Istri Kecil Tuan Ju

Syarat Untuk Menikah. (Cerita Sedikit Berubah)



Syarat Untuk Menikah. (Cerita Sedikit Berubah)

"Iya. " Julian duduk tanpa ekspresi.     

"Baguslah kalau begitu. Oh iya, apa kabar dengan Paman? Kenapa dia tidak terlihat ada di rumah ini? "     

"Papa masih melakukan perjalanan dinas di Amerika. Minggu depan Papa mungkin akan pulang. Kenapa kamu mencari Papa? "     

Julian menatap Viona dengan sinis.     

"Orang tuaku ingin bertemu Paman untuk membicarakan pernikahan kita."Jawab Viona dengan sedikit ragu karena Julian selalu mengalihkan pembicaraan setiap kali dia membahas tentang pernikahan.     

"Aku harus bekerja sebelum aku kembali ke kantor besok. Kamu boleh keluar sekarang! "     

Seperti tebakan Viona, Julian lagi-lagi mengabaikan pembahasan itu seperti sebelumnya.      

Kini Viona sudah muak dan terlalu lama menunggu karena usianya sudah tidak muda lagi untuk lebih sabar.     

"Julian, kenapa kamu begini lagi? Sudah lima tahun istrimu melarikan diri darimu. Tidak bisakah kamu memikirkan masa depan Zio yang membutuhkan sosok Ibu? " Tanya Viona dengan suara yang meninggi.      

"Bukankah aku sudah mengatakan padamu, kalau kamu harus bisa merebut hati Zio dulu, barulah aku akan menikah denganmu. "     

Julian sangat membenci apa yang Viona katakan karena saat itu pula hatinya sakit. Qiara yang melarikan diri dan hilang kontak. Ia tidak pernah tahu bagaimana dan bersama siapa Qiara di Eropa. Bahkan ia tidak tahu apakah Qiara masih di Eropa atau sudah kembali ke Negara nya.     

Viona menggigit bibir bawahnya saat dia tidak tahu harus bicara apa, karena sampai sekarang dia belum juga bisa merebut hati Zio yang masih dingin padanya     

Anak lelaki itu terlalu cerdas dan sunyi, ia tidak tahu bagaimana harus bicara dengan Zio, selain itu dia juga selalu gagal menenangkan Zio dan itu membuatnya frustasi.     

Viona keluar dari ruang kerja Julian dengan ekspresi sedih karena ia tidak tahan melihat Julian terus mengabaikannya.     

Julian tidak pernah menolak atau menyetujui rencana pernikahan mereka, akan tetapi para orang tua tidak bisa sabar untuk segera melihat mereka menikah.     

Julian tidak perduli dengan perasaan Viona sehingga ia tidak berniat untuk mengejarnya.     

~Keesokan Paginya~     

Viona datang lagi, karena ia masih ingin berusaha untuk mengambil hati Zio.     

"Tante, Zio dimana?" tanya Viona seraya memeluk Sarah dengan manja dari belakang.     

"Ada di kamar nya. Ah iya, mumpung ada kamu. Tolong ajak Zio makan. Aku akan menunggu kalian di meja makan! " Jawab Sarah sambil tersenyum.     

"Siap tante! "     

Viona yang super sibuk itu langsung pergi menuju kamar Zio dengan semangat. Demi Zio, ia rela meninggalkan pekerjaannya.     

Kamar Zio.     

"Selamat pagi Bintang Kecilku! Kamu lagi apa? " tanya Viona setelah berhasil masuk ke kamar Zio.     

Anak lelaki yang sunyi itu hanya meliriknya sebentar dari balik buku yang sedang ia baca.     

"Bintang Kecil? " panggil Viona lagi karena dia berfikir Zio mengabaikan nya.      

Merasa terganggu, Zio pun akhir nya mendongak menatap Viona dengan sinis seraya bertanya, "Kenapa tante menggangguku?"     

"Aku mau ajak kamu main. Ah iya, kenapa kamu sibuk dengan buku berat begini? lebih baik kamu belajar sesuatu yang lebih bermanfaat, bagaimana?"     

Kata Viona dengan harap-harap cemas karena dia takut Zio akan menolak nya.     

"Apa itu?"     

Viona langsung lega karena Zio mau menanggapi usul nya. Dia pun segera mengambil catur yang dia baru beli karena dia tahu kalau Zio sangat suka mate-matika atau permainan yang menantang.      

Zio mengangkat alisnya yang sebelah sambil memperhatikan catur yang dibawa oleh Viona.      

"Aku akan mengajarimu menjadi pemain catur yang hebat apa kamu mau?" Kata Viona yang memang sangat jago catur karena dia sering menemani sang Ayah main.      

Merasa tertarik, Zio pun mengangguk lalu memperhatikan penjelasan Viona.      

"Apa kamu mau coba? jangan takut salah tapi ya, nama nya juga baru belajar" ucap Viona seraya menyodorkan catur itu kepada Zio.      

Tanpa banyak tingkah, Zio pun langsung memperagakan apa yang Viona ajarkan.     

Tidak butuh waktu lama, Zio bisa menguasainya, seketika itu Viona merasa takjub dengan kecerdasan Zio yang begitu cepat belajar dan paham.     

"Kamu hebat." kata Viona seraya mengacungkan jempol nya.     

"Biasa saja." balas Zio tanpa emosi apapun lalu kembali membaca bukunya.      

Viona merasa hanya dia perempuan yang sabar mengahadapi dua lelaki yang hatinya seperti dinding es yang sulit dicairkan.      

Karena merasa bosan dengan Zio yang diam saja. Viona pun mengajaknya keluar dari kamar untuk sarapan.     

Untungnya Zio mau karena ia memang sedang lapar.     

"Ya ampun, cucu kesayangan nenek sudah tampan dan sangat menggemaskan. Apa kamu sudah selesai main dengan tante cantik?" tanya Sarah saat melihat Viona dan Zio berjalan bersamaan.      

Zio hanya mengangguk dan segera naik ke kursi nya untuk sarapan.     

Sarah hanya bisa menghela nafas melihat cucu satu-satunya itu mengabaikannya.     

"Oh iya tante, apakah tante melihat Julian? Kenapa dia tidak terlihat dari tadi?" Tanya Viona setelah duduk di samping Zio dan menyadari kalau Julian tidak ada.     

"Sebentar lagi keluar ... Ayo sarapan dulu!" Jawab Sarah.     

Viona pun mengangguk lalu melayani Zio makan. Sarah sangat senang melihat betapa perhatiannya Viona pada Zio, ia pun semakin yakin untuk menjadikan Viona ibu Zio.     

Beberapa Saat kemudian.     

Julian mengerutkan keningnya saat melihat Zio dekat dengan Viona.     

'Apakah aku harus menikah dengan Viona? Tapi, akankah semua baik-baik saja setelah menikah?'Batin Julian.     

"Papa ... " Anak lelaki yang lembut itu turun dari kursinya lalu berlari menghampiri Julian saat ia melihatnya.     

Julian langsung menangkap anak lelaki yang lembut dan tanpa itu, ia pun membawanya ke gendongannya.     

"Apakah kamu sudah selesai sarapan?" Tanya Julian.     

"Sudah, apakah sekarang kita akan berangkat ke kantor Papa?"      

Zio mengedipkan matanya beberapa kali menunggu jawaban dari ayahnya.     

"Iya."     

"Hore ... " Zio sangat senang karena ia akan melihat kantor Julian.      

Setelah itu Julian membawa Zio ke hadapan Sarah.     

"Mama, aku akan mengajak Zio ke kantor sekarang karena ia ingin ikut. " Kata Julian.     

"Tapi, kamu belum sarapan. Setidaknya makan dulu baru pergi." Sarah merasa tidak enak pada Viona yang baru datang.     

"Aku akan sarapan di kantor. Ya sudah, aku akan pergi sekarang." Julian pamit pada Ibunya dan melambaikan tangan pada Viona.     

Zio pun ikut memberikan salam kepada Sarah dan Viona sebelum ia pergi bersama Papa nya.     

"Tante, aku juga akan pergi karena ada rapat pagi ini." Viona pamit pada Sarah karena ia merasa tidak ada gunanya dia berlama-lama di rumah itu karena Julian dan Zio tidak ada.     

"Apakah aku boleh ikut dengan mu?" Tanya Viona setelah ia berhasil mengejar Julian.     

Untuk sesaat Julian terdiam. Setelah itu ia bertanya, "Dimana mobil mu?"      

"Aku menggunakan taxi sehingga mobilku ada di rumah." Jawab Viona dengan ragu.     

"Masuklah!"      

Viona sangat senang karena Julian mau memberinya tumpangan. Mereka bertiga duduk di belakang dengan Zio yang menjadi penghalang diantara mereka.     

Semua pelayan takjub melihat Julian dan Viona yang terlihat seperti pasangan yang sempurna.     

Sementara itu, Qiara sedang berdiri menunggu bus di halte. Karena hari ini ia ingin mencari pekerjaan lain sambil menunggu pengumuman dari YM Entertainment.     

Tepat saat itu, ia tidak sengaja melihat Julian berada di dalam mobil bersama Viona.     

Ia pikir hanya mereka berdua yang ada di dalam mobil karena ia tidak bisa melihat Zio yang sedang bersandar sambil membaca buku itu.     

Seketika itu hati Qiara terasa ditikam pisau yang tajam. Nafasnya memburu sehingga ia terjatuh di bangku halte itu.     

'Kenapa dengan perasaanku? Sudah lima tahun berlalu, aku masih merasakan sakit melihat dia bersama wanita lain? Aku tidak mungkin mencintainya, dia adalah kesalahan yang ingin aku lupakan. 'Batin Qiara.     

Sesaat kemudian. Qiara segera naik bis setelah ia mengendalikan perasaannya. Sepanjang perjalanan, Qiara menyesali kenapa ia harus kembali ke kota A. Tapi, ia sudah tidak mungkin kembali ke kota B dengan tangan kosong.     

Seminggu Kemudian.     

Pagi itu Qiara menerima telpon dari YM Entertainment disaat ia merasa putus asa karena tidak kunjung mendapatkan pekerjaan.     

"Nona, anda terpilih sebagai pemeran kedua untuk drama 'Langit' Silahkan datang ke kantor sekarang juga. Karena Pak Kevin tidak suka orang yang terlambat."      

Mendengar pemberitahuan itu dari seberang telpon, Qiara tidak bisa menahan tawanya.      

"Terimakasih! Saya akan datang tepat waktu! "      

Setelah bicara dengan orang diseberang telpon. Qiara pun langsung bersiap dengan menggunakan gaun berkerah berwarna kuning keemasan. Kulitnya tampak berkilau menggunakan gaun itu.      

Tidak lama kemudian, Qiara berlari menuju jalan raya menunggu taxi.      

Masih ada satu jam lagi untuk dia agar bisa sampai YM Entertainment. Akan tetapi dia ingin sampai lebih awal ditempat itu sebagai bentuk profesionalnya.      

'Aku bukan Qiara yang dulu, Mama memintaku untuk hidup lebih baik, dia membenci ketika aku main game. Oleh karena itu, aku menghibur mimpiku menjadi gamer terkenal. Hari ini, kisah baru akan dimulai. Akhirnya aku diterima. Ma, lihatlah Qiara sudah dewasa dan hidup dengan baik walau sendirian. 'Batin Qiara dengan tatapan yang berkaca-kaca.     

Sesaat kemudian.     

Qiara masuk ke dalam taxi yang sudah ia pesan.     

Di tengah jalan Qiara tidak sengaja melihat sekelompok lelaki bertopeng sedang mencegat sebuah mobil mewah di jalan yang sepi itu.     

'Ya ampun, hari begini masih saja ada sampah seperti mereka. 'Batin Qiara seraya menggelengkan kepalanya.      

"Nona, anggap saja tidak melihat apapun. Disini memang sangat rawan perampokan. "Kata sopir taxi nya ketika melihat reaksi Qiara.      

"Saya juga tidak mau ikut campur karena saya punya urusan yang lebih penting sekarang. "Jawab Qiara tanpa ekspresi.     

Sopir taxi itupun hanya mengangguk karena dia juga tidak mau cari masalah.      

Tepat saat mereka melewati mobil itu. Qiara tidak sengaja melihat dari kaca sepion kalau orang yang mereka rampok adalah anak kecil dan seorang wanita yang kemungkinan adalah pengasuhnya.     

'Brengsek, yang mereka rampok adalah anak kecil dan seorang wanita paruh baya. Aku tidak bisa tinggal diam. Masih ada waktu 50 menit lagi untuk sampai.'Batin Qiara seraya mengepal tinjunya.      

"Berhenti pak! "     

"Ada apa Nona? "Tanya supir taxi itu seraya melirik Qiara dari kaca sepion depan.      

"Aku ada urusan. Jadi, cepat berhenti! "Jawab Qiara dengan ketus.      

Sang supir taxi pun langsung berhenti.      

Tidak lama kemudian, Qiara keluar dari taxi lalu berjalan menghampiri mobil yang tidak begitu jauh dari tempatnya berhenti. Seketika itu, sang sopir taxi khawatir pada Qiara.     

"Arggg .. " Teriak wanita itu ketika melihat sopirnya sudah terkapar di jalan. Ia memeluk anak kecil itu dengan erat karena ia tidak ingin anak itu terluka.     

Sayangnya, mereka semua berhasil merebut anak kecil itu dengan paksa dari pengasuhnya.     

0

"Lepasin aku ...!" Teriak anak kecil itu sambil meronta-ronta.     

"Katakan pada tuan mu agar menyiapkan uang 10 milyar untuk menebus putranya. "kata lelaki yang memiliki tubuh besar itu kepada pengasuh anak itu.     

"Iya ... " Jawan pengasuh itu dengan gemetaran.      

Mereka pun langsung pergi membawa anak kecil itu menuju mobil mereka.      

"Lepaskan dia atau aku akan membuat kalian menyesal. "     

Mendengar suara itu, mereka semua langsung menoleh.      

Mereka mengerutkan keningnya saat melihat gadis cantik dengan gaun kuning keemasan serta menggunakan hak tinggi itu.     

Mereka memperhatikan bibir merah dan lembut milik Qiara dengan ekspresi nakal.      

Qiara berdiri tenang seperti bidadari yang baru turun dari langit. Auranya mampu menyihir para penjahat itu karena ia memancarkan godaan dan kekejaman. Hawa buas darinya sangat terlihat jelas namun dia terlihat polos dan murni.      

"Siapa kamu gadis manis? "setelah sang ketua berbicara, baru semua anak buahnya tersadar dari sihir Qiara.      

"Malaikat maut! "Jawab Qiara dengan dingin.      

Sang ketua melirik anak buahnya dengan senyum yang menggelikan lalu berkata lagi pada Qiara,"Apa kamu bercanda?"     

"Lepasin anak lelaki tampan itu, maka aku akan menjadi bidadari bukan malaikat maut. " Ucap Qiara sambil melihat anak kecil yang memiliki tatapan tajam seolah tidak memiliki rasa takut itu.     

Sayangnya, mereka tidak mengindahkan apa yang Qiara katakan. Mereka malah menggores tangan anak kecil itu dengan pisau hingga berdarah.      

"Arrrggg ... "     

Teriakan ank kecil itu begitu memilukan ditelinga Qiara. Entah kenapa Hati nya terasa sakit melihat luka dan darah itu seakan itu adalah tangannya.      

"Brengsek, kalian yang memintanya bukan aku! Rasakan ini! "Teriak Qiara seraya berlari menghampiri mereka.      

Seketika itu mereka tertawa karena menganggap remeh Qiara. Sampai pipi mereka terkena tendangan berputar yang sangat keras, mereka langsung tersungkur dengan jeritan yang tidak kalah memilukan nya karena Qiara melakukannya berulang kali.      

"Dasar gadis sialan! "     

Lelaki yang memegang si anak kecil menjadi geram lalu menjatuhkan anak kecil itu hingga lututnya mengenai aspal lalu terluka.      

Seketika itu terjadilah perkelahian sengit diantara Qiara dan beberapa lelaki yang terlihat sangat mengerikan itu.      

Walaupun hanya menggunakan gaun dan hak tinggi tapi tidak membuat Qiara kesulitan untuk bergerak.      

"Arggg ... " Qiara membekuk tangan salah seorang diantara mereka lalu mengambil pisau yang digunakan untuk menyerangnya.      

Pisau itu langsung Qiara arahkan ke leher ketua mereka.     

Sedangkan yang lain sudah terkapar di aspal dengan luka lebam di sekujur tubuh mereka.      

Selagi menyandra ketua mereka, Qiara langsung menelpon polisi.     

Setelah itu Qiara mengikat kaki mereka dengan tali sepatu yang mereka kenakan.      

"Kalian tunggulah disini, polisi akan menjemput kalian!"Kata Qiara seraya menepuk-nepuk tangannya.      

"Gadis sialan, lepasin kami atau kamu akan berurusan dengan bos kami."Teriak salah satu diantara mereka dengan tatapan yang mengerikan.      

"Katakan kepada bos mu untuk menemukanku! "     

Setelah mengatakan itu, Qiara langsung menghampiri anak kecil itu yang sudah ditemani oleh pengasuhnya.     

"Apa kamu baik-baik saja? "Tanya Qiara kepadanya.      

Anak kecil itu langsung mendongak menatap Qiara dengan tatapan yang aneh, seketika itu Qiara merasa hatinya semakin sakit melihat tatapan itu.     

"Nona, tuan kecil terluka di bagian lutut dan tangannya. Bisakah nona membawa kami ke rumah sakit? Karena saya takut akan dicegat di jalan lagi. Sopir tuan kecil juga masih pingsan. "     

Kata pengasuh itu sambil memohon pada Qiara.     

Karena tidak tega, Qiara pun mengangguk.     

"Ayo ikut aku! "      

Anak kecil itu tidak mau di gendong oleh pengasuhnya, ia malah menarik ujung gaun Qiara dengan mata yang berkaca-kaca.      

Seketika itu sang pengasuh merasa heran dengan sikap tuan kecilnya yang tertutup dan sangat suka mengamuk itu malah terlihat ingin dekat dengan orang asing.      

Terjadi keheningan saat Qiara memikirkan untuk menggendong anak lelaki itu karena pakaiannya bisa kena darah. Tapi, dia tidak tega melihat tatapannya.      

"Apa kamu mau kakak gendong? "Tanya Qiara dengan suara lembut.      

Anak kecil itu mengangguk. Qiara pun langsung membawa si kecil ke gendongannya sambil tersenyum lalu membawanya masuk ke taxi.     

Ditengah perjalanan, anak kecil itu terus menempel dengan tenang di pelukan Qiara. Rasa sakit yang dia rasakan sepertinya tidak terasa lagi.      

Pengasuhnya semakin bingung dengan interaksi anak kecil itu yang tampak manja dan tenang dalam pelukan Qiara.      

"Ada apa kamu melirikku begitu? Apa ada yang salah denganku? " Tanya Qiara dengan curiga.     

"Anda adalah wanita pertama yang saya lihat bisa menggendong tuan kecil dengan tenang. Sebab, dia hanya akan tenang jika Papa nya yang gendongnya. "     

Qiara terdiam mendengar cerita pengasuh itu. Ia pun menatap anak kecil itu degan tatapan yang rumit.      

Bola mata yang seperti kristal itu mendongak melihatnya tanpa mengatakan apapun.     

"Bagaimana dengan Mama nya? " Tanya Qiara yang mulai penasaran.     

"Kami dilarang menanyakan soal Mama tuan kecil. Yang kami tahu, kalau tuan kecil tidak memiliki Mama. "     

Qiara lagi-lagi terdiam sambil mengerutkan keningnya mendengar cerita sang pengasuh itu.     

'Apakah putraku akan sebesar ini? Apakah dia akan selucu ini juga? 'Batin Qiara yang mendadak mengingat putra yang sudah dia serahkan lima tahun yang lalu.      

"Pak, jalannya lebih cepat lagi karena saya tidak punya waktu banyak. "     

Qiara menjadi panik ketika menyadari kalau jarum jam sudah bergeser jauh. Dia takut tidak akan bisa mengikuti tes wawancara setelah ia lolos di audisi pertama.      

"Baik! "     

Untungnya, rumah sakit universitas idak jauh dari YM Entertainment.     

Tidak butuh waktu lama, mereka akhirnya sampai di rumah sakit. Qiara pun segera membawa anak kecil itu masuk ke UGD.      

"Tolong periksa dia! "     

Qiara menjadi panik karena anak kecil itu mulai memejamkan matanya seperti orang yang lagi sekarat.      

"Anda bisa tunggu diluar! "      

Dokter pun langsung membawa anak itu masuk, namun mereka terhalang oleh tangan kecilnya yang tidak mau melepaskan gaun Qiara.      

"Sebaiknya anda ikut masuk! Karena sepertinya dia ketakutan. "     

Qiara sempat ragu, tapi dia tetap mengikuti saran dokter demi anak kecil itu.      

Sedangkan pengasuhnya duduk di kursi tunggu rumah sakit itu.      

Tepat saat itu, ia baru ingat kalau ia harus memberitahu tuannya agar tidak di marahi.      

"Halo tuan! Saya pengasuh yang tuan kecil."     

"Ada apa? "     

Suara Julian begitu dingin menjawab panggilan pengasuh itu karena dia sedang sibuk.      

"Tuan, maafkan kelalaian saya! "     

Pengasuh itu ketakutan dan gemetaran sambil meneteskan air mata karena dia tahu kalau tuan kecilnya adalah harta paling berharga bagi keluarga besar Julian.      

"Ada apa? Katakan dengan jelas. "     

Julian mulai berfikir buruk dan kehilangan ketenangan sebab pikirannya mulai tertuju pada putranya.      

"Tadi pagi tuan kecil ingin bertemu anda, Nyonya besar pun meminta saya untuk mengantar tuan kecil ke kantor karena dia tidak mau diam. Tapi, dijalan kami dicegat oleh perampok. Tuan kecil terluka dan ada di rumah sakit sekarang!"     

Tatapan Julian langsung menyala, jantungnya terasa berhenti seketika saat mendengar kalau putranya terluka. Itu sebuah kehancuran baginya.     

"Katakan dimana rumah sakitnya!"teriak Julian dengan nada yang menakutkan.      

"Rumah sakit Universitas Alexia "     

Tanpa mengatakan apapun, Julian menutup telponnya dan langsung meluncur dari kantornya dan melupakan kalau dia sedang rapat bersama orang-orang penting di JJ Grup.     

Mereka semua kebingungan karena ditinggal tanpa penjelasan. Walaupun begitu, mereka tidak berani bertanya atau menghentikan Julian.     

Rumah Sakit Alexia.     

Sementara itu, Qiara akhirnya bisa bernafas lega setelah anak kecil di pelukannya itu tertidur.      

Ia pun segera pergi dari rumah sakit setelah menitip anak kecil itu kepada pengasuhnya karena dia hampir terlambat.     

Akan tetapi, ia berharap bisa bertemu anak kecil itu dilain waktu untuk menanyakan siapa namanya.     

Walaupun sudah berusaha sampai di gedung audisi dengan lari gila-gilaan setelah keluar dari taksi. Qiara masih saja terlambat dan itu membuatnya kesal.      

Tepat saat ia melewati pintu masuk, ia melihat Helena yang lima tahun lalu dia tau kalau Helena adalah anak dari Papa nya.     

Selama ini, Papa nya berbohong kalau dia hanya mencintai Mama nya. Ia diam-diam menikah dengan wanita lain dan melahirkan putri yang seumuran dengannya.     

Helena berjalan keluar diikuti oleh managernya dengan gembira bersama orang-orang yang membawakan bunga sebagai ucapan selamat karena sudah menjadi artis terbaik tahun ini.     

Dari kejauhan, Helena melihatnya dengan tatapan yang merendahkan sekaligus kaget karena ini pertemuan pertamanya dengan Qiara setelah lima tahun.     

'Bukankah itu Qiara?'Batin Helena sambil menatap Qiara dengan tatapan yang tajam.     

Sementara itu Qiara segera melarikan diri sebelum Helena mengenalinya karena ia tidak ingin membuat masalah dengan Helena di hari penting ini.     

Helena pun segera masuk ke mobil setelah melihat Qiara masuk ke dalan gedung.     

Sementara itu Qiara berlari kencang menuju ruang audisi, karena ia memang sudah sangat terlambat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.