Istri Kecil Tuan Ju

Kembali Bersama.



Kembali Bersama.

0"Oke. Aku akan menghadiahkan mu mobil keluaran terbaru. "     

Mendengar betapa baik dan royalnya Maxwell, Kevin hanya tertawa karena begitulah model sahabatnya itu. Siapapun yang nantinya akan menjadi kekasihnya, tentu saja akan bahagia karena di manjakan terus menerus.      

Dua sahabat itu pun langsung meninggalkan kantor hanya untuk makan bersama seperti saat mereka kuliah bersama.      

Malam Hari.     

Setelah selesai syuting, Qiara langsung pulang ke kosnya dengan menggunakan taxi karena dia tidak mau di antar oleh Aurel.     

Tepat saat dia sampai di kosnya. Qiara terkejut melihat Julian berdiri di samping mobilnya.     

'Bukankah itu Julian? Kenapa dia ada di depan kos ku?' Batin Qiara.     

Setelah membatin, Qiara melanjutkan langkahnya.     

"Julian, kenapa kamu ada disini? " Tanya Qiara setelah ia berada di belakang Julian.     

Mendengar suara Qiara, Julian langsung menoleh kearahnya sambil tersenyum lalu berkata, "Aku tidak sengaja lewat, selain itu aku ingin menjemputmu atas permintaan Bintang Kecil!"     

"Oh begitu. Tapi, sejak kapan kamu ada disini? " Qiara mengerutkan dahinya ketika melihat wajah Julian yang tampak kedinginan.     

"Aku sampai disini sekitar jam enam sore."Mendengar jawaban Julian, Qiara langsung melihat jam di ponselnya yang menunjukkan pukul 9 malam. Seketika itu Qiara menarik nafas karena Julian sudah menunggunya cukup lama.     

"Apa kamu sudah makan malam? " Tanya Qiara dengan perasaan yang tidak enak, dia khawatir kalau Julian akan sakit karena udara malam ini cukup dingin.     

"Belum." Jawab Julian sambil tersenyum.     

"Aku hanya beli Mie, apakah kamu mau makan? " Qiara menyesal tidak membeli sayuran yang lain, ia hanya membeli Mie di toko seberang. Karena dia masih artis kecil yang belum memiliki banyak uang untuk makan di restauran atau rumah makan. Selain itu ia harus mengirim uang untuk kebutuhan Ibunya dan bayar kos di tantenya.     

Qiara sedikit ragu saat menawarkan mie itu pada Julian, karena dia tahu kalau Julian tidak pernah memakan makanan kemasan.      

"Aku mau. " Jawab Julian dengan cepat. Walaupun ia tahu kalau Mie adalah makanan yang tidak sehat, tapi demi bisa makan dengan Qiara Julian pun mengabaikannya.     

"Baiklah, ayo masuk! "Ucap Qiara sembari membuka gerbang kosnya.      

Mendengar ajakan Qiara, Julian langsung bersemangat dan tidak menyia-nyiakan kesempatan, entah kapan mood Qiara akan berubah lagi.     

Tidak lama kemudian, Julian masuk ke kos Qiara dengan sopan. Namun, mereka berdua terkejut ketika mendengar suara mobil berhenti di depan kos Qiara.      

"Itu mobil Nathan. " Kata Julian yang akrab dengan mobil Nathan.      

"Kenapa dia kesini? Darimana dia tahu alamatku?" Tanya Qiara dengan bingung.      

"Bukan aku yang memberitahunya." Kata Julian yang dengan cepat mengklarifikasi kebenarannya.      

Sesaat kemudian Nathan keluar dari mobilnya.     

"Selamat malam kakak dan kakak iparku." Sapa Nathan setelah ia masuk melewati gerbang kos Qiara bersama Yumi.      

"Kak Yumi juga ikut? "      

"Iya, aku yang memaksa Nathan untuk menemaniku kesini. " Kata Yumi sambil tersenyum malu.      

"Karena kalian sudah datang, masuklah dulu, kita makan sama-sama!" Kata Qiara sambil membuka pintu kosnya.      

Nathan dan Yumi masuk ke dalam kos Qiara sambil tersenyum karena mereka sudah berhasil membuat Julian kesal.     

Dalam Rumah.     

"Kalian duduklah dulu aku akan memasak mie!" Kata Qiara mempersilahkan mereka bertiga untuk duduk di kursi ruang tamu.     

Setelah itu Qiara meletakkan tasnya lalu masuk ke dapur membawa mie yang sudah ia beli.     

Tanpa sepengetahuan Qiara , Julian mengikutinya ke dapur, seketika itu Qiara berhenti lalu berbalik menatap heran kearah Julian.      

"Kamu kenapa ikut kesini?"tanya Qiara tanpa ekspresi.      

Nathan dan Yumi hanya tersenyum melihat Qiara dan Julian yang mulai bicara dengan nada yang aneh. Mereka hanya duduk diam menonton pasangan itu.      

"Aku mau membantumu agar cepat. " jawab Julian dengan tulus.      

Qiara berfikir sejenak, menurutnya Julian ada benarnya. Dengan dibantu setidaknya mereka makan lebih cepat. Untungnya Qiara membeli banyak mie hanya untuk persediaan saja kalau dia lapar ditengah malam.     

"Ok. Kamu bisa membantuku!" Kata Qiara sambil mengangguk.      

Setelah itu, Julian mengikuti Qiara masuk ke dapur sambil mengamati sekitar.     

Julian merasa tidak nyaman melihat orang yang dia cintai berada di kos yang kecil dengan kondisi dapur yang kurang bersih, sebab Qiara memang jarang membersihkannya.      

"Selama ini kalau mau makan apa kamu tidak pernah masak? " Tanya Julian ketika dia tidak menemukan perkakas untuk masak dan sebagainya. Hanya perkakas untuk memasak air yang ada.      

"Kalau aku lapar, biasanya aku beli di warung. Karena aku sangat sibuk bekerja dari pagi sampai siang, makanya aku tidak pernah masak." Jawab Qiara seraya memulai untuk memasak air.      

Julian hanya menarik nafas dalam, dia ingin membawa Qiara kembali ke rumahnya yang lebih nyaman, tapi dia tidak mau tergesa-gesa.     

"Oh gitu." Julian tidak menunjukkan reaksi yang berlebihan agar ia tidak menyinggung perasaan Qiara.     

Ruang Tamu.     

Sementara Nathan dan Yumi tersenyum memperhatikan dua orang yang terlihat sibuk di dapur itu, padahal hanya masak Mie.      

"Sempurna. Mereka terlihat seperti pasangan yang saling melengkapi. Kalau saja mereka tidak pernah pisah, mungkin Bintang kecil akan sangat bahagia dan ceria. " Kata Nathan dengan tatapan berkaca-kaca.      

"Aku setuju." Ujar Yumi.     

"Ini semua salah Mama nya. " Kata Nathan lagi dengan ketus.      

"Jangan menyalahkan siapapun, aku yakin Qiara pasti punya alasan kenapa dia sampai meninggalkan Tuan Ju." Kata Yumi yang merasa yakin kalau Qiara bukanlah orang yang tega meninggalkan anaknya begitu saja.      

"Baiklah, tapi tidakkah kamu merasa iri dengan tampilan kasih sayang mereka? kalau aku sih sangat cemburu. Oleh karena itu, apa kamu kamu menikah denganku? "     

Mendengar apa yang dikatakan Nathan, Yumi langsung diam dan melirik nya penuh arti.      

"Pernikahan itu bukan hal yang bisa kamu permainkan. Jadi, jangan sembarang bicara tentang pernikahan jika kamu hanya bercanda." Kata Yumi yang tidak bisa mempercayai apa yang dikatakan Nathan.      

"Aku akan membuktikannya nanti" Sahut Nathan dengan serius.      

Yumi hanya menarik nafas dalam karena tidak tahu mau berkata apa oleh karena itu dia memilih untuk tidak melanjutkan obrolan itu.      

Karena Yumi diam, Nathan pun tersenyum licik dan berniat mengganggu kakak nya dengan Qiara yang masih ada di dapur.      

"Kenapa kamu kesini?" tanya Julian dengan sinis.      

"Untuk membantumu kalian yang sangat lama. Hanya masak Mie saja kalian begitu lama. " Jawab Nathan dengan santai dan senyum yang jahil.     

"Apakah aku benar kakak ipar?" Tanya Nathan kepada Qiara yang masih diam melihat kekonyolan nya itu.      

"Suka-suka hatimu sudah. " Sahut Qiara yang merasa malas meladeni Nathan karena dia memang sangat capek.      

"Kamu sebaiknya kembali ke ruang tamu menemani Yumi, jangan ganggu kami!. " Seru Julian yang merasa sangat terganggu dengan kedatangan Nathan.      

"Aku ingin makan Mie juga. " Kata Nathan dengan cemberut.      

"Bukankah kalian sibuk di GM Entertaimen? Kenapa ada disini? Apakah Manager kalian tahu ulah kalian ini?" Tanya Julian dengan geram.     

"Aku... "     

"Sudahlah, jangan berdebat lagi, mari kita makan bersama, kebetulan aku beli banyak Mie tadi. Jadi, kita bisa makan bersama-sama!" Kata Qiara yang sudah selesai memasak Mie nya.      

"Asikk ... " Nathan tersenyum lebar karena dia juga tidak pernah makan makanan kemasan, ia pun tidak sabar untuk menyantapnya.      

Julian dan Nathan membantu Qiara untuk membawa mie itu ke ruang tamu, dimana Yumi sudah menunggunya.      

Mereka berempat pun makan malam bersama menikmati Mie yang di masak oleh Qiara dan Julian.     

Malam ini, Qiara dan Julian terlihat seperti pasangan yang normal kembali meskipun mereka berdua masih terlihat canggung didepan Nathan dan Yumi.      

Beberapa saat kemudian.     

Setelah Nathan dan Yumi selesai makan malam dan ngobrol bersama mereka berdua amit duluan. Sedangkan Julian masih duduk di ruang tamu dengan tenang dan santai.      

"Kenapa kamu belum pulang? " Tanya Qiara dengan heran ketika melihat Julian masih duduk dengan santai.      

"Bukankah kita susah sepakat untuk pergi ke rumahku? Bintang Kecil tidak bisa tidur sebelum ketemu kamu. " Jawab Julian yang lagi-lagi menjadikan anak mereka alasan.      

"Tapi, kita ini sudah bukan suami istri. Jadi, kita tidak boleh tinggal bersama. " Kata Qiara sambil menunduk.      

Julian tersenyum mendengar apa yang Qiara katakan.      

"Bukankah kamu pengasuhnya? Kenapa kamu tidak merubah diri lagi menjadikan pengasuhnya?"Tanya Julian.     

Seketika itu Qiara semakin menunduk karena malu.     

"Aku tidak ingin menjadi pengasuh Zio lagi. Karena tidak akan nyaman bagiku setelah kamu tahu penyamaran ku itu." Kata Qiara.     

"Kalau begitu, sekarang ganti bajumu karena aku akan membawamu ke suatu tempat. " Kata Julian dengan bersemangat karena dia memiliki ide untuk menarik Qiara agar selalu berada di sampingnya.     

"Mau kemana? Ini sudah mau jam sebelas malam. " Tanya Qiara dengan heran dan bingung.      

"Ikut saja, ini semua demi anak kita!" Kata Julian sambil tersenyum.      

Qiara tidak punya pilihan karena dia selalu merasa lemah saat Julian menyebut anak mereka.      

"Baiklah, kamu tunggu saja di mobil. " Setelah mengatakan itu, Qiara langsung bergegas masuk ke kamarnya dan meninggalkan Julian di ruang tamu.      

Setelah Qiara masuk kamar, Julian langsung membuat panggilan kepada Andi sambil berjalan keluar menuju mobilnya.      

"Halo bos! " Terdengar suara Andi yang agak lemas karena dia baru saja sampai di rumah.      

"Sekarang juga, kamu datang ke kantor Urusan Agama. Pastikan wali nikah dan beberapa saksi hadir di sana. Selain itu, hubungi staf mereka untuk membuat buku nikah. Sekarang juga! " Seru Julian dengan tegas.      

Andi yang tadinya kelelahan langsung kaget mendengar apa yang dikatakan oleh bosnya itu.      

"Siapa yang mau menikah tengah malam begini bos? " Tanya Andi dengan bingung.      

"Lakukan perintahku sekarang, nanti kamu juga akan tahu." Jawab Julian sambil tersenyum.      

"Baiklah bos. Saya akan melaksanakan perintah dari anda. " Setelah mengatakan itu, Andi langsung mematikan ponselnya. .     

Tidak lama setelah itu, Andi langsung keluar lagi dan mengurungkan niatnya untuk tidur.      

'Aku tidak boleh kalah cepat. Istri kecilku yang dulu sudah tumbuh dewasa, ada begitu banyak lelaki yang menginginkannya. Oleh karena itu, aku tidak mau tahu dan tidak perduli apapun, aku harus menikahinya lagi malam ini juga ' Batin Julian sambil menatap foto Qiara yang ada di ponselnya.      

Tadinya, dia ingin meminta Nathan dan Yumi ikut jadi saksi. Tapi, dia tidak boleh gegabah, karena dua orang itu selalu diikuti oleh paparazi dan wartawan. Oleh karena itu, Julian tidak mau Qiara merasa berat dan khawatir kalau identitasnya terungkap.     

Julian juga tahu kalau Qiara terikat kontrak yang tidak memperbolehkannya menikah sebelum dua tahun berlalu. Namun, ia tidak ingin memberikan celah bagi Maxwell untuk memiliki wanita yang dia cintai.      

"Ayo pergi! " Kata Qiara yang tiba-tiba sudah ada di sampingnya.      

"Sejak kapan kamu datang?" Tanya Julia yang kaget saat melihat Qiara sudah duduk di sebelahnya.      

"Aku sudah duduk dari tadi. Tapi kamu terlihat melamun, makanya kamu tidak tahu aku sudah ada di dalam mobilmu?" Jawab Qiara dengan cemeberut.     

"Maaf. Baiklah, kita akan berangkat sekarang!" Kata Julian seraya menjalankan mobilnya.      

"Oke." Sambut Qiara dengan bersemangat.     

Sepanjang perjalanan, Qiara hanya terdiam dan tidak banyak bicara sampai Julian memulai pembicaraan dengannya.      

"Qiara... ? "      

"Kenapa?" Jawab Qiara dengan malas.      

"Apakah kamu perduli dengan Zio? " Tanya Julian dengan basa basi sebelum kepada intinya.      

"Pertanyaan macam apa itu? " Tanya Qiara balik sambil melotot kepada Julian.      

" Jawab saja! " Kata Julian lagi dengan suara yang ditekan.      

"Tentu saja aku perduli kepada Zio, itulah sebabnya aku meninggalkannya. " Kata Qiara sambil menunduk.      

Julian terdiam saat mendengar jawaban Qiara. Setelah itu ia melirik Qiara dengan bingung.      

"Apa maksudmu? Kenapa kamu mengatakan bahwa itu alasanmu, seolah kamu dipaksa. Jelaskan padaku sekarang! " Kata Julian dengan nada suara yang meninggi. Seketika itu, Qiara langsung kaget.      

"Arrrgg... " Qiara lebih kaget lagi saat Julian menghentikan mobilnya tiba-tiba.      

"Apa kamu tidak apa-apa? " Tanya Julian yang khawatir melihat Qiara yang hampir kejedot.     

"Aku tidak apa-apa. Lain kali, kalau mau berhenti hati-hati!" Jawab Qiara seraya menarik nafas dalam.      

"Oke. Maafkan aku. Tapi, aku mohon katakan padaku kenapa kamu meninggalkan kami, aku yakin bukan hanya karena kamu cemburu iya kan?" Tanya Julian lagi dengan nada yang lebih rendah dari sebelumnya.      

Qiara terdiam sejenak sambil nerpikir. Virsen sudah membahayakan anaknya malam itu dan dia tidak menepati janjinya, jadi untuk apa dia menepati janji pada lelaki gila. Selain itu, dia harus melindungi anaknya dari jarak yang lebih dekat mulai sekarang.      

"Aku diancam. " Ucap Qiara dengan nada pelan.      

Ekspresi Julian semakin buruk, ia mengepalkan tinjunya.      

"Katakan siapa yang melakukan itu! " Tanya Julian dengan emosi yang tidak tertahankan.      

"Aku akan mengatakannya asal kamu berjanji untuk tidak melakukan hal bodoh, karena yang menjadi taruhannya adalah putra kita. " Kata Qiara dengan cemas.      

"Aku bukan orang bodoh. Jadi, katakan saja dan aku tidak akan mengecewakanmu. " Kata Julian sambil menarik nafas dalam.      

"Sebenernya, malam itu aku ditelpon oleh seseorang lelaki yang bernama Virsen. Dia mengancam akan membunuh anakku dan kamu jika aku terus bersamamu. Aku pun menyetujuinya karena dorongan rasa cemburu dan sakit hatiku." Jelas Qiara yang memang polos dan sulit menyembunyikan sebuah kebenaran.      

Julian mengepalkan tinjunya semakin erat. Tatapannya sangat gelap karena kali ini Virsen sudah sangat keterlaluan. Dia berani menghancurkan hidup keluarganya hanya karena sebuah dendam yang konyol.      

"Apa kamu mau melindungi Zio dari jarak dekat? " Tanya Julian sambil menggertakkan giginya.      

"Tentu saja. Aku akan sering berkunjung ke rumahmu untuk melihatnya. " Jawab Qiara dengan polosnya.      

"Kalau begitu, kita harus menikah agar kamu bisa tinggal lagi di rumah!"     

Mendengar perkataan Julian. Qiara langsung kaget dan menoleh kepadanya dengan ekspresi yang rumit.      

"Menikah? Bagaimana mungkin. Aku ini masih terikat kontrak, dan aku sudah nyaman dengan profesi ku ini. Jadi, aku tidak akan bisa menikah. " Jawab Qiara dengan sinis.     

"Kamu tenang saja. Kita akan menikah diam- diam untuk Zio. Selain itu, aku tidak akan ikut campur dengan urusan pekerjaanmu. Aku akan membebaskan mu mengambil keputusan. Yang penting sekarang, kamu bisa tinggal di rumah bersama Zio. Aku tidak akan menyentuhmu jika kamu tidak mau. " Kata Julian mempertegas alasannya.     

Qiara terdiam kembali ketika mendengar perkataan Julian.      

"Bagaimana dengan Mama? Aku pikir dia tidak akan setuju." Tanya Qiara ketika mengingat mertuanya yang sudah tidak menyukainya lagi.     

"Ini pernikahan rahasia. Pesta pernikahan kita akan diadakan setelah kamu siap untuk melakukannya. Jadi, untuk sementara Mama tidak perlu tahu. Kita akan melakukan ini demi Zio. Bagaimana! " Kata Julian.     

"Baiklah. Kalau begitu, kapan kamu mau melakukannya? " Tanya Qiara yang mulai luluh dengan rencana Julian.     

"Sekarang." Setelah mengatakan itu, Julian langsung menjalankan kembali mobilnya tanpa memperdulikan ekspresi bingung Qiara.     

"Julian, bagaimana kita bisa menikah tengah malam begini? Apa kamu gila? KUA juga tutup kali. "Tanya Qiara dengan perasaan yang benar -benar sangat membingungkan.      

"Itu mudah bagiku. " Jawab Julian sambil tersenyum ke arah Qiara.      

Melihat betapa seriusnya Julian. Qiara memilih diam dan menunggu apa yang bisa dilakukan oleh seorang Julian yang kaya raya itu.      

Gedung KUA.     

Tidak lama kemudian, Julian sampai di Kantor Urusan Agama.      

"Ayo turun!" Kata Julian sambil menjulurkan tangan kanannya.      

Tanpa ragu, Qiara langsung menyambut uluran tangan Julian dengan bingung.     

Di depan pintu kantor, mereka berdua sudah di tunggu oleh Andi dan Bibi Liu.     

"Selamat malam Tuan! " Sambut mereka semua.     

"Malam, apakah semua sudah siap? " Tanya Julian.     

"Sudah bos. Silahkan masuk! "Jawab Andi seraya membukakan pintu buat Julian.      

" Ayo masuk! " Kata Julian kepada Qiara yang masih bingung melihat apa yang Julian lakukan di tengah malam.      

Di dalam kantor itu, sudah ada penghulu dan wali hakim yang akan menikahkan Qiara. Sedang saksi cukup mereka berdua. Andi dan Bibi Liu.     

"Apakah ini boleh kita lakukan? Bukankah Papa masih hidup? " Bisik Qiara.      

"Dalam keadaan seperti ini, semua bisa saja. Jadi, kamu duduklah agar kita segera pulang." Kata Julian sambil membantu Qiara untuk duduk di kursinya.      

Qiara duduk dengan patuh. Seketika itu Bibi Liu menyematkan selendang di atas kepala Julian dan Qiara.     

Tidak lama setelah itu, akad nikah pun di mulai. Jantung Qiara deg-degan sangat kencang. Ini pernikahan keduanya bersama lelaki yang sama dalam kondisi yang sama. Tetap di rahasiakan.      

Akad nikah di tengah malam itu pun terlaksana dengan cepat dan lancar. Qiara dan Julian pun kembali sah menjadi suami istri.     

Tanpa ragu, Julian langsung mencium kening Qiara dengan mesra. Seketika itu hatinya menjadi tenang dan bahagia.     

Setelah melangsungkan akad nikah. Julian pun membawa Qiara pulang ke rumahnya.     

Rumah Julian.     

Itu sudah jam 12 malam.     

"Selamat datang kembali istriku! " Kata Julian setelah mereka sampai di rumah dan membuka pintu buat Qiara.     

"Aku akan langsung ke kamar Zio." Kata Qiara y dengan grogi. Setelah itu ia melangkahkan kakinya untuk pergi menuju kamar Zio.      

Namun, Julian mendekap nya dari belakang sambil menempelkan wajahnya di wajah Qiara.      

"Tidak bisakah kamu menemaniku malam ini hingga pajar menyingsing? Aku merindukanmu!." Bisik Julian sambil meniup telinga Qiara.     

Seketika itu, Qiara merinding dan panas dingin.      

"Aku... " Belum sempat Qiara melanjutkan kata-katanya. Julian langsung menyerang bibir Qiara karena dia tidak bisa menahan diri lagi.     

Merasakan hangat ciuman bibir Julian yang lembut, seketika itu itu Qiara merasa mau gila dan akhirnya ia mengalah pada nafsunya.      

Tidak lama kemudian, Qiara menutup matanya dan menikmati setiap ciuman yang Julian berikan.      

Setelah itu, Julian menarik pinggang Qiara yang ramping agar menempel di tubuhnya, dan dengan buas Julian melumat habis bibir wanita yang sangat ia rindukan itu,      

Merasakan ciuman yang menggairahkan, Qiara semakin mengeratkan pelukan tangannya di leher Julian.      

Seketika itu nafas mereka berdua saling memburu, ciuman panas diantara dua orang yang sudah lama saling merindukan itu benar-benar gila.      

Menyadari mereka berasa di ruang yang terbuka, dan pelayan akan melihat mereka jika tetap berada di ruang tamu itu. Julian pun langsung menarik kembali tubuh Qiara untuk masuk ke kamar mereka tanpa melepas ciuman yang menggairahkan itu.      

Julian tiba-tiba merasa sangat kesal karena pintu kamarnya susah terbuka. Ia pun terpaksa melepas ciuman itu lalu membukanya. Setelah terbuka, ia langsung menarik Qiara masuk dan melanjutkan ciuman mereka.      

Kamar Julian.     

Setelah berada di dalam kamar. Julian melepas sepatunya bersamaan dengan Qiara. Seketika itu sepatu mereka berdua berceceran di lantai.     

Julian menyandarkan tubuh Qiara di tembok sebelum membawanya ke ranjang.     

Tanpa menunggu lebih lama lagi, Qiara yang merasa tidak sabar itu, langsung melepas jas dan dasi Julian tanpa melepas lumatan bibirnya.     

Ciuman panas mereka berdua tidak lepas bahkan semakin menggila hingga mereka sampai berada di atas ranjang yang empuk dan luas itu.      

Setelah puas berciuman di atas ranjang. Julian duduk di atas Qiara sambil membuka baju dalamnya. Lalu, Julian langsung melucuti semua pakaian Qiara.      

Melihat tubuh kekar dan bersih serta berotot milik Julian yang sudah lama tidak dian lihat itu, Qiara kembali tersihir seketika itu pun dia meraba tubuh telanjang Julian dengan lembut.      

Setelah semua penutup tubuh terlepas, Julian langsung merayapi tubuh Qiara dengan menggila hingga merekapun sama-sama menjadi semakin gila karena nafsu benar-benar menguasai pikiran dan hati mereka yang tertahan selam lima tahun.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.