Istri Kecil Tuan Ju

Tidur Bertiga.



Tidur Bertiga.

0"Hahaha ... Kakak, kau sangat manis cemberut begitu. " Nathan menggunakan kesempatan itu untuk mengejek Julian yang benar-benar aneh, ini adalah pemandangan langka. Kapan lagi dia bisa melihat Julian cemberut.      

Nathan langsung diam ketika melihat tatapan gelap kakaknya. Setelah itu ia kembali fokus kepada anak dan ibu itu.     

Mendengar perkataan Qiara, Zio langsung mengangguk patuh lalu memejamkan matanya sambil memeluk tangan Qiara      

"Kalian berdua keluarlah, aku akan mengurus semuanya disini. Dan untuk Bibi Liu, tolong bersihkan barang-barang yang di rusak Zio dan ruang makan serta ruang tamu itu sebelum matahari terbit! " Kata Julian sambil menoleh kearah Nathan dan Bibi Liu.     

"Baik Tuan. " Setelah mengatakan itu, Bibi Liu keluar dengan patuh meninggalkan kamar Zio bersama Nathan.      

Setelah menutup pintu kamar Zio. Julian pun mendekat ke ranjang lalu duduk di pinggirnya sambil memperhatikan Qiara dan Zio.      

Beberapa saat kemudian, Zio akhirnya tertidir. Dengan pelan Qiara menyingkirkan tangan Zio dari tangannya.     

"Tante sudah berjanji untuk menemani Zio, jadi tante tidak boleh pergi!" kata Zio yang ternyata menyadari kalau Qiara akan pergi.      

Mendengar apa yang dikatakan Zio, Qiara langsung menoleh kepada Julian dengan ekspresi bingung sebab dia harus segera kembali ke kosnya untuk mempelajari sekenario yang sudah diberikan Aurel padanya sebelum ia pergi.     

"Dia tidak membiarkanku pergi. " Kata Qiara dengan cemberut dan suara yang kecil.      

Julian tersenyum mendengar apa yang Qiara katakan. Ia pun memberikan tatapannya yang sangat lembut sehingga membuat Qiara menjadi salah tingkah.      

"Kalau kamu tidak keberatan, tidurlah disini bersama Zio. Bagaimana pun juga kamu adalah... "      

"Stop ... Jangan lanjutkan. Aku akan menemani Zio tidur disini. Jadi, sebaiknya kamu pergi dari sini sekarang karena aku mau tidur dengannya." Kata Qiara sambil menempelkan jari telunjuknya di bibir lembut Julian.      

Seketika itu Julian merasa darahnya tersirat naik. Tatapannya begitu nakal saat merasakan jari telunjuknya Qiara yang sudah berhasil menggodanya.      

"Jangan menatapku dengan mesum begitu! " Kata Qiara setelah menarik tangannya dari Julian dengan salah tingkah karena dia juga merasakan hal yang sama dengan Julian.      

"Baiklah, kamu tidur disini sama Zio, aku akan tidur di kamarku." Kata Julian yang akhirnya tersadar dari godaan itu.      

"Tentu saja kamu harus tidur di kamarmu. Sana pergi! " Sahut Qiara sambil merebahkan tubuhnya di samping Zio.      

Dengan berat hati, Julian pun pergi meninggalkan kamar Zio.      

"Sayang, kita tidur ya! " Kata Qiara kepada Zio.     

"Kalau begitu, tante peluk aku sambil tidur ya! "      

"Tentu saja. Dengan senang hati. " Qiara langsung memeluk si lembut nan menggemaskan itu.      

Malam itu pun, untuk pertama kalinya Qiara tidur bersama Zio sebagai dirinya sendiri. Ia pun meneteskan air mata saat mengingat betapa sakitnya dia karena melewatkan masa keemasan Zio waktu masih bayi.      

Malam semakin larut, Julian berguling ke kiri dan ke kanan dengan gelisah karena tidak bisa tidur.      

Karena merasa lelah berguling-guling, Julian pun bangun dan berniat untuk ikut tidur bersaam Zio dan Qiara.      

Malam yang dia rindukan itu tidak ingin dia lewatkan begitu saja.      

Setelah membuka pintu kamar Zio. Julian pun dengan pelan melangkah menuju samping tempat tidur lalu berdiri sambil memandang wajah Qiara dan Zio yang sedikit memiliki kemiripan. Mereka berdua memiliki gaya tidur yang sama.      

'Bagaimana mungkin aku bisa membenci ibu dari anakku. Ia tertidur seperti bayi, lugu, lembut tanpa dosa. Namun, ia keras kepala dan egois pada masa itu. Makanya dia pergi tanpa tahu harus mengambil sikap. Dan kebodohanku adalah tidak mampu untuk lebih sabar sehingga ia bertahan lebih lama bersamaku. 'Batin Julian sambil membelai wajah Qiara.      

Tanpa sepengetahuan Julian. Qiara belum sepenuhnya tidur karena dia terus terpikirkan Julian. Namun, ia berpura-pura tidur agar tidak terlihat malu.      

'Julian, apa aku sangat menyakitimu? apakah kamu baik-baik saja membesarkan putra kita setelah aku meninggalkan kalian? Aku tidak mampu membayangkan bagaimana kamu mampu bertahan membesarkan putra kita sendirian. Maaf untuk itu.'Batin Qiara seraya menahan tangisnya.      

Setelah membatin Julian naik ke tempat tidur lalu merebahkan tubuhuhnya di samping Zio. Kini, mereka tidur bertiga seperti keluarga bahagia. Tidak lama kemudian, Julian memejamkan matanya dan tidur dengan nyeyak nya.      

Keesokan paginya.     

Julian membuka mata nya sambil menguap. Tepat saat dia bangun, ia kaget ketika merasakan tangannya berat, seketika itu Julian menoleh kesamping.      

Jantungnya berdebar hebat saat melihat Qiara tertidur sambil memeluknya, sedangkan Zio sudah berpindah tempat.      

"Perasaan Qiara tertidur di bagian sebelah, kenapa dia malah tidur sambil meleluk ku?" Tanya pada dirinya sendiri.     

Setelah itu ia melirik kearah jendela, seketika itu ia berpikir kalau dia dia harus segera beranjak dari tempat tidur. Akan tetapi ia tidak membuat Qiara bangun karena Qiara terlihat sangat lelap dan nyaman sambil memeluknya.      

Setelah berhasil melepaskan diri dari pelukan Qiara. Julian pun langsung membangunkan Qiara karena ia baru saja ingat kalau pagi ini Qiara akan membaca naskahnya untuk syuting hari ini.     

"Qiara, ayo bangun, ini sudah pagi! "Kata Julian dengan suara yang pelan.     

Mendengar suara Julian. Qiara pun langsung menggeliat lalu membuka matanya.      

Melihat Qiara membuka matanya, Julian pun langsung tersenyum melihat wajah polos Qiara. Sementara itu, Qiara tertegun melihat wajah Julian yang berseri.     

'Apakah dia malaikat? Tampan banget...' Batin Qiara sambil memberikan senyum mengemaskan kepada Julian.      

Julian merasa jatuh hati untuk kesekian kalinya saat melihat Qiara tersenyum setelah bangun tidur kepadanya. Pemandangan itu sudah lama tidak dia lihat.     

"Qiara, apa kamu tidak mau bangun?" Tanya Julian.      

"Astaga ... Apakah sudah pagi? Aku harus bangun karena pagi ini aku ada syuting babak ketiga. Aurel pasti marah padaku jika aku terlambat." Kata Qiara sambil bangun dari tidurnya. Ia tidak tahu kalau ia sudah tidur sambil memeluk Julian.     

Sebelum turun dari ranjang, Qiara pun menoleh kearah putranya yang masih tidur. Seketika itu ia tersenyum saat menemukan si kecil yang lembut dan menggemaskan itu.      

"Ayo bangun dan jangan malas. Sekarang, kamu harus ikut aku dan biarkan Zio tidur! " Kata Julian sambil menarik tangan Qiara dari ranjang.      

Setelah itu Julian menuntun Qiara untuk ke kamar mandi yang ada di kamarnya.     

"Aku akan mengurus Zio, kamu bisa menggunakan kamarku sesuka hatimu. Kamu juga bisa mandi dan mengganti pakaianmu, di lemari ada beberapa pakaianmu yang masih aku simpan rapi. " Kata Julian setelah membawa Qiara ke kamar mandi miliknya.     

Qiara tertegun mendengar apa yang dikatakan oleh Julian. Menyimpan bajunya hingga hari ini adalah hal yang mengesankan buat wanita yang sudah jatuh cinta itu.      

Tidak hanya itu, Julian juga mengatur kamar itu masih sama seperti dulu waktu mereka masih bersama. Handuk dan tempat sabun dan sikat gigi masih sama seperti lima tahun lalu. Seketika itu Qiara menjadi penasaran kenapa Julian melakukan ini untuknya.      

Sebenar nya setelah kembali ke kota A. Lalu pindah ke rumah lamanya bersama Qiara, Julian memang sengaja tidak merubah apapun karena dia berharap Qiara akan datang dan menemuinya lagi. Sekarang, semuanya terwujud karena kekuatan batin antara ibu dan anak itu yang membawa Qiara kembali.     

Setelah ia memberi petunjuk kepada Qiara, Julian langsung meninggalkannya sendiri di kamarnya. Sementara itu, Qiara masih terbawa perasaan saat melihat apa yang Julian lakukan untuk dirinya.     

Ada rindu yang menyiksa dan meronta ingin keluar dari tempatnya saat melihat kamar yang dulunya tempat dia bercinta dan memadu kasih dengan Julian.     

Kamar kenangan yang masih sama dengan rindu yang masih sama juga. Qiara juga mencium aroma harum Julian di kamar itu dengan tersenyum karena parfum itu adalah pilihannya. Dia tidak menyangka kalau Julian masih menggunakannya.      

Jam 8 pagi.     

Tepat saat matahari sudah menunjukkan wajahnya, Qiara keluar dari kamar Julian dengan gaun indah yang merupakan salah satu dari banyak gaun yang dia sukai pada waktu itu.      

"Apakah kamu sudah selesai berdandan? Kalau begitu, kamu sarapan dulu bersama kami lalu aku akan mengantarmu ke YM Entertainment." Kata Julian dengan ramah saat melihat Qiara sudah keluar dari kamarnya.      

Julian cukup kaget ketika melihat Qiara yang masih muat menggunakan gaunnya sebelum dia hamil Zio. Tanpa sadar, Julian merasa tergoda melihat rambut panjang Qiara yang tergerai lebat dan hitam mengkilat.      

Mendengar apa yang dikatakan oleh Julian. Qiara pun langsung melirik dua lelakinya yang sudah duduk duluan sambil menyantap sarapan mereka.     

"Pagi, apakah kalian tidak akan beraktivitas? Misalnya seperti ke sekolah atau kantor! " Tanya Qiara dengan ekspresi santai untuk menyembunyikan perasaan gugupnya.      

"Zio berangkat jam setengah sembilan pagi. Sedangkan aku, biasanya berangkat setelah mengantar Zio ke sekolah barunya. " Jawab Julian tanpa ekspresi.     

"Kalau begitu, kamu tidak perlu mengantarku, karena aku sudah menelpon taxi. Sekarang, aku akan makan bersama kalian dengan gembira lalu pergi bekerja." Ucap Qiara dengan gugup karena dia tidak mungkin membiarkan Julian mengantarnya, skandal baru akan terjadi, semua kisah lama pasti akan mereka ungkit. Begitulah kejamnya dunia hiburan.      

"Baiklah, itu terserah kamu!" Mendengar jawaban pasrah Julian, Qiara pun langsung duduk di samping Zio dengan bersemangat.      

"Sayang, apakah kamu sudah makan banyak! " Mendengar pertanyaan Qiara, Zio langsung menatap Qiara dengan senyum dan penuh cinta sambil menganggukkan kepalanya.     

"Sudah." Jawab Zio sambil tersenyum bahagia melihat Qiara.      

"Bagus kalau begitu. Ya sudah, ayo kita lanjut sarapan! " Kata Qiara seraya menyiapkan makanan untuk dirinya sendiri.      

Tidak lama kemudian, Qiara sudah selesai makan dengan cepat. Setelah itu, ia menyapu mulutnya dengan tisu.     

"Apakah kamu sudah mau pergi?" tanya Julian saat melihat Qiara sudah mau bersiap-siap untuk meninggalkan kursinya.      

"Iya" Jawab Qiara, setelah itu ia menoleh kepada Zio yang masih memandangnya dengan mata kecilnya yang berkilau.     

"Sayang tante berangkat kerja dulu ya, kamu baik-baik di rumah. Tante janji akan segera menemui mu. " Ucap Qiara sambil mencium kening dan pipi Zio dengan rakusnya.      

Mendengar perkataan Qiara, bocah kecil itu berjingkrak kegirangan, dengan senang hati dia mencium dan memeluk Qiara juga.     

"Apa kamu tidak akan menciumku?" Tanya Julian dengan sedikit gugup.      

"Ummmuuahh ... " Julian kaget ketika seseorang mencium pipinya dengan kasar.      

"Hahaha ..." Melihat pemandangan itu, Qiara dan Zio tertawa bersamaan karena orang yang mencium pipi Julian adalah Nathan.     

"Kakak tidak seharusnya cemburu kepada anak sendiri karena dia mendapatkan ciuman mesra. Harusnya kamu malu pada anak kecil yang melihatmu merengek meminta ciuman. Hahaha..." Kata Nathan dengan perasaan puas karena sudah menggoda kakak nya.     

Seketika itu, Julian memberikan tatapannya yang mematikan agar Nathan tidak bicara sembarangan lagi.     

"Maaf kakak, aku akan sarapan sekarang! " Setelah mengatakan itu, Nathan melarikan diri dari murka Julian.      

"Baiklah, aku akan berangkat sekarang karena taxi ku sudah menunggu lama. Dadah ... Semuanya! " Qiara langsung pergi tanpa memperhatikan dua adi kakak yang sedang adu mulut itu.     

Julian tidak mengantar Qiara karena dia harus bersiap-siap ke kantor. Sedangkan Bibi Liu membantu Zio untuk mempersiapkan keperluan yang akan dibawa ke sekolahnya.     

YM Entertaiment.     

Sesampainya di YM Entertaiment. Qiara dikejutkan oleh salah satu artis yang merupakan teman baik Helena.      

Perempuan itu membawa setumpuk undangan buat dibagikan untuk semua pegawai YM Entertaimen.      

"Halo artis, baru, ini undangan buatmu!" Kata perempuan itu sambil menyodorkan undangan kepada Qiara.      

"Itu undangan Helena dan Pak Sandy. Helena beruntung, dia cantik dan penuh keberuntungan. Sekarang, dia akan menikah dengan bos YM Entertaimen. Luar biasa, " Kata wanita itu dengan bangga karena dia pikir Qiara akan merasa iri.     

"Terimakasih!" Kata Qiara sambil tersenyum pahit dan mengambil undangan itu.     

'Kenapa dia hanya diam dan terlihat santai. Padahal kata Helena, dia akan marah besar kalau tahu tentang undangan itu. Apakah aku dan Helena salah perhitungan? 'Batin perempuan itu secara menyeringai kepada Qiara.      

Perempuan itu adalah artis yang mendapat pemeran pendukung di Drama Raja Langit sehingga ia ikut membenci Qiara yang berhasil mendapatkan peran kedua padahal dia adalah artis baru.      

Ia memiliki nama panggung Gee.     

"Apakah kamu tidak apa-apa melihat Helena menikahi lelaki kaya dan tampan sedangkan kamu masih sendiri? " Tanya Gee sambil menyeringai jijik kearah Qiara.     

"Tidak. Aku justru bahagia untuk dia. Akan tetapi, kenapa aku yang harus ditanyai. Padahal aku tidak ada hubungannya. "Jawab Qiara sambil tersenyum dengan santai.     

"Hahaha ... Aku rasa kamu hanya pura-pura tenang sedang di hatimu sangat dengki kepada mereka yang ingin menikah lalu bahagia Bagaimana, apakah kamu mau bertaruh? " Kata Gee sambil terkekeh.     

'Rasain kamu Qiara, kali ini aku akan membuka siapa kamu sebenarnya.'Batin Gee sambil tersenyum licik.     

"Terserah kamu mau percaya atau tidak. Aku tidak akan perduli. Sekarang, aku harus pergi! " Setelah mengatakan itu, Qiara meninggalkan Gee.     

"Tunggu! " Gee menarik lengan Qiara karena dia merasa belum menyelesaikan percakapannya.     

"Jangan sentuh aku, lebih baik sekarang katakan apa yang kamu mau? " Kata Qiara dengan ketus sambil menyingkirkan tangan Gee dari lengannya.     

"Aku hanya ingin menyampaikan salam dari Helena buatmu. Yaitu, dia berharap kamu bisa datang ke acara pernikanannya. " Kata Gee.     

"Bagaimana kalau aku tidak datang, apakah kamu akan mengancam ku sebagaimana bos mu yang sangat suka mengancam orang? " Tanya Qiara sambil menggertakkan giginya.     

Gee pun sedikit gemetar saat melihat ekspresi Qiara yang mengerikan. Karena ia tahu kalau Qiara bisa bertarung seperti laki-laki.     

"Aku tidak akan mengancam kamu, akan tetapi kamu harus siap menanggung akibatnya jika kamu dilempari banyak pertanyaan oleh wartawan. Apakah kamu mau dikatakan perempuan kejam karena tidak menghadiri undangan? " Jawab Gee sambil tertawa kecil karena dia tahu kalau Qiara tidak mungkin merusak karirnya yang baru di bangun dengan citra buruk.     

Qiara hanya tersenyum mendengar apa yang Gee katakan. Walaupun ia sedikit terganggu dengan ucapan Gee, tapi ia berusaha menyembunyikannya dibalik senyum pahitnya.     

"Saya harus syutinh. Jadi, sampai jumpa di obrolan selanjutnya. " Setelah mengatakan itu, Qiara pergi tanpa memperdulikan Gee lagi.     

Seketika itu Gee merasa geram dan marah karena Qiara benar-benar tidak menghargainya sebagai senior.     

"Oh iya, saya lupa mengambil milik saya." Kata Qiara yang kembali lagi hanya untuk mengambil undangan yang ia kembalikan ke Gee tadi.     

Setelah itu, Qiara pergi dari hadapan Gee sambil tersenyum karena ia sangat senang melihat ekspresi Gee yang marah.     

Seketika itu Gee langsung membuat panggilan kepada Helena karena tidak bisa menahan amarahnya.     

"Bagaimana? Apakah dia terlihat sedih?" Tanya Helena dari seberang telpon.     

"Sayangnya ... Dia malah terlihat sangat gembira." Jawab Gee dengan kesal.     

"Hahahaha... Aku rasa dia hanya pura-pura tenang sedangkan di hatinya sesak mendapat undangan dariku karena yang akan aku nikahi adalah orang nomer satu di YM Entertainment." Ujar Helena sambil tertawa.     

"Lalu, apa rencana mu? Aku tidak ingin gadis sialan itu mengambil tempatku lagi." Kata Gee dengan geram.      

"Aku akan minta Siska kembali ke kota A. Biar dia yang akan berurusan dengan perempuan sombong itu. Baiklah, aku akan menutupnya sekarang. " Setelah itu, Helena menutup telpon karena dia mulai tidak nyaman bicara dengan temannya itu.      

Sementara itu, Qiara yang akan masuk ke ruangan itu berhenti ketika mendengar berita yang membuat rasa ingin tahunya memuncak.      

Seketika itu, Qiara menoleh kearah TV itu sembari menatap orang yang sedang wawancara dengan wartawan.      

"Tolong berikan kami penjelasan tentang pernikahan anda dengan Tuan Ju!" Kata Wartawan itu yang berusaha memburu informasi yang lagi dikejar oleh wartawan lainnya.      

"Saya belum bisa memberikan kepastian tentang pernikahan saya. Akan tetapi, kami pasti menikah. Tunggu saja! " Jawab Viona dengan nada suara yang lembut.     

"Apakah anda dan Tuan Ju akan mengundang para wartawan untuk menyaksikan pernikahan kalian? " Tanya wartawan itu lagi.     

"Tentu saja, saya dan Tuan Ju berasal dari keluarga besar yang terpandang, jadi tidak mungkin bagi kami jika menikah diam-diam." Jawab Viona lagi dengan percaya diri.      

"Bagaimana tentang istri pertama Tuan Ju, apakah anda tidak akan kenapa-napa jika dia muncul tiba-tiba?"     

Pertanyaan wartawan yang menyinggung istri pertama Julian itu, membuat Qiara semakin merasa penasaran dengan jawaban Viona.      

"Hahaha ... Saya agak sibuk hari ini. Kalau kalian ingin bebas bertanya, kalian bisa datang ke konferensi pers yang akan kami selenggarakan. Kalau begitu, permisi! " Setelah mengatakan itu, Viona langsung masuk ke Istana Flory karena dia harus istirahat setelah melakukan perjalanan bisnis beberapa hari yang lalu.     

"Sepertinya sebentar lagi kita harus mempersiapkan gaun indah untuk datang ke pesta pernikahan Tuan Ju dan Nona Viona. " Ucap Maxwell yang tiba-tiba berada di samping Qiara.      

"Oh astagaa ... " Qiara terkejut melihat bosnya yang sudah seperti hantu bisa muncul dimana saja dan kapan pun.      

"Kenapa reaksi .u begitu? " Tanya Maxwell sambil menatapnya dengan senyuman.      

"Aku cuma terkejut melihat bos ada disini, bukankah kabarnya anda akan ke Italia? " Tanya Qiara setelah mengambil nafas akibat keterkejutan nya itu.      

"Ummm ... Sepertinya kamu cukup perhatian sehingga kamu tahu jadwalku. Tapi, aku tidak jadi pergi karena kelinci ku di rumah sedang melahirkan. " Jawab Maxwell dengan serius.      

Mendengar penjelasan Maxwell, Qiara tidak bisa menahan ketawanya. Ia tidak habis pikir kepada bosnya yang aneh itu.      

"Apakah ada yang lucu? " Tanya Maxwell dengan wajah polosnya.      

"Hehehe ... Bukan begitu bos, aku hanya bingung karena kelinci itu sangat luar bisa sehingga ia membuat orang penting seperti bos membatalkan keberangkatannya menuju pertemuan penting. " Jelas Qiara dengan cengengesan.      

"Oh begitu. Tapi, bukan itu intinya. Aku hanya bosan bepergian jika selalu sendiri. Aku butuh teman bicara, misalnya seorang perempuan yang perhatian sepertimu. "     

"Ukhuk ..Ukhuk ... " Mendengra perkataan Maxwell, Qiara terbatun lalu terdiam karena mendadak dia kehilangan kata-kata.      

"Liana ... " Teriak Kevin dari suatu tempat yang tidak begitu jauh dari Maxwell dan Qiara.      

"Suara si gila kerja yang sangat mengerikan." Ucap Maxwell sambil memejamkan matanya.      

Sedangkan Qiara langsung menoleh dengan ekspedisi kaget untuk yang kedua kalinya.      

'Kenapa YM Entertainment diisi oleh orang-orang aneh ini. Yang satu pemarah dan yang satunya lagi lelaki yang santai dan berwajah manis. 'Batin Qiara sambil melihat Kevin dengan penuh arti.      

"Kenapa kamu masih ada disini? Bukankah kamu ada suting? " Tanya Kevin tanpa memperdulikan Maxwell yang ada di samping Qiara.      

"Jangan salahkan dia, ini semua karena aku!" Kata Maxwell yang mencoba membela Qiara.      

"Sekarang pergilah, Aurel sudah menunggumu. " Kata Kevin yang sekali lagi mengabaikan Maxwell.      

"Baik! Kalau begitu saya permisi dulu." Setelah itu Qiara berlari meninggalkan dua lelaki aneh itu.     

"Hey ... Kenapa kamu masih disini menggangu artis ku, apakah kamu mau mendengar omelan ku? " Tanya Kevin dengan sinis kepada Maxwell.     

"Aku cuma ingin melihat kantor CEO YM Entertainment yang kosong. Apakah kamu mau menempatinya? " Kata Maxwell dengan suara yang lembut.      

"Cari saja yang lain, aku tidak tertarik menjadi CEO. " Jawab Kevin dengan ketus.      

"Kalau begitu, mari kita minum dulu di restauran depan, aku sudah lama tidak ngobrol bersamamu. " Ucap Maxwell yang masih berusaha mendinginkan Kevin.      

"Oke. Tapi, kamu yang teraktir. Ayo pergi!"jawab Kevin sambil tersenyum.      

"Sepertinya aku harus menaikkan gaji mu agar kamu bisa mentraktirku. "Ucap Maxwell lagi sambil berjalan bersama Kevin.      

"Tentu saja kalau drama terbaru ini sukses. Aku minta mobil baru darimu! "Ujar Kevin dengan bersemangat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.