Istri Kecil Tuan Ju

Liburan Ke Pulau QianJu



Liburan Ke Pulau QianJu

0'Siapa yang sudah berani mencelakai istri dan anakku? Apakah ini semua ulah Virsen? Tapi, bagaimana bisa para pengawal ku tidak menemukan jejaknya? Virsen tidak mungkin sepintar itu tanpa bantuan orang lain.'     

Keesokan Paginya.      

Pagi ini Qiara tampak bersemangat. Ia merias dirinya dengan sebagaimana penampilan Bibi Lin yang dia tampilkan di hadapan Zio.     

Tidak lama setelah itu, Qiara pergi dari kosnya. Ia berdiri di depan gerbang kecil itu sambil mendongak ke langit yang cerah dengan sapuan lembut angin sepoi yang cukup dingin meniup rambutnya yang panjang.      

'Ini adalah hari minggu, Zio dan Julian pasti ada di rumah. Apakah hari ini aku ajak mereka liburan? Setidaknya jalan-jalan menuju kebun binatang atau pantai.'Batin Qiara.      

Setelah membatin, Qiara pun segera pergi setelah tadi pesanannya datang.      

Sepanjang perjalanan Qiara terus berpikir bagaimana caranya untuk mengajak Zio jalan-jalan, karena posisi dia sekarang hanya seorang pengasuh.     

Rumah Julian.     

Tidak lama kemudian, Qiara sampai di depan gerbang rumah Julian. Ia keluar dari taxi lalu membuta panggilan ke satpam untuk membuka gerbang itu.     

Setelah berada di halaman rumah Julian, Qiara tertegun saat melihat mobil mewah berwarna hitam sudah parkir di depan pintu utama.      

Qiara pun tersenyum dan langsung berjalan menghampiri Julian yang berdiri di sampingnya.      

"Pagi tuan ..."Sapa Qiara dengan sopan dan penuh hormat.      

Julian langsung menoleh kearah Qiara dengan ekspresi yang rumit.     

"Apakah urusanku sudah selesai makanya kamu kembali?" Tanya Julian dengan suara yang dingin.     

Qiara langsung mengangguk sambil tersenyum.      

"Maaf karena saya terlalu lama pergi. Oh iya, apakah tuan muda ada di dalam?"      

"Kami akan jalan-jalan. Untungnya kamu datang sehingga kamu bisa ikut untuk menemani Zio."Jawab Julian.     

Qiara langsung tersenyum lebar karena ia tidak menyangka kalau ia dan Julian memiliki satu pemikiran.      

"Kamu masuklah, karena Zio ada di dalam mobil bersama Bibi Liu. Karena kamu sudah datang, maka Bibi Liu tidak perlu ikut." Setelah mengatakan itu Julian membuat panggilan ke Andi.      

Qiara mengangguk dengan penuh hormat kepada Julian, setelah itu ia berjalan menghampiri mobil Julian dengan senyum yang lebar.     

Tepat saat itu, Qiara terdiam saat melihat ada Viona di dalam mobil.     

'Kenapa ada Viona? Apakah Julian sedang mempermainkan aku? Kemarin dia bilang cinta dan mengajakku Kembali, tapi sekarang dia mau jalan-jalan bersama Zio dengan membawa Viona? 'Batin Qiara.     

"Kenapa kamu diam saja? Ayo masuk!" Kata Julian setelah selesai bicara dengan Andi.      

"Baik Tuan!" Setelah itu Qiara masuk ke mobil. Dia duduk di belakang menggantikan Bibi Liu. Sementara itu Zio terdiam sambil menatapnya penuh arti.      

Sedangkan Viona duduk di samping Julian dengan senyum yang merekah. Hati Qiara sedikit ngilu melihat Viona ngobrol dengan Julian di depannya. Mereka terlihat seperti sepasang suami istri yang bahagia.      

"Bibi Lin ... "     

Suara kecil itu membuyarkan lamunan Qiara sehingga ia langsung menoleh kearah Zio.      

"Hi ... Sayang, apa kabar? Maaf karena bibi Lin terlalu lama meninggalkanmu!"Kata Qiara sambil membawa Zio ke pangkuannya.      

"Aku senang Bibi Lin kembali, setidaknya aku punya teman bermain. Karena aku tidak suka sama nenek sihir di depan itu." Bisik Zio sambil tersenyum geli.     

Qiara merasa ingin tertawa dengan keras saat mendengar perkataan Zio tentang nenek sihir.      

'Mama juga menganggap kalau perempuan di depan itu adalah nenek sihir, karena dia selalu berusaha mengambil Papa dari Mama. Kamu pintar sayang!'Batin Qiara sambil memeluk erat tubuh kecil itu.      

Entah kenapa hati Julian sangat bahagia melihat Zio tersenyum bersama pengasuhnya. Julian bisa melihat dengan jelas wajah bahagia Zio dari kaca sepion depan.     

Menyadari tatapan Julian yang aneh, Viona pun melirik kemana arah pandang Julian. Seketika itu ia menaruh curiga kepada pengasuh Zio.     

'Jangan bilang kalau Julian menyukai pengasuh ini hanya karena ia bisa dekat dengan Zio. Walaupun itu tidak mungkin, tapi aku akan pastikan kalau Julian hanya akan menjadi milikku. 'Batin Viona sembari mengepalkan tinjunya.     

"Oh iya, kita mau kemana?" Tanya Qiara pada Zio.     

"Ke pulau milik Papa ... " Jawab Zio dengan singkat.      

Qiara terdiam sejenak karena ia baru tahu kalau Julian memiliki pulau sendiri. Kemungkinan di sana sepi, lalu untuk apa mereka liburan ke sana? Pikir Qiara.     

"Apakah pulau itu bagus?" Tanya Qiara setelah lama terdiam.     

"Kata Papa, pulau itu sangat indah ... " Jawab Zio.     

Qiara pun langsung mengangguk sambil tersenyum. Ia pun semakin penasaran dengan pulau itu setelah mendengar cerita Zio.     

Sebenarnya yang tidak Qiara tahu kalau pulau itu adalah pulau yang Julian beli untuk hadiah atas kehamilannya dulu. Akan tetapi, mereka keburu cerai sehingga Julian mengubah pulau itu sebagai tempat wisata bagi umum. Akan tetapi, di bagian pulau itu ada tempat khusus yang tidak boleh di datangi oleh siapapun karena itu tempat pribadinya.     

Pulau itu di beri nama pulau Qianju.      

Lima tahun terakhir, pulau Qianju terkenal dengan kecantikan alamnya dan sangat cocok bagi orang yang ingin bukan madu atau menghabiskan liburan bersama pasangannya.     

Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama, mereka akhirnya sampai di pulau itu.     

Di pulau itu, Qiara benar-benar merasakan dan melihat keindahan pantainya.      

Pulau ini merupakan destinasi wisata andalan bagi masyarakat yang ada di daerah itu.     

"Apakah kamu capek?" tanya Viona kepada Julian dengan suara yang lembut, sambil memegang tangan Julian.     

Sorotan mata Qiara bisa dirasakan oleh Julian yang kemudian membalikkan badannya dan mengabaikan Viona. Seketika itu kedua pasang mata mereka bertatap-tatapan.      

Qiara menelan ludahnya dalam-dalan karena ia khawatir kalau Julian sudah mengenalinya. Akan tetapi, pikiran itu langsung hilang saat Qiara tidak melihat kelembutan dalam tatapan Julian.      

Walaupun Julian hanya berdiri diam saja tapi auranya sangat mempesona sehingga Qiara tidak rela memalingkan pandangannya. Seketika itu tubuh Qiara menjadi tegang dan segera menunduk sembari berkata," Maaf tuan, saya tidak akan mengganggu anda, karena saya akan membawa Zio main!"     

Setelah itu Qiara bergegas pergi dengan cepat sambil menenteng Zio di tangan kanannya.     

Viona menatap Qiara dengan tajam, ia berpikir kalau pengasuh itu sudah berani membuat Julian mengabaikan perhatiannya dan malah memandangnya tanpa alasan.     

'Pengasuh itu sangat mencurigakan, kalau dia berani merayu Julian dengan wajah jeleknya itu, maka aku akan menghancurkan hidupnya.'Batin Viona.     

Setelah itu ia menarik Julian untuk masuk ke Hotel yang sudah mereka sewa. Karena tidak mau membuat kekacauan, Julian pun menahan diri untuk menghindari Viona.     

Sesaat Kemudian.     

"Apakah Bibi Lin menyukai Papa ku?" Tanya Zio sambil menatap Qiara dengan ekspresi yang rumit.     

"Kenapa kamu bertanya begitu sayang?"Tanya Qiara balik sambil tersenyum.     

"Aku melihat Bibi Lin menatap Papa sangat lama. Apakah itu artinya Bibi Lin menjadi pengasuhku karena ini menjadi Mama ku?"      

Qiara terdiam mendengar pertanyaan Zio yang sangat cerdas itu. Usianya belum genap enam tahun, tapi cara berpikirnya luar dari dugaan Qiara.     

'Sayang ... Aku ini Mama mu, bagaimana mungkin aku merayu Papa mu hanya untuk menjadi Mama mu?'Batin Qiara.     

"Tante, kenapa diam? Apakah aku benar?" Tanya Zio lagi dengan tidak sabaran.     

"Zio, bukankah Bibi Lin sudah menjelaskan kepadamu kalau Bibi Lin datang untuk menjadi pengasuh mu. Lagi pula Papa mu tidak mungkin menyukai perempuan jelek seperti Bibi Lin. Selain itu Papa mu sebentar lagi akan menikah dengan Tante Viona yang cantik, lembut, baik sama kamu. Iya kan?" Jawab Qiara.     

"Dia bukan wanita baik, dia hanya penyihir yang ingin merebut Papa dariku. Aku tidak akan membiarkan dia menikah dengan Papa." Ujar Zio sambil melemparkan botol minumannya dengan kesal.     

"Sayang .. Kamu tidak boleh begitu, Papa kan menyukai Tante Viona. Nanti, kalau Papa dengar, dia pasti marah padamu." Qiara tidak mengerti perasaan dalam hatinya. Entah ia mau tertawa dengan keras karena Zio menolak Viona, atau perihatin terhadap anaknya yang sudah mampu mengumpat orang lain.     

"Papa sudah berjanji tidak akan menikah seumur hidupnya. Dia juga mengatakan kalau aku tidak butuh Mama karena aku memiliki dia. Oleh karena itu, dia tidak mungkin menikah dengan Tante Viona."      

Qiara kaget mendengar cerita Zio tentang Julian. Kenapa Julian harus mengatakan itu, padahal ia masih hidup dan ingin sekali memeluk Zio sebagai Mama nya. Tapi, melihat ekspresi Zio saat mengatakan tidak butuh Mama membuat Qiara sakit hati karena tatapan itu sama seperti tatapan kebencian yang akan membuatnya sulit untuk memberitahu Zio kalau dia adalah Mama nya.     

Karena tidak mau terlalu ketara, Qiara pun menarik nafas dan berhenti bertanya pada Zio atau ngobrol tentang Julian dan Viona.      

'Akankah Zio selamanya menganggap ku Bibi Lin atau Liana yang menolongnya? Lalu, kapan aku akan memberitahunya kalau aku adalah Mama nya. Sungguh, aku ingin sekali dia memanggilku Mama!'Batin Qiara sembari menangis dalam hatinya.     

"Ya sudah, jangan mikir yang berat-berat lagi ya! Sebaiknya kita main basket di sana! Kebetulan Bibi Lin sangat jago main basket, Bagaiman?" Kata Qiara sambil menunjuk kearah lapangan basket yang berada di tengah taman.     

"Ayo!" Zio selalu ingin bermain basket dari dulu, tapi Julian tidak pernah memberikannya izin karena Julian khawatir Zio akan jatuh dan terluka.     

Setelah itu mereka mengambil bola basketnya dan bermain bersama. Qiara dan Zio terlihat sangat gembira saat bermain walaupun mereka hanya berdua.     

Tepat saat itu, Julian berdiri di balkon yang langsung menghadap ke taman sambil memegang gelas yang berisi air putih di tangan kananya.     

Seketika itu ekspresi nya berubah gelap saat melihat Zio diajak bermain basket oleh Qiara.     

"Kamu lihat apa?" Tanya Viona yang tiba-tiba muncul di balkon kamar Julian.     

"Kenapa kamu masuk ke kamarku?" Tanya Julian tahap melirik Viona.     

"Apakah aku dilarang masuk kamar calon suamiku? Bukankah kita liburan untuk bisa menghabiskan waktu bertiga?Tapi, Zio tampak asik bermain dengan pengasuhnya, oleh karena itu tidak ada salahnya kita menikmati momen kita berdua sore ini. Bagaimana?"     

Setelah mengatakan itu, Viona meraba bahu Julian dengan nakal. Ia berpikir kalau Julian pasti haus belaian perempuan setelah lima tahun bercerai. Jika dia berikan beberapa sentuhan, Julian pasti tergoda dan menariknya ke ranjangnya.     

Julian pun menoleh kearah Viona dengan tatapan yang sulit di mengerti oleh Viona. Walaupun begitu, ia terus mencoba menggoda Julian agar merespon godaannya.     

'Sepertinya Julian sudah mulai tergoda, dari sorot matanya sudah memperlihatkan kehausan akan bercinta dengan seorang perempuan. Hari ini aku akan mengikat Julian di ranjang agar ia tidak menunda pernikahan kami lagi.'Batin Viona sembari terus meraba tubuh Julian hingga menyentuh kancing kemeja Julian.     

Akan tetapi, Julian langsung memegang tangan Viona yang sudah berhasil melepaskan satu kancing bajunya.      

'Julian, kenapa kamu menipuku? Kemarin kamu bilang ingin kembali bersamaku, kamu juga bilang kamu tidak menyukai Viona. Tapi, kenapa sekarang kamu terlihat sangat intim dengannya? Apa yang akan kalian lakukan? Apakah kamu sudah tidak tahan terlalu lama sendiri?' Batin Qiara sembari mengepalkan tinjunya.     

Tepat saat itu, pandangan Qiara tertuju pada balkon lantai dua yang ada di Hotel itu. Seketika itu hati Qiara terasa sangat sakit melihat Julian dan Viona saling pandang dengan sangat intim.     

"Aduh ... " Qiara berteriak setelah ia jatuh karena terkena bola yang dilempar oleh Zio.     

"Zio ... Kenapa kamu melempar bolanya kearahnya Bibi? Perut bibi kan jadi sakit." Sambung Qiara sambil menatap Zio dengan sedih.     

Julian langsung menoleh saat mendengar jeritan Qiara yang cukup kencang. Ia melihat Zio berdiri sambil menatap Qiara yang sedang duduk memegang perutnya.      

'Sepertinya Zio sudah mulai membuat ulah pada pengasuhnya.'Batin Julian.     

Viona merasa sangat marah melihat Julian memalingkan wajah kearah pengasuh dan anaknya itu. Padahal ia hampir saja berhasil membuat Julian masuk ke perangkapnya. Akan tetapi yang jadi pertanyaannya, apakah Julian benar tergoda atau ia hanya ingin membuat Viona menjauh darinya?     

Untungnya wajah dan penampilan Qiara sangat biasa sehingga Viona tidak berpikir lagi kalau pengasuh Zio yang baru mau menggoda Julian. Walaupun ia sempat curiga karena Julian bukan lelaki yang melihat wanita dari pisiknya saja.     

"Bibi Lin, maafkan aku karena tangan kecilku kepeleset." Kata Zio sambil tersenyum licik.     

"Zio, kenapa kamu malah tersenyum melihat Bibi Lin jatuh? Apakah kamu sengaja melempar bolanya?" Tanya Qiara yang merasa kalau Zio sengaja melakukan itu.     

Akan tetapi, Qiara tidak melanjutkan marahnya karena jail Zio menurun darinya. Tidak mungkin dari Julian yang hidupnya sunyi dan tidak memiliki banyak teman itu.     

Seketika itu Zio mengulurkan tangan kecilnya kearah Qiara sembari berkata,"Bibi Lin jangan marah, ayo aku bantu!"      

Hati Qiara langsung luluh melihat sikap manis dan menggemaskan Zio saat mengulurkan tangan mungilnya. Bagaimana mungkin dia bisa membantu Qiara yang memiliki tubuh lebih berat darinya. Walaupun begitu, Qiara tetap menjabat uluran tangan Zio sembari mengatur keseimbangannya agar tidak membuat Zio kecewa.     

"Sepertinya Zio menyukai pengasuh barunya. Kamu menemukan pengasuh itu darimana?" Kata Viona sambil memegang bahu Julian kembali. Tentunya Viona ingin mencoba sekali lagi untuk menggoda Julian.     

Viona sedikit kesal karena Zio tidak pernah memperlakukannya seperti ia memperlakukan pengasuh nya itu. Walaupun dia sudah berusaha keras untuk mendekati anak kecil itu.     

Julian tidak menjawab perkataan Viona, ia malah menyingkirkan tangan Viona dengan kasar dari bahunya. Setelah itu ia pergi meninggalkan Viona di kamarnya.     

"Julian, kamu mau kemana?" Tanya Viona setelah menarik lengan Julian.     

"Aku akan menemui Zio karena ini waktunya untuk mandi."Setelah mengatakan itu Julian menarik lengannya lalu melanjutkan perjalanannya kembali.     

Beberapa saat kemudian.     

Zio melepas bolanya saat melihat papanya berdiri tegak dengan ekspresi yang menyeramkan. Dengan cepat Zio bersembunyi di balik Qiara.     

"Tuan ... "Ucap Qiara sambil menunjukkan hormatnya.     

'Kenapa Julian terlihat sangat menyeramkan sampai Zio ketakutan begini? Apakah begini cara Julian mendidik anakku?'Batin Qiara.     

"Sudah hampir malam, bawa Zio ke kamarnya. Mandikan lalu beri makan. Setelah itu ia harus tidur lebih awal!" Ujar Julian dengan suara yang dingin.     

"Baik Tuan!"     

Setelah itu Julian pergi dari hadapan Qiara. Seketika itu Zio terdengar menarik nafas lega karena ia pikir Papanya akan memarahinya hanya karena main bola.     

"Sayang, kenapa kamu takut?" Tanya Qiara setelah menyamakan tingginya dengan Zio.     

"Papa melarang keras kalau aku melakukan permainan yang berbahaya. Katanya aku bisa jatuh dan terluka saat menendang dan mengejar bola. "Jelas Zio dengan mulut yang di monyong-monyongi.     

"Oh begitu. Ya sudah, ayo kita masuk ke kamarku sebelum Papa mu marah!" Kata Qiara .     

Zio pun langsung mengangguk dan mengikuti Qiara dengan patuh.     

Qiara mengikuti petunjuk pelayan hotel itu. Karena ia tidak tahu pasti di mana kamarnya dan Zio.      

Julian keburu pergi sebelum ia bertanya. Setelah sampai di kamar mereka. Qiara pun langsung membantu Zio mandi lalu mengganti pakaiannya.      

Hati Qiara selalu sedih saat membantu Zio mandi dan mengurus keperluan Zio yang lain. Karena ia merasa telah rugi tidak melakukannya saat Zio masih bayi. Ia sangat menyesal karena tidak bisa menyaksikan masa keemasan anaknya hingga tumbuh besar.     

"Sayang ... Kamu duduk di ranjang dulu ya, karena Bibi Lin mau mandi sebentar sebelum kita turun makan. Bagaimana?" Kata Qiara.     

"Oke." Zio langsung mengangguk sambil asik main game.     

Qiara pun segera masuk ke kamar mandi dengan tenang karena Zio juga sibuk dengan gamenya.     

Beberapa saat kemudian.     

Qiara sudah selai mandi lalu mengambil makanan untuk Zio karena anak itu tidak mau makan bersama Julian dan Viona.     

Qiara menyuapi Zio dengan sambar walaupun anak itu hanya fokus pada permainannya.     

'Zio sangat mirip denganku. Jika sedang main game, maka aku tidak perduli apapun sampai Mama sering nyuapin aku makan.'Batin Qiara sambil tersenyum.     

Setelah makanan itu habis, Qiara pun kembali meletakkannya di dapur yang ada di kamar itu. Setelah itu ia duduk di samping Zio sambil memperhatikan anaknya yang tampan dan cerdas itu.     

"Bibi Lin ... " Zio menoleh kearah Qiara setelah menyelesaikan permainannya.     

"Kenapa sayang?" Tanya Qiara sembari membawa Zio duduk di pangkuannya.     

Tepat saat itu Julian berdiri di pintu. Ia membuka sedikit pintu itu dan melihat Zio sedang ngobrol bersama Qiara. Ia pun memilih diam di sana untuk mendengarkan apa yang akan Zio katakan.     

"Sebenarnya, Papa bukan orang yang kejam. Dia memiliki hati yang lembut. Jadi, Bibi Lin tidak perlu takut padanya. Aku juga mengizinkan bibi untuk menyukainya."     

Julian mengerutkan keningnya mendengar apa yang Zio katakan.      

"Apakah kamu benar-benar mengizinkan Bibi Lin menyukai Papamu? Kalau begitu, Bibi Lin akan menjadi Mama mu, apakah itu boleh?" Tanya Qiara sambil menahan senyumannya.     

Zio mengerutkan dahi sambil menatap tajam kearah mata Qiara.     

"Kalau Bibi merasa lebih pintar dariku, maka Bibi boleh menjadi Mama ku!" Jawab Zio.      

"Wow ... Jadi, bibi Lin harus belajar dulu biar pintar agar bisa menjadi Mama mu, apakah begitu?"      

"Iya ... Hahahaha ... " Suara gelak tawa Zio membuat hati Qiara dan Julian menjadi hangat.     

Anak itu jarang tertawa, bahkan dalam setahun bisa dihitung berapa kali dia tertawa. Tapi, dengan pengasuh barunya itu Zio bisa tertawa dengan keras.     

Qiara pun ikut tertawa dan memeluk Zio dengan erat. Julian pun mengurungkan niatnya untuk masuk karena ia tidak mau mengganggu kebahagiaan Zio.     

Markas besar YM Grup.     

Malam itu setelah memghaidri dapat bersama beberapa Manager di perusahaan nya Maxwell duduk di kursi dalam ruangannya sambil memikirkan senyum Qiara. Seketika itu ia semakin merasa penasaran dengan identitas Qiara.     

Seketika itu ia memanggil pengawal pribadinya.     

"Halo Bos? Apakah ada yang bisa saya bantu? " Terdengar suara berat dari seberang telpon.     

"Cari informasi tentang perempuan yang bernama Liana. Dia adakah artis baru di YM Entertainment!"      

"Kapan bos?" Tanya Pengawal itu.     

"Sekarang, dan kamu harus menemukannya sekarang ini juga "     

"Baik bos!" Setelah itu ia langsung menutup telpon.     

Setelah menelpon pengawalnya, Maxwell langsung menghubungi Kevin.     

"Hey ... Maxwell Adamson, apa yang kamu inginkan dengan meneleponku malam-malam begini? Tidakkah kamu tahu kalau aku baru saja minum obat tidur agar bisa tidur? Giliran aku bisa tidur, kamu malah menggangguku?"Teriak Kevin dari seberang telpon.     

Maxwell sama sekali tidak menghiraukan keluhan Kevin dan langsung bertanya padanya."Aku ingin bertanya tentang Liana."     

Walaupun Maxwell mengetahui siapa nama asli Qiara, tapi ia tetap memanggilnya Liana karena nama itu yang dikenal oleh Kevin.     

Kevin terkejut karena Maxwell mengganggunya hanya karena Liana.     

"Dasar orang gila ... Hanya karena itu kamu tega membangunkan ku? Bukankah kamu hebat dalam segala hal, kenapa kamu tidak menggunakan ke hebatan mu itu, sama seperti kamu meminta adegan Liana tidak di lakukan selama satu minggu " Kata Kevin dengan kesal.     

Maxwell memperbaiki posisi duduknya, setelah itu ia kembali membuka mulutnya dengan ekspresi yang sangat tenang.      

Omelan Kevin hanyalah angin lalu bagi Maxwell sehingga ia tidak terbawa perasaan saat dia marahi atau di hujat.     

"Kalau kamu tidak memberitahuku maka kamu tidak akan bisa tenang tidur malam ini." Maxwell mulai mengancam Kevin.     

Tentu saja Kevin langsung bergidik ngeri, bukan karena takut melainkan tidak mau Maxwell datang ke rumah nya dan mengajaknya bermain game sampai pagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.