Istri Kecil Tuan Ju

Terkurung.



Terkurung.

0'Sial, sepertinya aku di dikurung di sini. Haruskah aku berikan mereka pelajaran dengan menghubungi Maxwell? Tapi, aku takut Maxwell akan besar kepala dan merasa di butuhkan.'Batin Qiara.     

Tepat saat itu ponselnya berbunyi dan itu dari Aurel. Qiara pun langsung mengangkatnya karena ia juga berniat menelpon Aurel, tapi keduluan.     

"Liana kamu dimana? Kenapa sangat lama?" Tanya Aurel dengan kesal karena ia sudah lama menunggu di Restauran.     

"Aku ke kunci di kamar mandi. Bagaimana ini?" Jawab Qiara sambil melirik ke berbagai arah untuk menemukan jalan keluar.     

Aurel pun kaget setelah mendengar pengakuan Qiara.     

"Ada apa dengan wajah itu?" Tanya Maxwell yang duduk di seberangnya bersama Kevin.     

Mereka memang janjian untuk makan siang bersama atas permintaan Maxwell, tapi tanpa diketahui oleh yang lain.     

"Liana ke kunci di kamar mandi." Jawab Aurel.     

Maxwell langsung mengeluarkan ponselnya lalu membuat panggilan.     

"Halo bos, ada yang bisa saya bantu?" Tanya satpam yang ada di seberang telpon.     

"Cepat buka pintu kamar mandi khusus perempuan ... Ada orang penting di dalam sedang ke kunci." Perintah Maxwell.     

"Apa? Bagaimana bisa? Ya sudah, aku akan buka dengan cepat." Satpam itu langsung panik karena ia takut di salahkan oleh Maxwell.     

"Bagus. Aku akan mengirim makanan enak untukmu jika dia bisa keluar lebih cepat."      

" Baik bos!" Setelah itu, pak satpam segera berlari menyusuri kamar mandi perempuan yang ada di seluruh gedung itu.     

Aurel dan Kevin menganga melihat Maxwell membuat panggilan tanpa pemberitahuan.     

"Kenapa kalian menatapku begitu?" Tanya Maxwell sambil mengunyah makanannya.     

"Siapa yang kamu telpon tadi? Apakah itu Rafael? Tapi, jika itu Rafael bukankah akan memakan waktu yang lama untuk dia datang?" Tanya Kevin dengan bingung.     

"Aku telpon satpam yang jaga di pintu depan."      

Sekali lagi Aurel dan Kevin terkejut, bagaimana mungkin Maxwell menyimpan nomer seorang satpam.     

"Sejak kapan kamu akrab dengan satpam YM Entertainment? Sama Klien mu saja kamu tidak akrab, bahkan kamu tidak menyimpan nomerku. Bagaimana seorang satpam lebih spesial dari aku?" Tanya Kevin dengan heran.     

"Sejak dia bertugas. Aku lebih suka menyimpan nomer orang yang mempertaruhkan nyawanya demi keamanan semua orang. Setidaknya mereka tidak akan menghubungi aku untuk hal yang tidak penting." Jawab Maxwell dengan santai.     

"Hahaha ... "Kevin tertawa dengan keras mendengar jawaban Maxwell. Ia merasa tidak di hargai profesi nya.      

Aurel yang sedari tadi diam langsung terkejut melihat Kevin yang tertawa dengan keras itu.     

'Aku pikir dia robot sehingga tidak pernah senyum. Tapi, ternyata dia manusia karena bisa tertawa selebar itu.'Batin Aurel.     

"Sudahlah ... Jangan cemburu begitu. Aku memang menyimpan nomer mereka, tapi aku tidak hafal sehingga aku harus mencari nama mereka di kontak. Tapi, kalau nomerku aku simpan di otakku ... Jadi, tidak perlu aku simpan."     

Ekspresi Kevin langsung melunak setelah mendengar apa yang Maxwell ucapkan.     

Setelah itu ia melanjutkan makanan nya tanpa memperdulikan Maxwell.     

Sementara itu, Qiara berhasil keluar dari kamar mandi dengan bantuan satpam itu.     

"Terimakasih Pak!"      

"Sama-sama nona!"     

Setelah itu Qiara pun langsung bergegas menyusul Aurel ke Restauran.      

~Restauran~     

Sesampainya di Restauran. Qiara langsung menunjukkan hormatnya dan permintaan maafnya karena sudah telat.     

"Sebenarnya siapa bosnya disini, kamu sangat membuang waktuku! " Tanya Kevin dengan tatapan dingin walaupun Kevin sudah tahu apa alasan Qiara terlambat.      

"Maaf bos Kevin. Saya tidak bermaksud terlambat. Tapi, saya ... "      

"Sudahlah, jangan berdebat terus! Biarkan yang sudah lewat berlalu. Karena kalian hanya akan merusak selera makanku. Sebaiknya, kalian duduk tenang dan makan sianglah yang banyak, karena kita ditraktir oleh Kevin. " Kata Maxwell sambil tersenyum kearah Qiara.     

Maxwell sengaja menghentikan Qiara mengatakan apa yang sudah dia alami, karena Maxwell tidak mau merusak suasana makan siangnya yang berharga bersama Qiara.     

"Apa? Bagaimana mungkin aku yang teraktir, bukankah kamu yang mengajak untuk makan siang? " Ujar Kevin sambil menatap sinis kepada Maxwell.     

"Sesekali kamu teraktir akulah, bukankah kamu sutrada hebat YM Entertaiment? Lagai pula, mentraktir kami tidak akan membuatmu jatuh miskin kok. " Kata Maxwell sambil menepuk bahu Kevin dengan ekspresi serius.     

"Iya Vin, kamu jangan pelit begitulah. kita kan patner." Kata Aurel sambil mengedipkan matanya kearah Kevin.     

"Kalian ternyata bersekongkol. " Setelah mengatakan itu, Kevin menikmati makanannya dan mengabaikan Aurel dan Maxwell.     

'Aku tidak menyangka, kalau orang-orang YM Entertainment itu ternyata lucu dan asik. Aku beruntung mengenal mereka. ' batin Qiara.      

Setelah membatin, Qiara pun langsung duduk di samping Maxwell yang sengaja di kosongkan.     

Beberapa saat kemudian.     

Sambil menikmati makan penutupnya, Aurel tiba-tiba memperhatikan tingkah Maxwell yang memang tidak biasa kepada artis asuhannya itu.      

'Aku merasa ada yang aneh. Apakah Maxwell benar-benar menyukai Liana dengan sungguh-sungguh?' Batin Aurel.     

Maxwell tidak segan-segan menunjukkan perhatiannya pada Qiara sehingga Qiara merasa tidak nyaman. Walaupun begitu Qiara tetap sopan pada Maxwell.     

Sementara Kevin hanya diam karena dia tidak mau ikut campur dengan hubungan aneh yang diperlihatkan oleh Maxwell.     

Setelah makan siang, Qiara dan Aurel kembali ke lokasi Syuting.     

"Menurutmu siapa yang sudah mengunci mu di kamar mandi?" Tanya Aurel saat mereka sudah berada di dalam mobil menuju lokasi syuting berikutnya.     

"Aku hanya mendengar gelak tawa para perempuan. Tapi, aku tidak begitu jelas." Jawab Qiara.     

Seketika itu Aurel terdiam untuk berpikir sejenak. Sesaat kemudian, ia kembali menoleh kearah Qiara sembari berkata," Mulia sekarang kamu harus menghindari interaksi sama orang-orang yang mengundang perhatian, seperti Nathan tadi. Karena kamu artis baru dan tidak baik untuk memulai sekandal atau menumbuhkan kebencian sedini mungkin. Aku pikir mereka melakukan itu karena iri padamu."     

"Saya akan ingat selalu nasehat kakak!" Ujar Qiara dengan percaya diri.     

"Baiklah, lupakan kejadian tadi dan anggaplah sebagai pelajaran, karena dunia hiburan itu tidak seindah yang orang lain bayangkan. Lebih tepatnya dunia hiburan itu seperti ladang ranjau yang siap meledak kapan saja jika salah melangkah." Aurel tidak ingin mengulang kesalahan untuk yang ke dua kalinya.     

Cukup sekali ia berhadapan dengan artis yang depresi lalu bunuh diri. Semua karena dia tidak sanggup menerima hujatan dari fans dan saingannya.     

Qiara bergidik ngeri mendengar apa yang Aurel katakan. Istilah Ranjau membuat Qiara harus berpikir keras untuk tidak sampai menginjaknya agar tidak melukai kaki dan tubuhnya.     

"Aku akan berusaha ... "     

"Bagus. Sekarang fokus pada syuting mu hari ini!"     

"Oke." Setelah itu Qiara kembali fokus membaca naskahnya untuk adegan hari ini.     

Waktu berlalu begitu cepat, tanpa terasa Qiara sudah menyelesaikan syutingnya. Ia pun langsung pulang menggunakan taxi saat ia mengingat akan janjinya pada Zio.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.