Istri Kecil Tuan Ju

Jangan Sakiti Anakku!



Jangan Sakiti Anakku!

0Maxwell tersenyum sambil melihat kemana arah pandang Qiara. Seketika itu ia mampu melihat betapa cintanya Qiara kepada dunia lukis sehingga matanya berbinar saat melihat lukisan yang indah itu.     

"Aku lebih suka melihat pelukis menggunakan teknik plakat. Kamu bisa menggunakan cat air, cat minyak, ataupun cat akrilik dengan sapuan yang tebal dan juga komposisi cat yang kental, sehingga karya lukisan menjadi lebih colorfull. Teknik seni lukis ini lebih sering dipakai oleh seniman profesional untuk membuat lukisan indah dan menawan serta bernilai jual tinggi." Sahut Maxwell yang sudah terbiasa dengan teknik plakat yang digunakan teman baiknya itu.      

"Tapi, aku sangat menyukai lukisan itu sehingga aku ingin sekali memajangnya di kamarku untuk penyemangat ku. Karena lukisan Nicho ini, sangat misterius yang berusaha menunjukkan lukisan dengan fantastis dan nuansa keindahan serta ketenangan, seakan menggambarkan kejadian yang romantis. Kandungan makna emosional tinggi, lebih dinamis, mempunyai warna meriah dan kontras, pengaturan komposisi pendukung memberi kesan dinamis, maknanya menyentuh perasaan, terkesan lebih mewah. Tapi sayang aku tidak mungkin memilikinya. " Ucap Qiara dengan cemberut.      

Maxwell tersenyum mendengar apa yang Qiara katakan, dia pun kembali fokus pada lukisan itu.      

"Baiklah, kita akan mulia dengan harga, 15 Miliyar. Jika anda berminat silahkan lakukan penawaran lebih tinggi dari harga lelangnya. " Kata MC acara itu sambil memperlihatkan kemegahan lukisan itu.      

Mata Qiara melotot melihat betapa indahnya lukisan Nicho itu. Ia ingin sekali mencurinya karena tidak memiliki uang sebanyak itu.      

"20 Miliyar! " Kata penawar pertama.      

"20 Milyar, ada lagi? " Kata MC itu.      

"25 Milyar."     

"30 Milyar. "     

"Yaa, 30 Milyar, apakah ada lagi yang lebih tinggi sebelum kami ketik palu! " Tanya MC itu sembari memegang palu.     

"32 Milyar! "     

Mendengar suara akrab itu, jantung Qiara seakan ingin melompat dari tempatnya. Ia pun langsung menoleh ke sumber suara. Seketika itu matanya berkaca-kaca karena itu adalah suara lelaki tampan yang sangat mempesona, yang tidak lain adalah Julian Al Vero.      

'Ya Tuhan, kenapa aku baru sadar kalau Julian juga hadir, Kenapa aku baru mendengar suaranya? ' Batin Qiara sambil memalingkan wajahnya dengan segera.      

"Oke, 32 Milyar, ada lagi? " Teriak MC itu dengan bersiap mengetuk palu.      

"40 miliyar. "     

Sekali lagi Qiara terkejut ketika mendengar orang yang ada di sampingnya ingin menandingi Julian. Ia pun langsung menutup wajahnya.      

Namun, Julian terlalu mengenal dirinya sehingga mudah bagi Julian mengenali sosok Qiara.      

'Maxwell, bukankah itu Qiara yang berada di sampingnya? ' Batin Julian ketika melihat siapa yang mengunggulinya.      

Setelah mengetahui itu adalah Maxwell, Julian pun tidak mau kalah, karena dia tahu betul kalau Maxwell pasti ingin memberikannya kepada Qiara si pecinta lukisan.      

"45 Milyar. " Ucap Julian sambil menunjukkan angka yang dia maksud.      

Qiara kaget karena Julian belum mau kalah.      

"50 Milyar. " Ucap Maxwell lagi sambil tersenyum manis kearh Julian.      

"Bos, itu sudah kelewat mahal, kenapa tidak berhenti sampai disini? " Bisik Qiara yang berniat menghentikan Maxwell.     

"60 Milyar. "     

Mendengar penawaran Julian, semua wartawan dan tamu yang ikut lelang terkejut karena itu sudah melampaoi harga asli dari lukisan itu.      

"Siapa yang akan menang? "     

"Aku tidak tahu. Karena yang aku tahu, kalau Presiden Direktur YM Grup bukanlah orang yang mudah menyerah."     

"Tunggu dulu, bukankah Presdir YM tidak jadi masuk, kenapa dia tiba-tiba ada di ruang lelang? "      

Para wartawan dan tamu yang mengikuti lelang pada berbisik dan takjup dengan kedua Presedir dari dua perusahaan besar di kota A itu.      

"70 Milyar. "Maxwell tersenyum setelah menyebut angka yang fantastis itu.      

Tepat saat Julian ingin menyebut angka penawarannya lagi, Tiba-tiba Andi datang dan berbisik padanya.      

"Bos, Bintang Kecil hilang. " Bisik Andi dengan sedikit gemetaran dan ketakutan.      

"Apa? " Julian berdiri dengan ekspresi gelap sambil menatap Andi.     

Seketika itu semua orang menjadi kaget dan fokus pada Julian.      

"Julian, ada apa? " Tanya Viona dengan bingung.      

Melihat Viona memegang tangan Julian, wajah Qiara memerah dengan tatapan yang mematikan.      

'Jadi, dia datang dengan calon istrinya? 'Batin Qiara sambil menunduk sedih.     

Tanpa mengatakan apapun, Julian langsung berlari keluar bersama Andi untuk mencari Bintang Kecil.      

"Baiklah, lukisan ini jatuh kepada penawaran terakhir dengan harga 70 miliyar " Palu pun di ketik dan lukisan itu menjadi milik Maxwell.      

Sayangnya, Maxwell merasa tidak puas karena kemenangannya bukan karena Julian mengaku kalah, melainkan kemenangannya secara cuma-cuma.      

'Ada apa dengan Julian? Kenapa dia terlihat terburu-buru begitu? Apakah ada yang terjadi dengan Zio? ' Batin Qiara yang mulai cemas dan gemetaran.      

"Aku harus pergi sekarang juga bos! " Ucap Qiara seraya berdiri lalu pamit dengan Maxwell tanpa menunggu apa yang akan Maxwell katakan.      

Dengan cepat, Qiara keluar dari tempat lelang, menyusul Nathan dan Viona yang sudah berlari duluan mengejar Julian tanpa mereka tahu apa yang terjadi.      

"Qiara tunggu! " Tepat saat Qiara keluar dari pintu, Qiank menarik tangannya dengan cepat.      

Demian yang menyadari keberadaan sehingga ia langsung berlari menyusulnya tanpa memperdulikan tatapan Rena.      

"Maaf, kamu salah orang. Aku Liana bukan Qiara. Permisi! " Kata Qiara seraya melepas genggaman tangan Demian dengan sinis.     

Setelah itu, Qiara berlari mencari kemana Julian pergi. Namun, Qiano tidak mau nyerah, ia pun berlari menyusul Qiara.      

Sementara itu, Maxwell terdiam sesaat, setelah itu ia membuat panggilan kepada anak buahnya.      

"Halo bos! "      

"Cari tahu apa yang terjadi dengan Tuan Ju di luar aula!" Seru Maxwell dengan ekspresi gelap.      

"Baik bos! " Sahut orang yang berada di seberang telpon.      

Setelah membuat panggilan, Maxwell juga keluar dari ruang lelang. Sedangkan Rena tidak bisa pergi karena dia harus mengakhiri acara agar tidak membuat tamu yang hadir menjadi resah.      

Tepat saat Qiara berdiri di depan salah satu tangga menuju lantai dua gedung Galery Rena, tiba-tiba ada orang yang membekapnya dari belakang menggunakan sapu tangan yang ada obat biusnya. Seketika itu, Qiara menjadi lemas lalu pingsan.      

"Qiara... "      

Qiano berteriak dan suara menggema, ketika melihat Qiara diseret menaiki tangga. Seketika itu Demian berlari kencang untuk menyusulnya.      

Sedangkan Julian, terkejut ketika mendengar suara teriakan yang memanggil nama Qiara itu.      

"Ada apa bos? " Tanya Andi dengan heran ketika melihat bosnya malah berhenti.      

'Aku mendengar jelas kalau ada orang yang memanggil nama Qiara. Ada apa dengannya?' Batin Julian sambil mengepalkan tinjunya.      

"Bos? " Andi menyentuh bahu Julian untuk menyadarkannya dari lamunan.      

Julian langsung menengok Andi dengan tatapan yang bingung.      

'Bagaimana ini, perasaanku tidak tenang. Anakku dan Ibunya sepertinya ada dalam masalah. Tapi, Qiara ada Maxwell yang akan membantunya, sedang anakku tidak. ' Batin Julian.      

"Ayo lanjutkan pencarian!" Setelah mengatakan itu, Julian mengajak Andi kembali untuk melanjutkan pencarian mereka.      

Sementara itu, Viona dan Nathan mencari di bagian lain setelah mereka tahu kalau Bintang Kecil hilang.      

Tepat saat itu, ponselnya ponsel Viona berbunyi.      

"Nathan, aku akan mencari disebelah sana, kamu dan Natalie lanjutkan saja kearah yang sudah direncanakan!" Seru Viona sebelum mengangkat panggilan itu.     

"Oke."     

Setelah mengatakan itu, Nathan membawa Yumi berlari menuju arah yang sudah mereka sepakati.      

Sementara itu Viona menemukan tempat yang sepi untuk menerima panggilan itu.     

"Halo Virsen, apa yang kamu lakukan dengan membuat panggilan kepadaku? " Tanya Viona dengan geram setelah menggeser icon warna hijau di ponselnya.      

"Halo kakak sepupu ku yang cantik. Aku ada kabar bahagia buatmu!" Kata Virsen sambil tertawa kecil.      

"Jangan bilang kalau kamu yang menculik Bintang Kecil? "      

"Aku tidak menculiknya. Aku hanya mengajaknya bermain sesuai perintah mu. Dia hanya perlu menjauh agar kamu dan Julian bisa berduaan bukankah begitu?. Tapi, bukan itu kabar bahagiaku!" Jawab Virsen dengan nada suara yang santai. .     

"Kamu memang bisa diandalkan. Sekarang katakan dimana Bintang Kecil dan apa kabar bahagianya! " Kata Viona sambil tersenyum licik.     

"Anak kecil yang nakal itu sedang duduk bersamaku. Tapi, Ibu kandungnya sudah aku singkirkan. Apa kamu senang kak? Hahahaha ... " Jawab Virsen sambil terkekeh dengan bangga dan bahagianya karena ia memiliki kesempatan untuk membuat Julian menjadi gila.      

Viona kaget mendengar apa yang dikatakan oleh Virsen. Dia tidak menyangka kalau Virsen juga berhasil menangkap Qiara.     

'Jadi, Qiara ada ditempat ini? Apakah ini malam keberuntungan bagiku? Jika dua penghalang ini hilang, tentu Julian akan menjadi milikku seutuhnya. 'Batin Viona sambil tersenyum jahat.     

"Bagaimana mungkin kamu bisa menangkap Ibu Bintang Kecil? Setahuku dia ada di kota lain" Tanya Viona yang mulai penasaran.      

"Hahaha... Kamu memang bodoh kak. Tidakkah kamu tahu kalau saingan romantis mu itu sudah bertemu dengan calon suamimu. Bahkan, dia ada di acara ini. Apa kamu tidak khawatir dengan itu? " Kata Virsen yang dengan santai memanggil kakak sepupunya nya bodoh.     

Viona semakin terkejut ketika mendengar penjelasan Virsen. Dia tidak menyangka kalau Qiara akan ada di kota A dan di acara yang sama dengannya.     

"Bagaimana kamu bisa tahu kalau perempuan sialan itu ada di kota A? "     

"Itu gampang buatku. Oleh karena itu aku datang ke kota A untuk mencegah wanita itu menghalangi pernikahanmu. Bukankah aku adik sepupu yang baik? " Jawab Virsen dengan angkuh dan sombongnya.     

"Baiklah, kali ini aku akan berterimakasih padamu. Sekarang, katakan padaku dimana Bintang Kecil, agar aku bisa menjadi orang yang pertama menemukannya!" Kata Viona yang tiba-tiba merubah rencana.     

"Aku akan kirim lokasi padamu!" Setelah mengatakan itu, Virsen langsung menutup telpon tanpa mengatakan apapun lagi karena begitulah gayanya seorang Virsen.      

'Dasar psikopat ...'Batin Viona. Setelah itu, ia bergegas untuk menemukan Julian agar bisa mencari Zio bersama-sama dan tidak di curigai.     

Sementara itu di atas gedung Galery Rena. Qiara yang dibius tersadar saat di siram dengan air. Ia sadar dengan cepat karena bius yang digunakan tidak begitu kuat.     

"Siapa kamu? " Tanya Qiara dengan mata melotot saat ia bisa melihat dengan sempurna.      

Qiara berusaha melepaskan dirinya, namun tangannya terikat dengan kuat sehingga ia tidak bisa melarikan dirinya.      

"Halo manis! Kita akhirnya bisa betemu lagi setelah lima tahun! "Ucap Virsen setelah membuka topinya.      

Senyum manis yang menakutkan itu membuat Qiara lansung mengenali lelaki gila yang membuatnya berpisah dengan anak dan suaminya.      

"Virsen, kenapa kamu melakukan ini padaku? Bukankah aku sudah menuruti kemauanmu? " Teriak Qiara dengan ekspresi yang sangat gelap.      

Virsen tersenyum mendengar apa yang Qiara katakan. Setelah itu, Virsen mendekat kepada Qiara lalu berjongkok sambil mencengkram rambut Qiara dengan kasar.      

"Aku sudah memperingati mu agar tidak muncul di depan Julian yang bodoh itu. Dia belum menikahi kakak sepupu ku, jadi kamu belum boleh muncul. Akan tetapi, kamu melanggar janjimu, oleh karena itu aku tidak punya pilihan selain membunuhmu. Atau, anakmu yang akan jadi korban. " Ucap Virsen sambil menggertakan giginya dengan wajah yang mengerikan.     

Qiara kaget karena sekarang Virsen membawa anaknya dalam lingkaran bahaya itu.     

"Tolong jangan sentuh anakku, biarkan dia hidup dengan aman dan sehat. Aku akan melakukan apapun yang kamu mau asal jangan sentuh putraku! " Teriak Qiara dengan mata yang berkaca-kaca.      

"Hahaha... Jangan sok jadi ibu yang baik kamu itu. Tidaklah kamu ingat betapa kejamnya kamu yang sudah meninggalkan putramu yang baru lahir? Lalu, buat apa kamu mengkhawatirkannya? " Kata Virsen dengan tatapan tajam disertai dengan tawa yang mengerikan.     

Qiara menatap tajam kedalam tatapan mengerikan Virsen, seketika itu ia bisa melihat kelembutan diujung tatapan itu, hanya saja dendam dan kemerahan menutupi semua itu.     

'Kenapa aku merasa kalau Virsen adalah lelaki yang hangat? Jika benar, kenapa dia menjadi seorang psikopat yang mengerikan seperti ini? Apakah ada yang menyakiti hatinya? 'Batin Qiara yang sangat pintar dalam urusan membaca ekspresi orang itu.      

"Kenapa kamu menatapku begitu? Apakah ada yang salah? Atau kamu sedang mengejekku? Mana yang benar? " Tanya Virsen seraya menatap Qiara lebih dalam lagi.     

"Ada apa denganmu? Kenapa kamu melakukan semua ini? Apa salahku padamu? " Tanya Qiara dengan suara yang lemah.     

Mendengar pertanyaan Qiara, Virsen melepaskan cengkeramannya lalu berdiri sambil mengambil nafas dalam. Setelah itu ia mendongak menatap langit.      

"Kamu tidak salah, hanya saja mantan suamimu itu tidak boleh bahagia. Dia harus membayar semua yang sudah dia perbuat. "      

"Apa yang Julian lakukan padamu sehingga kamu sangat membencinya! "      

"Apa kamu benar-benar mau tahu hah? " Tanya Virsen seraya mencengkram rambut Qiara kembali.     

Seketika itu Qiara merasa kepalanya hendak di kuliti oleh Virsen.      

"Lepasin tanteku... "      

Mendengar suara teriakan kecil itu, Qiara kaget dan ketakutan. Seketika itu, Qiara menoleh ke sumber suara.      

"Zio, jangan mendekat sayang, larilah dan jangan perdulikan tante... " Teriak Qiara sambil berusaha melepaskan ikatan tangannya dengan menggeseknya.      

Virsen tersenyum lebar ketika melihat Zio keluar dari persembunyiannya.      

Zio langsung terdiam saat mendengar larangan Qiara. Ia hanya bisa mengepalkan tangan kecilnya sambil menatap sinis kepada Virsen.      

"Calon keponakanku kemarilah, aku akan memberikanmu permen yang banyak!" Kata Virsen sambil tersenyum.     

"Om jahat, lepasin tanteku. Jangan sakiti dia!" Teriak Zio lagi untuk yang kedua kalinya.     

"Tante ? ... Hahahaha .. " Virsen tertawa keras kearah Qiara saat menyadari Zio memanggil Qiara dengan sebutan tante.     

"Zio... Pergilah cepat... Lari sejauh nya dan jangan mendekati monster jahat ini!" Teriak Qiara sambil menangis saking takutnya Virsen akan menyakiti putranya.      

"Arggg... " ringis Qiara.     

Karena merasa bosan mendengar teriakan Qiara, Virsen langsung menampar wajahnya dengan keras sehingga terlihat noda darah di sudut bibir Qiara.      

"Tante... "      

Bintang Kecil itu langsung menangis melihat Qiara di tampar hingga berdarah. Namun, kaki kecilnya berat melangkah karena Qiara melarangnya.      

"Sepertinya ikatan batin seorang ibu dan anak tidak bisa di putus diantara kalian berdua, oleh karena itu akulah yang akan memutusnya dengan paksa!" Setelah mengatakan itu, Virsen menoleh kepada Zio.      

Tidak lama kemudian, Virsen melangkah mendekati Zio, seketika itu Zio kecil itu mundur dengan perlahan.      

"Jangan .... " Teriak Qiara dengan kencang.      

Qiara mengamuk sambil berusaha keras untuk melepaskan tali yang mengikat tangannya.      

'Sayang tunggu, Mama akan segera menyelamatkanmu!' Batin Qiara.     

Tidak lama kemudian, ikatan itupun terlepas. Dengan cepat Qiara berdiri lalu berlari sambil menendang punggung Virsen. Seketika itu Virsen tersungkur jatuh.     

Kesempatan itu Qiara gunakan untuk membawa Zio berlari dari tempat itu sebelum Virsen semakin gila.      

"Mau kemana anda nona manis!" Tanya beberapa anak buah Virsen yang berjaga disekitar tempat itu.     

"Minggir kalian jika tidak mau terluka!" Ancam Qiara dengan tatapan mematikan.      

'Tante, Zio takut!" Ucap Zio yang masih menangis itu karena dia takut Qiara akan terluka.     

"Jangan khawatir, aku akan melindungimu! " ucap Qiara sambil memeluk Zio.      

Tidak lama kemudian, Qiara menurunkan Zio. Setelah itu ia menatap putranya dengan berlinang air mata.      

"Sayangku, cintaku, hidupku. Pergilah dari sini lewat pintu itu, tolong jalan dengan pelan dan panggil Papamu. Jangan pikirkan tante!" Kata Qiara yang terpaksa harus melepas Zio untuk melarikan diri sambil menunjukkan pintu keluar itu.     

"Zio mau sama tente. Kalau Zio tidak ada disini, tante akan dibunuh oleh mereka, Zio tidak mau itu terjadi. " Ucap Zio sambil menangis sesegukkan.      

"Sayang, sudah tidak ada waktu lagi. Kamu harus turun dan panggil Papamu untuk menyelamatkan tante. Kalau kamu sudah turun, maka bantu tante untuk memanggil Papamu. Ayo cepat pergi! ?" Ucap Qiara seraya meyakinkan Zio untuk pergi.     

Qiara yakin kalau mereka sedang berada di atas gedung Galery Rena. Karena Virsen tidak akan sempat membawanya jauh dalam waktu singkat karena pengawal Julian banyak di luar gedung.     

Tangan mungil itu memegang baju Qiara dengan erat sehingga Qiara merasa frustasi karena Virsen semakin dekat.      

"Sayang, tante janji akan selamat jika kamu mau melarikan diri dari sini! " Kata Qiara yang terus berusaha menyakinkan Zio agar ia mau melarikan diri.      

Belum sempat Zio mengangguk, tangan kekar Virsen menjambak rambut Qiara dengan sangat keras.      

"Arrrggghhh... " Qiara meringis sambil memegang tangan Virsen yang menjambak rambutnya.      

"Lepasin tanteku... " Zio langsung berteriak dengan sangat kencang sehingga Virsen langsung menatap nya dengan sinis.      

"Apa kamu mau tahu sebuah kebenaran anak kecil? " Tanya Virsen sambil tersenyum mengerikan.      

"Lepasin dia! " Zio tidak memperdulikan apa yang dikatakan oleh Virsen, ia masih berteriak dan ketakutan melihat Qiara yang terus di jambak.      

"Zio sayang, tolong pergi sekarang, jangan hiraukan tante!" Teriak Qiara dengan susah payah sambil memegang tangan Virsen yang mencengkram rambutnya.     

"Ahhh ... " Virsen terkejut saat tangannya di gigit oleh Zio.     

Qiara terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Zio yang tidak mematuhi larangannya itu. Tapi, ia bisa melihat dari tatapan putranya kalau jiwanya yang tidak kenal takut ada pada Zio.      

Tanpa belas kasihan, Virsen mendorong anak kecil itu sehingga ia terpental jauh, lalu pingsan.      

"Aaarrggg ... Zio... " Qiara seakan mau gila saat berteriak melihat anaknya pingsan setelah di dorong oleh Virsen.      

"Virsen, kamu bajingan. Beraninya kamu melakukan itu pada anak kecil. Dasar psikopat gila. " Teriak Qiara yang mengamuk untuk melepaskan dirinya. Namun, Virsen lagi-lagi membungkam mulut Qiara dengan obat bius yang memiliki kadar tinggi.      

Tepat saat itu, satu pukulan dari belakang membuat Virsen tersungkur jatuh sehingga tangannya terlepas dari rambut Qiara. Kesempatan itu Qiara gunakan untuk berlari kearah Zio.      

"Zio, sayang tolong bangun! Jangan begini. Mama sangat khawatir sayang! " Ucap Qiara sambil memeluk tubuh kecil itu yang terkulai lemas karena sok yang dia dapatkan.      

Tepat saat Qiara ingin mengangkat tubuh kecil itu untuk membawanya berlari, kepalanya terasa pusing, karena dia sempat menghirup bius itu sedikit. Seketika itu, ia jatuh pingsan di samping putranya.      

Sementara itu, Virsen mengepalkan tinjunya ketika ia menyadari seseorang sudah menyerangnya dari arah belakang.      

"Kurang ajar... Beraninya... " Virsen segera berdiri lalu berbalik melihat orang yang menyerang nya, namun kalimatnya berhenti ketika ia melihat siapa yang sudah menyerangnya.      

"Maxwell? "      

Virsen merasa gemetar melihat wajah tenang tanpa ekspresi itu berdiri tegak di sampingnya.      

"Kamu membuat ulah lagi. Haruskah aku mengirimmu ke rumah sakit jiwa lagi? " Tanya Maxwell sambil mendekat secara perlahan kearah Virsen.      

"Tolong maafkan aku dan jangan kembalikan aku ke rumah sakit jiwa! Aku sudah pernah lolos dari Kematian dan merasakan dinginnya rumah sakit jiwa. Jadi, tolong maafkan aku!" Virsen langsung berlutut karena dia tidak mau membuat sepupu tertuanya itu marah. Karena kemarahan Maxwell sama dengan kemarahan kakeknya.     

"Ini sudah ke 50 kalinya kamu minta maaf, tidaklah kamu merasa bosan? Apa kamu tidak tahu siapa wanita yang telah berani kamu sakiti itu? " Kata Maxwell sambil mencekik leher Virsen masih dengan tatapan yang tenang seperti air, namun tatapan itu membuat Virsen bergidik ngeri.      

"Memangnya siapa dia bagimu! " Tanya Virsen dengan susah payah sambil memegang tangan Maxwell yang semakin dalam mencengkram lehernya.      

"Dia adalah wanitaku. Dari ujung kepala hingga ujung kaki adalah milikku. Bukankah kamu tahu apa konsekuensi bagi orang yang sudah berani merusak milikku? Kamu lebih tau itu dari pada orang lain. "Ucap Maxwell.      

Virsen terkejut ketika ia mendengar apa yang Maxwell katakan, dia melotot dan merasa sangat bahagia, karena ini adalah berita baik.     

Jika Maxwell bersaing dengan Julian tentu saja akan sangat seru, karena Maxwell bukan lelaki yang mudah menyerah dengan apa yang dia inginkan.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.