Istri Kecil Tuan Ju

Kejujuran Yang Melegakan.



Kejujuran Yang Melegakan.

'Tuhan, dadaku sakit sekali mengatakan hal itu, tolong kuatkan lah aku, aku tidak boleh menangis di depan mereka! 'Batin Qiara.      

Setelah bergelut dengan pikirannya, Qiara kembali pada kesadarannya lalu melanjutkan kalimatnya.      

"Baiklah, kalau begitu saya akan pergi sekarang!" Kata Qiara yang sudah tidak sanggup menahan rasa sakitnya.      

Setelah mengatakan itu, Qiara bergegas melepas infusnya dan turun dari tempat tidur namun bajunya ditarik oleh Zio.     

Qiara berhenti lalu berbalik melihat Zio, seketika itu Qiara merasa frustasi karena dia merasa tidak tega dengan tatapan bocah kecil itu. Meskipun hatinya sakit tapi melihat anaknya seperti itu, ia tidak punya kekuatan untuk mengalahkannya.      

"Sayang, tante harus pergi bekerja dulu ya, nanti kalau ada waktu kita ketemu lagi!" kata Qiara dengan nada lembut sambil memeluk dan mencium Zio.      

Wajah Zio tampak cemberut karena ia masih tidak rela melihat Qiara pergi.     

"Andi, tolong bawa Bintang Kecil kembali ke kamarnya untuk istirahat, karena aku perlu bicara berdua dengan nona Liana. "Seru Julian kepada asistennya yang sedari tadi masih berdiri tidak jauh darinya.      

"Baik bos" Andi segera mendekat kearah Zio yang masih menunduk dengan sedih itu.     

"Tuan Kecil, ayo ikut saya!" Kata Andi sambil menjulurkan tangannya kepada Zio.      

"Ikutlah sama Andi, nanti kami akan menemuimu lagi!" Ucap Julian ketika melihat putranya menatapnya untuk memberi isyarat dia belum mau pergi.      

Mendengar apa yang dikatakan oleh Papa nya, Zio pun akhirnya mengangguk lalu pergi bersama Andi dengan terpaksa.     

Setelah Andi dan Zio keluar, tinggallah Qiara dan Julian di ruangan itu yang masih terdiam kaku.     

"Julian, maaf aku harus pergi!" Ucap Qiara tanpa melihat kearah Julian.      

"Apa kamu tidak mau mendengarkan apa yang ingin aku katakan? " Tanya Julian yang mencoba menahan Qiara untuk kesekian kalinya.     

Qiara tidak menghiraukan apa yang Julian katakan, dia malah melanjutkan melepas infus itu. Setelah terlepas dengan paksa, Qiara langsung turun dari ranjang dengan gesit.      

Namun, belum saja ia dapa melangkah, Julian langsung menarik tangan Qiara dan membawanya kepelukannya yang hangat.     

Seketika itu Qiara kaget dan terdiam, karena pelukan Julian membuatnya hanyut ke masa lalu dimana dia pernah selalu merasa nyaman dan aman dalam pelukan Julian, bahkan sekarang pun rasa itu masih sama.     

"Aku memang akan menikah, tapi aku hanya ingin menikahi satu wanita seumur hidupku, yaitu kamu. Selain itu, Bintang Kecil hanya akan bahagia jika dia hidup bersama keluarga yang lengkap. "bisik Julian dengan nada suara yang lembut.     

Hati Qiara yang tegang dan hancur langsung merasa lega sekaligus berbunga-bunga.      

"Terimakasih sudah memberiku kesempatan memelukmu!" Ucap Julian dengan mengeratkan pelukannya setelah itu mencium kening Qiara.      

"Apa yang kamu lakukan, lepasin aku! karena saya harus pergi, hari ini ada syuting."ucap Qiara dengan salah tingkah.      

"Apa kamu akan kembali ke kosmu? "Tanya Julian setelah melepas pelukannya.      

"Tentu saja, aku aku harus mengambil perlengkapanku. Memangnya ada apa? "Qiara menantang tatapan Julian dengan sinis.     

Tepat saat itu, Julian menarik Qiara dan langsung mencium bibir merah muda milik Qiara.      

Seketika itu, waktu terasa berhenti, debaran jantung dan nafas saling bersambut. Julian melumat bibir Qiara seperti orang gila karena tidak mampu menahan rasa rindu dan perasaannya lagi. Kalau tidak sekarang, tentunya dia tidak akan memiliki kesempatan lagi.      

'Ciuman Julian membuat otakku merasa kosong, aku seakan tidak punya kekuatan untuk menolaknya. Tubuhku berkata lain sehingga aku tidak bisa lari. Bagaimana ini apakah akan terjadi lebih dari ini? 'Batin Qiara yang masih tertegun tanpa membalas ciuman Julian.      

Sambil mencium bibir Qiara, Julian menarik pinggangnya agar semakin nenempel di tubuhnya.      

Tidak lama kemudian, Julian mengangkat tubuh Qiara ke ranjang pasien. Sedangkan Qiara masih tertegun sambil menatap tatapan Julian yang begitu lembut.      

Setelah tubuh Qiara terbaring di ranjang. Julian kembali melumat bibir lembut Qiara.     

Merasakan nikmatnya, Qiara pun memejamkan matanya lalu melingkarkan tangannya ke leher Julian sambil membelas ciuman itu.      

'Aku merasa ingin lebih dari sekedar ciuman. Aku ingin dia menyentuhku lebih dalam. Kenapa aku merasa gila begini, hanya Julian yang bisa membuatku menginginkan hal yang tidak seharusnya aku lakukan saat ini, tapi aku tidak rela melepaskan Julian begitu saja. Aku ingin lebih. 'Batin Qiara sambil menikmati setiap ciuman yang diberikan Julian.     

Tanpa sadar, Julian sudah merebahkan tubuhnya di samping Qiara di ranjang pasien yang cukup besar itu.      

Tanpa melepas ciumannya, Julian memeluk erat tubuh Qiara seakan itu tidak cukup baginya.      

Mereka berdua sudah berada di puncak kesabaran menahan hasrat dan rindu mereka selama lima tahun. Qiara tidak ingin hal ini berlalu begitu saja. Julian pun tidak berniat untuk melepas Qiara begitu saja.      

Setelah lama berciuman, Julian melepasnya lalu menatap Qiara sambil tersenyum. Qiara yang sudah tersihir itu pun tidak bisa mengatakan apapun selain membalas tatapan Julian yang lima tahun lalu pernah dia lihat.      

"Aku mencintaimu!" Ucap Julian sambil membelai wajah Qiara dengan tangannya yang kekar.      

Merasakan sentuhan tangan Julian, Qiara merasa keranjingan karena dia sangat sensitif saat ini.      

"Apa kamu mau kembali hidup bersama denganku? Soal wanita yang waktu itu adalah Viona. Kami sedang berada dalam reoni bersama teman-teman kami. Aku pulang jam dua pagi. Tapi, sebelum aku tidur, aku mampir ke kamarmu dan menemanimu hingga jam tiga pagi. Itulah hal yang aku lakukan setiap malam, memastikan keadaanmu secara diam-diam selama sembilan bulan adalah keharusan bagiku. " Ucap Julian lagi sambil menjelaskan dengan detail apa yang terjadi dimasa lalu.      

Mendengar penjelasan Julian hati Qiara terasa sakit. Seketika itu air matanya mengalir deras karena tidak terbendungkan.      

"Jangan menangis begitu!" Ucap Julian sambil menyeka air mata Qiara.      

"Aku fikir kamu membenciku karena sudah meninggalkanmu. Tapi, jikapun kita kembali, mungkinkah keluargamu mau menerimu. Katakan padaku Julian!" Kata Qiara sambil terisak.      

"Aku akan bicara dengan Mama. Aku yakin dia masih mau menerimamu jadi menantunya. Selain itu, aku tidak pernah mampu untuk membencimu." Jawab Julian sambil mengeratkan pelukannya.      

Dalam pelukan Julian, Qiara menumpahkan seluruh tangisnya. Ia membenamkan wajahnya di dada bidang lelaki yang dia cintai itu. Qiara mencintai Julian, namun ia tidak tahu bagaimana harus memberitahu Julian.      

'Betapa beruntungnya aku, disaat banyak wanita dikhiati pasangannya, aku malah menyia-nyiakan suami yang begitu baik padaku. Tidak hanya itu, dia sangat setia walaupun aku sudah meningalkannya begitu lama.' Batin Qiara.      

"Mari kembali dan hidup bahagia!." Ucap Julian lagi.      

"Aku belum siap sekarang. Aku baru memulai karirku. Selain itu, aku ingin menjadi orang pantas dulu baru bisa mendampingimu dengan kaki yang tegap dan wajah yang tegas sambil melihat kepada para wartawan. Jadi, biarkanlah Zio menganggapku tantenya sampai waktunya tiba. " Kata Qiara yang merasa kalau waktu ini belumlah pas untuk kembali bersama Julian.      

"Baiklah, aku akan menunggumu. Tapi, aku ingin kamu meninggalkan YM Entertainment dan datanglah ke GM Entertainment. Aku bisa membantumu untuk mendapatkan kesuksesanmu. " Kata Julian yang tidak ingin Qiara terus dekat dengan Maxwell.      

"Tolong jangan lakukan apapun. Biarkan aku mendapatkannya sendiri dengan usahaku. Selain itu, aku sudah Cocok berada di YM entertainment. Maka, jangan halangi aku!."     

Julian tidak bisa mengatakan apapun kepada Qiara yang tampak sangat serius menjalani dunia nya yang sekarang. Menjadi artis papan atas adalah impiannya Qiara dengan tujuan agar bisa pantas menjadi pendampingnya.      

"Baiklah, tapi kalau kamu butuh bantuan, tolong katakan padaku!. " Ucap Julian.      

Setelah itu ia kembali melumat bibir Qiara yang begitu menggoda.      

Perlahan tapi pasti, bumbu cinta yang Julian tabur bersambut nikmat dari Qiara yang mau membuka hatinya lagi.     

Tepat saat Julian tidak bisa menahan dirinya, suara ponsel Qiara berbunyi. Seketika itu mereka kaget lalu saling tatap.      

"Ummm... Aku harus mengangkat telponku. Maaf! " Ucap Qiara seraya melepaskan dirinya dari cengkraman Julian.      

Melihat wajah Qiara yang memerah, Julian tersenyum manis karena dia hampir saja melakukan hal yang tidak seharusnya dia lakukan di rumah sakit itu.     

Dengan segera Qiara memperbaiki bajunya yang hampir diacak-acak oleh Julian setelah itu ia langsung memeriksa ponsel nya dan ternyata itu pesan dari nomer yang tidak di kenal.     

'Qiara, aku dengar kamu ada di kota A. Oleh karena itu datanglah ke rumah karena ada hal yang harus kita bicarakan!'     

'Siapa ini?'      

Qiara menatap nomer itu dengan perasaan yang tidak enak. Julian duduk di sampingnya sambil memperhatikan jari Qiara saat mengetik pesan itu.     

'Papa ... '     

Mata Qiara membulat sempurna saat membaca balasan dari nomer asing itu. Walaupun tidak di akui sebagai anak lagi, tapi Qiara tidak bisa mengabaikan pesan itu karena dia penasaran dengan apa yang akan Papa nya katakan.     

Setelah membalas pesan itu, Qiara menatap Julian dengan perasaan tidak rela.      

"Siapa?" Tanya Julian.     

"Papa ... Tapi, aku tidak bisa menutup mata karena bagaimana pun juga dia adalah Papa ku walaupun sekarang dia tidak mengakui keberadaan ku lagi setelah aku tahu dia selingkuh dari Mama."     

"Aku akan selalu berada di pihak mu ..!" Ucap Julian sambil mencium punggung tangan Qiara.     

Seketika itu Qiara tersenyum manis dan menatap Julian dengan tatapan yang lembut.     

"Baiklah, aku akan pergi sekarang! "Kata Qiara.      

"Apa kamu mau aku antar? " Tanya Julian sambil mengancing bajunya yang sempat terlepas.      

"Tidak perlu, aku tidak ingin ada yang bergosip terlebih aku ada di dunia hiburan sekarang. Kalau begitu, aku akan pergi dan sampaikam salamku kepada anak kita!"      

Setelah itu, Qiara berlari keluar dari ruangan itu dengan jantung yang masih berdebar hebat meninggalkan Julian sendirian di ruangan itu.      

Julian merasa sangat bahagia mendengar Qiara mengatakan anak kita. Hari ini adalah hari yang menakjubkan, saat kejujuran membawa mereka kembali dalam hubungan yang hangat.     

Setelah lama menunggu, Qiara pun naik taxi alamat yang Papa nya sudah kirimkan karena ia tahu kalau Papa nya sudah pindah ke kota A bersama keluarga barunya sejak dulu.     

"Kakak, bagaimana keadaan Zio? Katanya dia masuk rumah sakit?" Tanya Nathan yang baru saja tiba di rumah sakit itu.     

Julian yang baru saja keluar dari kamar Qiara menuju kamar Zio langsung berhenti setelah mendengar pertanyaan Nathan. Ia menoleh kearah adiknya yang sedang bersama Yumi.     

"Darimana kalian tahu kami ada di rumah sakit?" Tanya Julian tanpa menjawab pertanyaan Nathan terlebih dahulu.     

"Aku menelpon pak Andi. Katanya Zio masuk rumah sakit. Aku tanya lagi kenapa, tapi pak Andi tidak mau menjawabnya. Memangnya apa yang terjadi dengan Zio?"      

Nathan tidak tahu sama sekali apa yang terjadi di atap gedung Galery Rena. Ia menelpon Andi setelah ia lelah mencari Zio ke setiap sudut.     

"Hanya kecelakaan kecil. Oh iya, apakah kalian melihat Viona?" Julian baru ingat kalau ia datang bersama Viona. Jika gadis itu memang sayang sama Zio, tentunya dia juga ikut bersama Nathan ke rumah sakit.     

"Kak Viona tidak bisa ikut kesini karena dia ada rapat pagi ini. Tapi, dia akan datang setelah rapatnya selesai. Sekarang, apakah kakak bisa ceritakan padaku bagaimana Zio bisa kecelakaan?"      

Nathan masih merasa ada yang disembunyikan oleh kakaknya. Ia berpikir, jika itu adalah kecelakaan kecil maka Julian tidak akan mungkin membawa Zio ke rumah sakit karena Zio punya dokternya sendiri.      

"Jika kamu ingin melihat Zio, maka ikutilah aku tanpa banyak bertanya!" Setelah mengatakan itu, Julian berbalik dan melanjutkan perjalanannya tanpa perduli pada Nathan dan Yumi.     

Julian tidak mau kejadian semalam diketahui oleh orang banyak. Apalagi tentang Qiara. Karena jika bocor keadaan akan tambah kacau.      

Nathan dan Yumi pun segera mengikuti Julian tanpa banyak tanya lagi karena mereka tidak ingin membuat Julian marah.     

Rumah Papa Qiara.     

Sementara itu, Qiara sudah sampai di depan rumah Papa nya. Setelah mengetuk pintu, Qiara langsung masuk menuju ruang tamu, di sana sudah ada Papa, Mama tiri dan saudari tirinya yang tidak lain adalah Helena.     

"Selamat pagi ... " Sapa Qiara ketika dia sudah berada diantara mereka semua.      

"Duduklah! " Kata Papa nya.     

Seketika itu Qiara duduk di seberang Papa nya dengan tenang.      

"Ada apa Papa memintaku datang? Hal penting apa yang harus aku dengar? " Tanya Qiara tanpa ekspresi.      

"Helena akan menikah dengan CEO YM Entertainment yang tidak lain adalah Tuan Sandy. " Kata Ibu tirinya dengan bangga.     

Helena terpaksa menerima lamaran Sandy karena menurutnya, ia bisa mendapatkan kekuasaan di YM Entertainment hanya dengan menikahi Sandy.      

Ia menyerah untuk Julian karena Virsen sudah mengancamnya untuk tidak mendekati Julian.     

Sandy sendiri sudah lama mengejar Helena dan sudah menyerahkan banyak hal untuk Helena. Termasuk membantunya menjadi arti kelas A. Helena pun memanfaatkan rasa cinta Sandy untuk mendapatkan apa yang dia inginkan.     

"Selamat! " Ucap Qiara kepada Helena yang duduk di dekat sang ayah.      

Helena hanya tersenyum kecut kepada Qiara saat mendengar ucapan selamat darinya.      

'Setelah menikah dengan Sandy, orang yang pertama aku singkirkan dari YM Entertainment adalah kamu. Aku tidak akan membiarkan kamu mendapatkan apa yang kamu inginkan. Kamu dan Mama mu lebih pantas hidup susah. Aku kasihan padamu karena Julian tidak mungkin kembali padaku karena dia akan menikah dengan perempuan yang sangat hebat.'Batin Helena dengan tatapan yang mengerikan.     

"Papa ingat tidak waktu aku cerita kalau ada perempuan yang sudah menghina dan mempermalukan ku? Dia adalah Qiara. " Kata Helena sambil menunjuk kearah Qiara.     

Ekspresi Papa Qiara menjadi gelap saat mendengar cerita Helena. Dia tahu betapa nakalnya Qiara sehingga ia percaya begitu saja dengan apa yang dikatakan oleh Helena.     

"Apakah itu benar Qiara? " Tanya Papa nya dengan tatapan yang sinis.      

"Jika aku mengatakan itu fitnah, apakah Papa akan mempercayai ku? " Tanya Qiara dengan ketus.      

1

"Siapa yang akan percaya sama wanita sepertimu. Perempuan liar yang sangat nakal. Untuk itu, kamu harus di hukum agar tidak mengulanginya lagi!" Sambung Ibu tirinya sambil tersenyum licik.      

"Papa, Helena lah yang mulai duluan, kenapa harus aku yang di hukum? " Ucap Qiara dengan kesal.      

"Diam kamu, kenapa harus menyalahkan orang lain atas perbuatanmu itu." Kata Papa nya dengan suara yang meninggi.      

Qiara menggertakan giginya saat melihat sang Papa berteriak kepadanya. Ia seperti tidak mengenal Papa nya semenjak ia tahu kalau sang Papa memiliki keluarga baru.      

"Saya rasa sudah tidak ada yang perlu di bahas. Kalau begitu, saya akan pamit sekarang! " Setelah mengatakan itu Qiara pun segera bangkit lalu pergi meninggalkan ruang tamu.      

Namun, Qiara berhenti saat mendengar teriakan keras Papanya.      

"Qiara tunggu! Jika kamu melanjutkan langkahmu untuk keluar dari rumah ini, maka kamu bukan anakku lagi! "     

Helena dan Ibu nya tersenyum lebar saat mendengar suara Papa yang berteriak seraya memberi ancaman pada Qiara.      

Mereka tahu betul, kalau Qiara bukan orang yang bisa diancam dengan mudah. Tanpa menoleh kepada Ayahnya, Qiara melanjutkan langkahnya lalu keluar dengan cepat tanpa memperdulikan apa yang dikatakan Ayahnya.      

'Papa pikir Aku takut? Papa salah besar. ' Batin Qiara sambil berjalan meninggalkan rumah Papa nya.      

Setelah dari rumah Papa nya, Qiara langsung pulang ke kosnya.      

Kamar Qiara.     

Qiara langsung merebahkan tubuhnya yang lelah di ranjang karena ia masih merasa lelah.     

'Ada apa denganku? Kenapa aku tidak bisa menolak Julian? Harusnya aku bisa menahan diri. Sekarang, aku akan kesulitan untuk fokus pada pekerjaan ku. 'Batin Qiara sambil mengacak-acak rambutnya.      

Tepat saat itu ia tiba-tiba teringat kejadian semalam.      

'Astaga ... Bukankah yang menolongku semalam adalah Bos Maxwell? Apakah dia baik- baik saja? Aku harus menghubunginya untuk mengucapkan terimakasih!'      

Setelah membatin, Qiara segera membuat panggilan kepada Maxwell karena ia merasa tidak enak kalau tidak berterimakasih.     

"Halo ...?" Suara Maxwell terdengar sangat lembut dari seberang telpon.     

Qiara merasa gugup sehingga ia mengatur nafasnya sebelum membalas sapaan Maxwell.     

"Halo Qiara ... Apakah kamu baik-baik saja?" Tanya Maxwell dengan suara khawatir karena dia tidak mendengar suara Qiara dari seberang telpon.     

"Khem ... Maaf menganggu bos. Tapi, saya mau mengucapkan terimakasih kepada bos karena sudah menolong saya semalam!" Kata Qiara setelah lama terdiam.     

"Hahaha ... Aku tidak melakukan apapun, jadi kamu tidak perlu berterimakasih karena itu adalah hal yang sangat menggelikan. Apakah kamu merasa lebih baik?" Jawab Maxwell sambil tertawa dengan cukup keras.     

"Saya baik-baik saja bos. Oleh karena itu saya akan bersiap-siap untuk pergi ke lokasi Syuting!" Jawab Qiara dengan sedikit canggung.     

"Kamu jangan memikirkan pekerjaan karena aku sudah memerintahkan kepada semua kru dan artis drama Raja Langit untuk libur selama satu Minggu. Jadi, kamu gunakanlah waktumu sebaik-baiknya untuk istirahat!"      

Qiara terkejut mendengar apa yang Maxwell katakan. Bagaimana mungkin jadwal yang sudah di susun rapi berubah dalam sekejap mata. Padahal hari ini dia harus melakukan syuting untuk episode berikutnya.      

"Tapi bos ... "      

"Tidak ada kata tapi, semua orang sedang menikmati liburannya, jadi kamu harus menikmatinya juga. Kalau begitu, aku akan tutup sekarang karena aku harus rapat. Selamat istirahat!" Setelah mengatakan itu, Maxwell menutup panggilannya dengan cepat tanpa menunggu apa yang akan Qiara katakan.     

'Dasar bos aneh ... ' Batin Qiara sembari melempar ponselnya ke ranjang karena kesal.     

Tepat saat itu ia tiba-tiba teringat kalau dia masih menjadi pengasuhnya Zio. Muncul ide di kepalanya untuk kembali, namun kali ini dia ingin menyelidiki Julian dan Viona.      

Dia tidak ingin mempercayai apa yang Julian katakan pagi tadi begitu saja. Ia harus membuktikan kalau semua yang Julian katakan adalah benar.     

"Untungnya bos Maxwell mengizinkan libur satu Minggu. Aku bisa kembali menjadi Bibi Lin untuk Zio. Hanya dalam waktu satu Minggu aku harus bisa membuktikan semuanya. Setelah semua terbukti, aku akan membongkar penyamaran ku dan meminta izin untuk membawa Zio ke kota B. Ide bagus!" Ucap Qiara sambil tersenyum.      

Setelah itu ia segera turun dari ranjang lalu bersiap-siap untuk merubah dirinya menjadi pengasuh Zio.     

Beberapa saat kemudian.     

Sore itu Julian sudah kembali ke rumah setelah dokter mengizinkan Zio pulang. Tepat saat itu Julian teringat akan pengasuh Zio yang belum juga kembali padahal satu Minggu sudah berlalu.     

"Bibi Liu, apakah pengasuh Zio belum juga kembali?" Tanya Julian pada Bibi Liu.     

"Belum tuan. Kemungkinan orang tuanya masih sakit. Saya yakin dia akan kembali karena dia butuh pekerjaan ini." Jawab Bibi Liu.     

Julian menarik nafas dalam karena dia sangat tidak suka melihat orang yang mengenyangkan pekerjaan yang dia berikan.     

"Kali ini aku memaafkannya karena Zio menyukainya. Lain kali, aku akan memecatnya jika ia izin terlalu lama. Sampaikan kepadanya apa yang aku katakan ini saat ia kembali nanti!"      

"Iya tuan!"      

Setelah itu Julian pergi dari hadapan Bibi Liu karena dia ingin beristirahat di kamarnya setelah seharian menjaga Zio di rumah sakit.     

Pikiran Julian masih tidak bisa tenang karena Andi belum memberikannya laporan tentang siapa yang sudah menculik dan menahan Zio dan Qiara. Jejak mereka terlalu bersih sehingga para pengawal dan orang kepercayaan Julian tidak bisa menemukan apa pun.     

Kamar Julian.     

Setelah sampai di kamarnya, Julian duduk di pinggir ranjang sambil berpikir tentang kejadian yang menimpa Zio dan Qiara malam itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.