Istri Kecil Tuan Ju

Mengulur Waktu



Mengulur Waktu

0Julian hanya pasrah di dorong-dorong seperti itu sama Qiara. Ia tau kalau istri kecilnya itu sangat sensitif bila tidak dituruti maunya. Demi istri dan bayinya, Julian siap melakukan apa saja untuk memastikan mereka aman dan bahagia.     

"Baiklah sayang aku akan segera mandi!" kata Julian sambil memasuki kamar mandi dengan senyumnya yang khas.      

Tidak lama kemudian, Julian selesai mandi dan mengenakan piayamanya.      

Setelah itu, dia merangkak naik ke ranjang menyusul Qiara yang sudah berbaring duluan.      

"Sayang, apa kamu sudah tidur? "Tanya Julian seraya mengintip Qiara yang berbaring kesamping kiri.      

Mendengar pertanyaan Julian, Qiara hanya diam karena dia masih bingung dengan dirinya yang hamil atau tidak.      

"Baiklah, selamat tidur! "Kata Julian pada akhirnya sambil merebahkan tubuhnya walaupun dia tau kalau Qiara belum tidur.      

Beberapa menit kemudian, Qiara sudah tidak tahan dengan semua pertanyaan dan rasa penasaran dalam hatinya.      

"Julian? "     

Qiara berablik melihat Julian yang sudah memejamkan mata dan tidur dengan tenang tanpa menggunakan baju piayama. Seketika itu, Qiara mencubit pipi Julian.      

"Umm ... "      

"Kamu sudah tidur? " tanya Qiara setelah mendapat respon dari Julian.      

"Aku fikir kamu yanh sudah tidur duluan. "Tanya Julian seraya membuka matanya lalu mengubah posisi tidurnya agar menghadap Qiara.      

"Belum. Fikiranku sedang tidak karuan. "Jawab Qiara dengan ekspresi sedih.      

"Apa karena gosip yang menyebar di kampus? "Tanya Julian yang mencoba menebak.      

"Aku sih tidak perduli dengan itu karena aku sudah terbiasa. Tapi, ada hal lain yang mengganggu fikiranku."Kata Qiara lagi.      

Mendengar perkataan Qiara. Julian menarik nya agar lebih dekat sehingga ia bisa memeluknya untuk menenangkan perasaannya.      

"Sekarang ceritakan padaku apa yang mengganggu fikiranmu! "Kata Julian setelah Qiara berada dipelukannya sambil menguap karena dia memang sangat mengantuk sebab hari ini dia pulang lebih telat dari biasanya karena ada klien penting yang harus dia temui.      

"Apakah kamu mau jujur jika aku tanya? "     

"Tentu. Katakanlah! "Sahut Julian tanpa curiga apa yang ingin Qiara tanyakan.      

"Kemarin aku sakit apa? "tanya Qiara dengan ekspresi penasaran.      

Julian terdiam mendengar apa yang ditanyakan oleh Qiara. Jantungnya berdetak tidak karuan karena dia sudah berjanji untuk jujur.      

"Kenapa kamu diam? Apakah penyakitku sangat berbahaya? "Tanya Qiara dengan mulut yang bergetar.      

"Kamu hanya kelelahan dan telat makan, itulah sebabnya kamu sakit. Memangnya kamu mikir apa sayang? "Kata Julian yang mencoba menyembunyikan kebenarannya.      

"Aku baru ingat kalau aku sudah telat dua bulan. Kata buku yang aku baca di web, orang yang tidak datang bulan selama beberapa bulan itu pertanda dia hamil. Apa mungkin aku hamil? "Tanya Qiara lagi.      

Julian tersentak kaget mendengar pertanyaan Qiara. Dari ekspresi wajah Qiara, Julian mencium aroma kemurkaan yang dahsyat. Jika dia bilang iya, itu artinya dia akan membuat malamnya akan terasa sangat panjang jika dia mengingat tabiat Qiara.      

"Sayang, bisakah kita bahas ini besok? Karena aku sangat mengantuk. Tapi, kamu tenang saja karena aku akan memberikan hasil cek kesehatanmu besok agar kamu tau. "Kata Julian dengan harap-harap cemas.      

Mendengar perkataan Julian, Qiara terdiam sesaat. Tidak lama setelah itu, ia berfikir kalau apa yang Julian katakan itu ada benarnya, ekspresi nya pun melunak.      

"Baiklah, aku akan tagih janjimu besok. "     

Mendengar jawaban Qiara, Julian merasa lega karena istrinya tidak keras kepala kali ini.      

"Tentu. Sekarang tidurlah karena aku akan memelukmu seperti yang kamu mau. "Kata Julian seraya mengeratkan pelukannya tanpa membuat Qiara merasa sesak.      

Qiara pun langsung tersenyum dan memeluk Julian balik, karena dia hanya akan tidur dengan nyenyak saat berada dalam pelukan Julian.      

Diwaktu yang sama, Rena mondar mandir di kamarnya menunggu balasan pesannya atau telpon balik dari Qiano.      

Untungnya, keponakannya sudah tertidur di kamar yang lain bersama pelayan karena sang kakak tidak juga menjemput anaknya. Hal itu membuat Rena murka karena dia tidak begitu suka anak kecil.      

Tepat saat itu suara telponnya berbunyi, Rena pun segera mengangkatnya tanpa melihat ID pemanggil.      

"Hallo! "     

Suara berat dan mengerikan itu membuat Rena terdiam karena suara itu sudah jelas bukan suara orang yang dia tunggu.      

"Siapa ini? "Tanya Rena dengan gemetaran.      

"Sayang, apakah kamu sudah lupa siapa aku? "sahut orang diseberang telpon dengan nada suara yang lembut.      

Suara yang kedua kali ini terdengar cukup jelas, seketika itu mata Rena berkaca-kaca karena dia sangat mengenal suara itu.      

Suara yang sudah tiga tahun tidak dia dengar sekalipun, tapi kini suara itu seakan menusuk tulang belulangnya.     

Tanpa mengatkan apapun lagi, Rena menutup ponselnya lalu berlari dan bersembunyi dibalik selimut dengan tubuh yang keringatan dan gemetaran     

"Tidak mungkin, dia bukan orang itu. Aku hanya berhalusinasi. Ini bohong, dan tidak mungkin dia kembali lagi. Dia sudah mati. "Teriak Rena dengan frustasi.      

Setelah berteriak, Rena pun mengambil obat tidur di lacinya, dengan segera ia meminum tiga butir obat tidur lalu mendorongnya dengan air putih.      

Setelah itu, dia kembali masuk kedalam selimutnya. Tidak lama kemudian, diapun jatuh dalam tidur yang nyenyak, seketika itu ia masuk kedalam mimpi yang memperlihatkan masa lalunya yang indah sekaligus mengerikan.      

Diwaktu yang sama juga, kelopak mata Qiano yang sudah terpejam nampak bergetar dan keringat dingin membasahi keningnya, seakan ia sedang mengalami mimpi yang nengerikan seperti Rena.      

~Mimpi Rena~     

Pagi yang cerah bersamaan dengan bunga-bunga yang bermekaran turut serta menyambut hangatnya mentari pagi di rumah mewah Rena.      

Rena si gadis manis yang menggemaskan itu sedang berputar-putar di depan cermin sambil tersenyum dengan lebar, rambutnya yang pendek lurus dan hitam tergerai yang hanya dihiasi dengan jepitan bunga di bagian kanan rambutnya terlihat lucu dan menambah kesan betapa manis dan imutnya dia.      

Wajahnya mudah diingat dan mampu menghadirkan musim semi dimanapun ia berada.      

Rena juga dikenal ceria dan memiliki banyak teman, selain di idolakan karena menjadi putri bungsu yang disayangi karena prestasi dalam bidang melukis, selain itu dia putri dari salah satu orang kaya di Indonesia. Dia juga dikenal sosok menyenangkan sehingga kakaknya yang bernama Rilla sangat membencinya karena merasa Ayahnya sudah pilih kasih.     

'Akhirnya, aku bisa kembali ke sekolah. Kecelakaan yang menimpaku waktu itu sudah membuatku teroma. Aku berharap akan mengalami hari yang lebih baik lagi bersama Virsen kekasihku yang juga tinggal disini selama setahun. Ahhh ... Aku tidak sabar' Batin Rena sambil tersenyum geli.      

"Rena, ayo berangkat sayang! " suara lembut lelaki tua kesayanganya terdengar dibalik pintu kamarnya.      

"Aku datang Papa... " teriak Rena dengan penuh semangat sembari berlari menuju pintu.      

Tepat saat pintu terbuka, Rena langsung di sambut oleh senyum lebar lelaki kesayanganya itu.      

"Apa kamu sudah siap untuk ke sekolah? kepalamu sudah tidak sakit lagi kan? atau kamu punya keluhan apa selain itu?" pertanyaan demi pertanyaan terlontar begitu derasnya dari mulut lelaki tua kesayanganya itu, terlihat jelas dari raut wajahnya kecemasan dan kehawatiran yang mendalam pada putri kesayangannya itu.      

Maklum, Rena adalah anak bungsunya yang sangat dia manjakan dan di jaga dengan baik setelah kematian istrinya yang menghilang bersama jasadnya itu.      

Rena sendiri memiliki seorang kekasih yang sangat populer di salah satu SMA elit di Amerika, dia bernama Virsen keturunan Indo-Amerika yang dikenal tampan dan karismatik, selain itu dia berasal dari keluarga kaya raya yang perusahaan ayahnya sukses di Indonesia dan Amerika. Selain itu, Virsen adalah cucu tertua mafia paling terkenal di Amerika.      

"Papa, Rena sudah sangat sehat dan siap untuk berjuang dengan semua pelajaranku. Papa tidak perlu khawatir! "kata Rena seraya menggandeng lengan Ayahnya dan menariknya ke meja makan untuk sarapan bersama.      

"Bagus kalau begitu. " sebagai seorang Ayah tunggal dan pemimpin perusahaan besar, Ayah Rena merasa sangat gembira melihat putri manisnya terlihat ceria dan aktif lagi seperti sedia kala. Demi putrinya itu, dia rela menukar apapun dan melakukan segalanya.      

Sepasang ayah dan anak itu, tampak menikmati sarapan dengan lahap, setelah itu mereka berangkat bersama-sama ke tujuan mereka masing-masing sedang Rilla memilih tinggak di Indonesia karena dia tidak ingin melihat sikap sang Papa yang hanya memanjakan adiknya.      

Karena khawatir, sang Papa tidak membiarkan Rena menyetir sendiri lagi setelah kecelakaan yang dia alami sebulan lalu. Rena pun tidak menentang keinginan Ayahnya dan patuh untuk berangkat ke kampus bersama supir yang sudah disiapkan untuknya.      

»SMA Elit Rudolf«     

Di salah satu SMA Elit yang berada di pusat kota itu, terlihat sebuah mobil mobil mewah berwarna hitam memasuki pintu gerbang sekolah yang bangunanya terlihat mewah tapi tetap klasik dengan konsep design bergaya klasik itu.      

Mobil itu mengambil parkir di sudut paling kanan, tepatnya di tengah-tengah antara mobil-mobil mewah seperti Volvo, BMW, Lamborghini, Mercedes Benz dan mobil mewah lainnya yang terparkir di sana.     

Semua siswa yang masih berada di halaman kampus depan langsung memusatkan perhatianya pada mobil mewah yang sangat mereka kenal itu.      

"Bukanya itu mobil Rena? apakah dia sudah sehat? " tanya Anna dengan ekspresi histeris, dia adalah salah seorang teman baiknya yang bawelnya minta ampun.      

"Itu memang Rena. Kalau begitu aku harus menyiapkan ponselku untuk membuat Vlog tentang kembalinya teman terbaik kita!" sahut Edward si heboh yang bermata empat dan selalu mengikuti kemanapun Anna pergi secara sejak kecil mereka sudah berteman, tapi Anna selalu merasa risih dengan kenarsisan bloger kayak Edward yang terlihat aneh tapi ketidak beradaannya selalu dicari oleh Anna.     

Merasa kesal dengan tingkah Edward, mengambil ponselnya dengan kasar.      

"Anna, kenapa kamu merebut ponselku? aku harus merekam agar subcriber ku bisa bertambah. "keluh Edwars dengan ekspresi memelas sambil menaikkan kaca matanya beberapa kali yang hampir merosot kehidungnya.      

"Ponselmu aku sita, karena teman baikku bukan orang yang bisa kamu abadikan dalam ponselmu, jika kamu tidak mau punya masalah sama Virsen, sebaiknya kamu urungkan niatmu!" jelas Anna seraya memasukkan ponsel Edward ke tasnya sambil tersenyum jahat.      

Mendengar nama Virsen, Edward langsung menciut dan manyun, dia pun tidak punya pilihan selain patuh pada Anna dan mengikutinya menghampiri Rena yang baru saja keluar dari mobil mewahnya.      

"Rena ... Selamat datang kembali ke kampus tercinta kita ini! Akhirnya kamu masuk juga, aku kangen tau." ucap Anna sembari memeluk dengan hangat dan manja.      

"Aku juga ..." kata Edward sembari merentangkan kedua tanganya hendak ikut memeluk Rena.      

Tapi, niatnya langsung berhenti ketika dia mendapat tatapan tajam dari Anna.      

"Berani kamu maju selangkah saja, aku akan permak wajahmu yang sudah hancur itu menjadi adonan makanan anjing, apa kamu mau hah?" teriak Anna tepat di depan wajah Edward.      

"Aku tidak akan melakukanya Anna. " sahut Edward seraya menunduk karena merasa menciut dengan gertakan Anna.      

Melihat ulah kekanakan dua teman baiknya itu, membuat Rena terkekeh.     

"Ha ha ha ... Bagimana aku tidak rindu kampus jika kalian selalu membuatku tertawa dan bahagia seperti ini. Anna, aku juga merindukanmu. " ucap Rena sembari melepas pelukan Anna dan memberikan senyum pada Edward.      

"Aku memang ngangenin sih orangnya. Hehe"kata Edward dengan pede nya sambil tersenyum malu kearah Rena.      

Mendengar perkataan Edward, Rena merasa mau muntah.      

"Sudah jangan berantem lagi, lebih baik kita masuk kelas saja!" ajak Rena sembari menggandeng tangan Anna dan Edward.      

Namun, sebelum Edward dan Anna menjawab, terdengar suara histeris dari para mahasiswi, sekita itu, Rena dan dua temannya kaget lalu menoleh ke arah tiga mobil mewah yang baru saja parkir.      

Tidak lama kemudian, pengemudi tiga mobil itu keluar bersamaan dan menyilaukan bagi yang melihat aura ketampanan mereka.     

"Ahhh ... Itu Star Hits... Wahhh mereka semakin hari semakin tampan saja"      

"Iya, coba lihat Virsen! dia semakin mempesona, sayangnya dia milik Rena si gadis manja yang sok imut itu"     

"Pelankan suaramu! Jika Virsen dengar, bisa bermasalah kamu. Apa kamu tidak ingat, kalau dia adalah cucu mafia paling berpengaruh di Amarika dan dia juga pernah ngeluarin dua orang dari kampus ini gara-gara menyenggol Rena sampai jatuh"     

"Ah iya, aku lupa. " ucap siswi itu dengan perasaan menyesal dan takut.      

Telinga Anna mulai panas mendengar bisik-bisik beberapa temannya itu, rasanya dia ingin menyobek mulut mereka, tapi Rena mencoba menahan Anna karena dia tidak menyukai keributan. Untung saja, Virsen tidak mendengarnya.     

Setelah Rena dan dua temannya menoleh kearah sumber sumber suara, mereka langsung memusatkan pandangan mereka kearah tiga lelaki tampan pujaan satu kampus itu yang terlihat berjalan kearah mereka.      

Untuk kesekian kalinya, Rena merasa terpesona ketika melihat seorang Virsen berambut spike berwarna pirang, berjalan kearahnya seperti kemarin. Aura dingin yang khas dengan sosok blasteran seperti Virsen mampu meluluh lantahkan hati seorang gadis polos kekanakan seperti Rena.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.