Istri Kecil Tuan Ju

Penggelaran Pameran Rena.



Penggelaran Pameran Rena.

Julian sengaja merahasiakan siapa Ibu Bintang Kecil karena dia tidak ingin menggores luka di hati siapapun.     

Tidak untuk dirinya, anaknya ataupun Qiara. Dia sudah cukup baik ketika semua orang hanya mengenalnya dengan anaknya.      

Mendengar penjelasan Rena, Qiano terdiam, dia tidak menyangka kalau dia akan mendapat jawaban seperti itu. Namun, tatapan Bintang Kecil sangat mengusik dirinya.     

'Aku ingat banget kalau tatapan itu sama seperti milik Qiara, tapi apa mungkin anak lelaki itu adalah anak Qiara? Apakah dia sudah menikah? Atau cuma mirip saja? 'Batin Demian dengan perasaan yakin yang tidak terelakkan.     

"Kamu mikirin apa? Kenapa kamu tiba-tiba menjadi pendiam begitu? Apakah ada yang salah? " Tanya Rena seraya menyadarkan Qiano dari lamunan nya.      

"Tidak apa-apa. Aku ingin ke toilet sebentar! " Jawab Qiano  seraya pergi dari hadapan Rena untuk menemukan toliet.      

Melihat Qiano pergi begitu, Rena tidak merasa curiga sedikitpun terhadap gerak gerik Demian.     

Tidak lama kemudian, Rena berbaur dengan para tamu yang sudah lebih dahulu menikmati lukisannya.      

Sedangkan Zio terlihat tenang dan mengikuti kemanapun Julian pergi seakan ia adalah ekor bagi Papa nya.      

"Zio, apakah kamu suka lukisan ini! " Tanya Viona sambil mencubit pipi Zio.      

"Tidak." Jawab Zio dengan ketus pada Viona karena dia merasa tidak nyaman dengan Viona.     

"Viona, biarkan dia sendiri. Kamu tahu sendiri kan kalau Zio lebih suka sendirian." Kata Julian yang mencoba menasehati Viona agar berhenti mengganggu Zio.      

"Julian, apa salahnya jika aku ingin dekat dengan calon anakku. Mau tidak mau aku akan menjadi ibunya. " Ujar Viona dengan suara yang lembut.     

"Kamu bukan Mamaku! " Teriak Bintang Kecil itu sambil berlari meninggalkan Viona dan Julian.      

"Bintang Kecil... " Julian menjadi panik sehingga ia berlari mengejar Zio tanpa memperdulikan Viona.      

Viona merasa sangat frustasi melihat kelakuan bintang kecil itu.     

'Awas kamu ... Setelah menjadi Mama mu, aku akan memastikan kalau kamu tidak akan pernah mendapat kasih sayang dari Papa mu. Sudah lima tahun aku mencoba mengambil hati anak kecil itu, tapi yang aku dapat hanya penolakan.'Batin Viona sambil mengepalkan tinjunya.     

Karena terlalu kesal, Viona pun segera pergi untuk melihat lukisan yang lain. Dia ingin memiliki salah satu karya Nicho untuk dia pajang di ruangannya.     

Sementara itu, di depan Galery terlihat sebuah mobil mewah berhenti. Seketika itu sorotan wartawan tertuju padanya.      

"Itu seperti mobil mewahnya Tuan Max."     

"Iya, benar. Aku yakin itu dia. "     

"Kalau begitu jangan buang-buang waktu karena Tuan Max adalah orang yang jarang tampil di layar kaca bahkan sangat pintar menghindari kamera. Aku akan memberi kalian hadiah jika bis mengambil gambar tuan Max. ".     

"Bagaimana kalau dia bukan Tuan Max! Siapa tahu kalau itu asistennya lagi seperti biasa. "      

Para wartawan terus berdebat membahas tentang orang yang ada di balik mobil mewah hitam itu. Mereka pun tidak sabar menunggu agar orang di dalam nya segera keluar.      

Di dalam mobil Maxwell.     

Qiara kaget setelah melihat banyak wartawan dari dalam mobil. Ia gugup karena ia datang dengan bos YM Entertainment. Jika semua artis YM melihatnya, tentu mereka akan berfikir kalau dirinya sudah menggoda bos YM untuk bisa menaikkan popularitasnya.     

"Tunggu dulu, kenapa acara ini banyak wartawan? " Tanya Qiara yang menahan Max untuk tidak turun.      

"Ini acara pameran sekaligus lelang, tentu saja akan banyak wartawan. " Jawab Max sambil tersenyum.      

"Aku takut akan ada gosip tentang kita jika para wartawan itu mengambil foto kita, sedangkan aku ini adalah artis pendatang baru di YM Entertainment. " Kata Qiara yang merasa khawatir orang akan beranggapan dia masuk YM karena koneksi.      

"Apa kamu tidak suka itu! Bukankan bagus jika kamu punya skandal dengan bos, kamu bisa melejit dengan cepat? " Tanya Maxwell.     

"Aku bukan orang yang mengandalkan koneksi. Oleh karena itu aku tidak mau turun. Tapi, aku ingin melihat lukisan Nicho. " Kata Qiara dengan kesal.      

"Baiklah, aku akan membawamu melewati jalan yang berbeda tanpa wartawan." Setelah mengatakan itu, Maxwell langsung menjalankan mobilnya lagi kearah lain.      

"Kenapa tidak ada yang keluar? "     

"Apakah itu bukan Tuan Maxwell? "     

"Sepertinya bukan makanya tidak ada yang keluar dari mobil. "      

Para wartawan dibuat bingung oleh Max yang tidak jadi turun dari mobil. Mereka pun tidak bisa berkata apa-apa karena pemilik mobil sudah keburu pergi.      

Beberapa saat kemudian.     

"Ayo turun! " Kata Max seraya mengulurkan tangan kanannya kepada Qiara.      

"Aku bisa turun sendiri bos! " Qiara langsung turun tanpa menyambut uluran tangan Maxwell.      

Seketika itu Maxwell hanya tersenyum manis dan semakin tertarik kepada sosok Qiara.      

"Apakah kita lewat pintu belakang? " Tanya Qiara dengan heran.      

"Seperti yang kamu lihat. Sekarang, ayo masuk! " Tanpa menunggu lama lagi, Maxwell langsung menggandeng tangan Qiara untuk masuk.      

Qiara pun tidak ragu untuk berjalan masuk dengan Maxwell sambil bergandengan.     

Di dalam ruangan.     

Setelah berhasil menenangkan Zio, Julian membiarkan Zio yang menggemaskan itu berjalan sendiri menelusuri semua lukisan yang ia sukai.      

"Kak, dimana Bintang Kecil yang menggemaskan itu? " Tanya Nathan yang baru saja tiba bersama Yumi.     

Julian langsung menoleh kepada Nathan dan Yumi sambil mengerutkan keningnya.     

"Dia sedang melihat lukisan. Kalian datang hanya berdua? "      

"Iya. Memangnya kenapa? " Tanya Nathan dengan bingung.      

"Kalian seharusnya jangan terbuka seperti ini, tidakkah kalian tahu resikonya?"     

"Aku datang karena di undang oleh Rena. Dia juga mengundang Yumi. Oleh karena itu kami datang bersama. Apakah ada yang salah dengan itu?" Kata Nathan.     

Julian mengabaikan Nathan lalu melirik Yumi yang sudah lama tidak bertemu dengannya.     

"Yumi ... Tolong beritahu si bodoh ini letak salahnya! " Setelah mengatakan itu Julian pergi dari hadapan mereka untuk menemukan dimana Zio.     

Sayangnya dia di halangi oleh beberapa rekan bisnisnya dan mengajaknya ngobrol.     

"Halo Rena, selamat ya atas pameran pertamamu. " Kata Helena yang juga datang di acara itu. Namun, dia tidak sendirian.     

Mendengar sapaan hangat itu, Rena langsung menoleh sambil tersenyum. Namun, senyumnya langsung menghilang saat melihat siapa yang berada di samping Helena.     

"Halo sayang ... !" Virsen tersenyum manis saat melihat ekspresi Rena yang mulai pucat.      

"Virsen, kenapa kamu datang? Bukankah aku tidak pernah mengundangmu? " Tanya Rena sambil menggertakan giginya.      

"Maaf Rena, akulah yang mengajaknya kesini karena katanya dia sangat ingin melihat lukisan. Tidak hanya itu, dia juga ingin ikut lelang. " Kata Helena sambil tersenyum licik.      

Sebenarnya Virsen sengaja mendekati Helena untuk menjadikannya alat. Ia ingin Helena menyakiti Qiara karena ia tahu kalau Helena sangat membenci Qiara yang merupakan adik tirinya itu.     

Tidak susah bagi Virsen untuk mendapatkan informasi yang dia inginkan.     

Rena langsung memberi tatapan yang mematikan kepada Helena. Walaupun dulu mereka berteman baik hingga hari ini, tapi Rena tidak suka dengan sikap palsu yang Helena tunjukkan.     

"Sayang, tidak bisakah kamu bersikap baik padaku hari ini? Jika kamu terus memasang wajah seburuk ini, maka aku akan pastikan acara ini berantakan. " Bisik Virsen di telinga Rena.      

Seketika itu kaki Rena terasa lemas. Ia mundur beberapa langkah dengan gemetaran.      

"Rena, kamu tidak apa-apa? " Tanya Qiano  yang tiba tepat pada waktunya.      

Demian langsung menyangga tubuh Rena yang hampir tumbang di lantai.      

"Qiano, tolong bawa aku pergi dari sini! " Kata Rena sambil mencengkram baju Demian.     

Tanpa mengatakan apapun, Qiano langsung membawa Rena masuk ke ruangannya.      

Sesaat kemudian, Qiano membawakan air untuk Rena.      

"Minumlah dulu! " Seru Qiano  seraya membantu Rena untuk minum.      

Dengan patuh Rena meminum air itu dengan sedikit gemetaran.      

"Siapa mereka? Kenapa kamu begitu ketakutan? " Tanya Qiano ketika melihat Rena sudah lebih tenang.      

"Apa kamu masih ingat waktu aku bercerita tentang mantan kekasihku?" Tanya Rena dengan ekspresi yang memelas.      

Qiano  pun langsung menganggukkan kepalanya.      

"Dialah mantan kekasihku waktu di Amerika. " Kata Rena dengan ekspresi ketakutan saat mengingat apa yang Virsen pernah lakukan padanya.      

"Virsen Adamson? Apakah dia? " Tanya Qiano memperjelas orang yang dimaksud Rena dengan apa yang dia dengar dari cerita Rena di masa lalu.      

"Iya. Aku takut jika dia mengacaukan pameran hari ini. Selain itu, aku punya firasat buruk. Ada Tuan Ju yang mungkin akan menjadi sasarannya." Jelas Rena dengan tatapan yang berkaca-kaca.      

"Kamu tidak perlu takut, ada aku di sampingmu. Selain itu, kamu jangan khawatirkan Tuan Ju, dia memiliki banyak pengawal sehingga dia tidak mudah dilukai oleh seorang Virsen. " Kata Qiano seraya memeluk Rena untuk membantu menenangkan gadis itu.      

Rena langsung memeluk Qiano untuk mendapatkan ketenangan dan rasa nyaman itu.      

"Qiano , tolong jangan pernah tinggalkan aku! " Ucap Rena.      

Qiano terdiam mendengar permintaan Rena yang hidupnya selalu sendiri dan kesepian itu. Namun, ia tidak bisa membuka hatinya untuk Rena karena seluruh hatinya sudah dimiliki oleh Qiara.      

"Aku akan selalu menjadi sahabat terbaikmu. Jika kamu punya masalah di masa depan, segera beritahu aku maka aku akan datang dengan segera. " Kata Qiano yang berusaha untuk meyakinkan Rena.      

Hati Rena terasa perih saat Qiano  masih menganggapnya sahabat disaat seperti ini. Namun, ia tidak bisa berbuat apa-apa jika dia ingin Qiano tetap berada di sampingnya. Jika dia memaksa, tentunya Qiaono akan menjauh darinya. Dan itulah hal yang sangat di takuti oleh Rena.     

"Sekarang hapus air matamu, ayo kita keluar karena acara tidak akan dimulai jika CEO nya tidak ada. " Kata Qiano sambil tersenyum seraya menyeka air mata Rena.      

Seketika itu Rena mengangguk dan memperbaiki make up nya.      

Setelah itu ia dan Qiano keluar dari ruangannya.      

Beberapa saat kemudian.      

Semua orang langsung berkumpul di aula tempat lelang berlangsung setelah Nicho sudah datang.      

Seluruh karya terbaik Nicho dan beberapa pelukis terkenal lainnya sudah siap untuk di lelang.      

Julian duduk dengan tenang bersama Viona yang ada di sampingnya karena Bintang Kecil masih ingin melihat lukisan yang bagus, Julian pun memerintahkan Andi untuk menemaninya melihat lukisan itu.      

Tepat saat itu, Qiara tiba di aula lelang bersama Maxwell. Mereka berdua mengambil tempat duduk di tengah-tengah. Sedangkan Julian dan Viona beserta Nathan dan Natalie duduk di kursi paling depan sebelah kiri.      

"Terimakasih kepada semua tamu yang datang. Saya adalah CEO Rena Galery resmi membuka lelang ini! " Ucap Rena dengan senyum manisnya yang berdasarkan dibelakang podium degan pengeras suara yang jernih.      

Mereka semua langsung bertepuk tangan dengan meriah untuk sambutan yang disampaikan oleh Rena.      

Demian menyemangati Rena dari kursi duduknya agar Rena tidak takut dan percaya diri.      

"Sebelum acara lelang di mulai, saya ingin mengucapkan terimakasih banyak kepada semua orang yang sudah mendukung saya, Presiden Direktur berbagai perusahaan, Nicho dan para karyawan saya yang sudah bekerja keras. Yang terakhir kepada seseorang yang sangat penting dan spesial buat saya. Karena semangat dan dukungan darinya saya bisa berdiri di depan kalian semua. " Ucap Rena sambil menatap Demian dengan tatapan yang lembut dan penuh cinta.      

Demi hanya tersenyum membalas tatapan Rena karena sebenarnya dia merasa malu telah dianggap seperti itu oleh Rena.      

Ia bersyukur karena Rena tidak menyebut namanya sesuai dengan permintaannya.     

"Sepertinya kakak Rena sudah berubah. " Ucap Qiara dengan senyum yang merekah tersungging di bibir lembutnya yang tipis dan ke merah-mera han.      

"Apa kamu mengenal Rena? " Tanya Maxwell sambil melirik Qiara setelah mendengar yang Qiara katakan.     

"Aku adalah penggemarnya waktu aku SMA. Itulah sebabnya aku masuk fakultas seni." Jawab Qiara.     

Mendengar jawaban Qiara, Maxwell hanya tersenyum sambil memperhatikan Rena di atas panggung.      

'Gadis ini dulu sangat lembut dan imut, dia manja dan sangat polos. Hanya saja, kenyataan mengubah segalanya. Tapi, aku setuju dengan apa yang Qiara katakan. Rena yang sekarang jauh lebih baik dari Rena yang dulu.' Batin Maxwell sambil memberi senyum manisnya kepada Rena.      

Tepat saat itu, pandangan Rena tertuju pada Maxwell, seketika itu ia membalas senyuman lelaki tampan yang murah senyum dan sangat lembut saat bicara itu.      

'Maxwell, terimakasih sudah memenuhi janjimu untuk datang. Tapi, siapa wanita yang ada di sampingmu? 'Batin Rena sambil melihat wanita yang duduk di samping Max.      

Sayangnya, dia tidak bisa melihat wajahnya karena Qiara sedang menunduk saat itu karena sibuk dengan ponselnya.      

"Saya akan mempersilahkan pelukis hebat saya yang berasal dari Amerika, dia adalah Nicho." Lanjut Rena sambil menunjuk kearah Nicho.      

Seketika itu Nicho berdiri dengan aura yang luar biasa. Semua wartawan langsung menyoroti nya dengan sangat tajam agar semua sisi tubuhnya terlihat dengan sempurna.     

Nicho tersenyum sambil mengangkat tangan kanannya menyapa semua orang. Setelah itu ia duduk kembali.      

Setelah acara sambutan dari CEO, acara lelang pun di mulai.     

"Kenapa kamu suka Seni lukis? "      

Pertanyaan Maxwell sontak membuat Qiara yang tadinya fokus pada lukisan yang satu persatu di keluarkan untuk lelang itu langsung menoleh kearah Maxwell.      

"Bos tanya apa tadi? " Tanya Qiara yang kurang jelas mendengar pertanyaan Maxwell yang sebelumnya.      

"Aku bertanya padamu, kenapa kamu menyukai seni lukisan? " Maxwell dengan senang hati mengulang pertanyaannya.     

Dengan semangat Qiara menjawab pertanyaan itu.     

"Karena seni lukis itu adalah tentang bagaimana seseorang seniman mengekspresikan dirinya sendiri lewat kanvas dengan mengikuti aturan tertentu dari komposisi dan warna. Saya paling suka saat seorang seniman memajang lukisannya sendiri untuk menginterpretasikan lukisan dengan cara yang kita mau. Saya rasa itulah sebabnya awal mulai saya menyukai seni lukis karena saya menganggap kalau seni lukis itu sebagai sebuah cerminan. Tidak hanya itu, dari sebuah lukisan kita bisa tahu bagaimana kepribadian si pelukis."     

"Apa kamu pernah jatuh cinta pada lukisan mu sendiri? Walaupun mungkin orang lain mengatakan itu jelek?" Tanya Maxwell lagi yang berusaha mengenali Qiara dari cara bicara dan bagaimana ia menjelaskan tentang apa yang dia sukai.      

"Hal yang paling menarik bagi para pelukis itu adalah saat pembeli melihat lukisannya penuh makna dengan cara mereka menerjemahkan nya sendiri. Terkadang aku jatuh cinta dengan apa yang aku lukis, karena sering kali apa yang aku lukis menggambarkan apa yang aku pikirkan dan rasakan. Aku tidak perduli pendapat buruk orang lain, karena penikmat seni yang cerdas tahu betul bagaimana caranya menghargai sebuah karya, itulah sebabnya mereka siap menghabiskan puluhan juta untuk sebuah karya seni yang mereka anggap bagus dan penuh makna. " Qiara menjelaskan semua itu dengan tatapan yang berbinar dan senyum yang merekah.      

Maxwell benar-benar terpesona dengan ekspresi Qiara saat ia menjelaskan tentang apa yang dia sukai. Wajah yang berseri dan mata yang jernih.     

"Kamu penikmat lukisan, kenapa kamu tidak menjadi seorang pelukis saja? " Maxwell tidak ada habisnya bertanya pada Qiara saat semua orang lagi fokus pada lelang.      

"Bos, tidak semua pertanyaan harus saya jawab bukan? Jadi, biarkan saya menikmati lelang ini. " Kata Qiara yang mulai kesal dengan Maxwell yang begitu cerewet tanpa berhenti bertanya.      

"Baiklah, maafkan aku! " Kata Maxwell sambil kembali fokus kepada acara.      

"Aku akan membeli salah satu karya Nicho suatu hari nanti saat aku menjadi bintang besar!" Kata Qiara dengan penuh harap karena dia benar-benar menyukai teknik lukis yang digunakan oleh Nicho.      

"Aku akan membantumu untuk memilikinya, anggap saja itu hutang karena Nicho sangat jarang ikut lelang, Selain itu, Nicho hanya melukis untuk orang-orang tertentu. "     

Mendengar perkataan Maxwell, Qiara langsung memberikannya tatapan yang aneh.      

"Bos, anda tidak bisa sembarangan membeli sebuah lukisan. Karena saat anda membeli sebuah karya seni, anda membeli bagian dari jiwa seniman tersebut. Mereka sudah mendedikasikan hidup mereka demi seni. Dan begitulah adanya! Mereka semua datang dari latar belakang ekonomi, gaya hidup, dan pendidikan seni yang berbeda. Jadi, jika bos ingin membeli karya mereka, itu harus karena bos menyukainya bukan karena ingin membeli untuk orang lain tanpa menyukai sesuatu itu. " Ucap Qiara dengan sinis.      

Bagi Qiara, dunia lukis adalah dunia yang paling luar biasa dan tidak boleh dicela oleh siapapun apalagi tidak di hargai. Ia ingin orang lain menyukai suatu lukisan karena cinta sebagaimana dengan dirinya.     

"Aku tahu. Bahkan aku tahu betul ketika beberapa seniman rela meninggalkan rumah bahkan negara mereka hanya untuk meresapi dunia seni. Tidak jarang mereka menderita karena depresi namun menemukan kedamaian lewat seni lukis. "Maxwell menarik nafas terlebih dahulu sebelum melanjutkan perkataannya.     

"Ada juga beberapa orang yang rela berjuang untuk hal terpenting dalam hidup mereka dengan sebuah lukisan. Dan itulah makna karya seni yang sebenarnya. Seni bukanlah sekedar hiburan atau media pesan sosial. Tapi perasaan terdalam ketika menemukan kebahagiaan. Kadang, kehidupan mereka habis demi memberikan perasaan yang melampaui hasrat duniawi. Oleh karena itu, sudah sepantasnya mereka menerima bayaran yang mahal untuk merayakan kerja keras dan dedikasi mereka terhadap seni dan usaha konstan mereka untuk mengembangkan masyarakat melalui hasil karya mereka."     

Ucap Maxwell seperti orang yang sangat memahami seni.      

Qiara tertegun mendengar penjelasan Maxwell tentang seni. Dia sendiri merasa belum sampai kepada pemahaman seperti itu. Seketika itu Qiara mulai tertarik untuk berbicara dengan Maxwell lebih banyak lagi.      

"Bagaimana bos bisa tahu tentang seni? Apakah bos penikmat seni juga? " Tanya Qiara yang mulai merasa menemukan teman ngobrol yang cocok.      

"Aku punya teman yang sangat mencintai seni, bahkan dia rela mengorbankan hidupnya demi seni itu sendiri. Sehingga aku membayar mahal untuk karya terakhirnya sebelum dia memutuskan untuk berhenti melukis. " Jawab Maxwell dengan ekspresi yang sedikit aneh.      

"Apakah aku bisa bertemu dengan teman bos itu? " Tanya Qiara yang sudah tentu sangat ingin tahu pelukis yang membuat bosnya rela mengeluarkan uang banyak.      

"Tentu saja bisa. Aku akan membawamu ke sana." Jawab Maxwell.      

"Terimakasih bos!" Qiara merasa sangat senang karena dia akan bertemu salah seorang pelukis hebat lagi.      

Setelah itu, mereka berdua kembali fokus pada acara lelang. Kebetulan, lukisan terakhir yang akan di lelang adalah milik Nicho yang paling populer.     

"Ini adalah lukisan dari Nicho yang berjudul 'Penjaga Hati' dia membuatnya dua tahun yang lalu dan sangat terkenal pada masa itu, hanya ada lima dan yang tersisa hanya yang saya pegang ini. Lukisan setinggi 12 kaki dan panjang 14 kaki. Lukisan ini mengenai sekelompok perempuan Amerika yang sedang berdoa sambil meletakkan tangan di dadanya dengan ekspresi yang tulus. Salah seorang perempuan itu digambarkan sebagai seorang peri cantik. Lukisan Penjaga Hati ini, pernah ikut lelang dan berhasil terjual setelah hanya lima menit dilelang dengan harga 15 Miliayar. Menurut New York Times. Lukisan Nicho merupakan karya yang paling banyak dimintai para bangsawan!" Jelas MC acara lelang itu.      

"Teknik yang selalu di gunakan nicho adalah teknik Aquarelle yang merupakan sebuah teknik seni lukis dengan menggunakan bahan dasar berupa aquarelle atau cat air, sapuan warna yang digunakan berbentuk halus dan tipis, sehingga lukisan yang dihasilkan lebih bernuansa ringan dan transparan. Untuk menghasilkan sapuan halus, tipis, serta ringan, akan lebih efisien jika menggunakan cat yang agak encer.Aku suka teknik Nicho. " Ucap Qiara sambil memperhatikan lukisan yang akan segera di lelang itu.      

Maxwell tersenyum sambil melihat kemana arah pandang Qiara. Seketika itu ia mampu melihat betapa cintanya Qiara kepada dunia lukis sehingga matanya berbinar saat melihat lukisan yang indah itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.