimu yang harus kamu taati dan hormati. Tapi, kenapa kamu juga belum sadar dengan statusmu itu. "Julian masih marah dengan Qiara. Dia khawatir itulah sebabnya dia marah sama Qiara.      

"Bukankah kamu tau kalau aku ini belum dewasa? Kenapa kamu malah menikahiku? Kenapa kita tidak berceari saja biar aku bisa bebas dari orang sepertimu. "     

Julian terdiam mendengar teriakan Qiara yang tidak begitu tinggi karena kondisinya yang tidak memungkinkan.      

Dia fikir Qiara akan berubah setelah mereka berbagi kamar berdua. Dia sudah senang karena sejak saat itu Qiara tidak lagi menyebut soal perceraian.      

"Mari bercerai! Aku tidak ingin merepotkan hidupmu hanya karena ulahku yang belum dewasa. Aku tidak bisa seperti kakak ku yang sangat kamu cintai itu. Aku bukan. Dia, jadi sadarlah! " Kata Qiara lagi yang kini membawa nama kakaknya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.