Istri Kecil Tuan Ju

Ingatan Masa Lalu.(Cerita Sedikit Berubah)



Ingatan Masa Lalu.(Cerita Sedikit Berubah)

0Setelah lama berfikir, Qiara pun langsung memiliki ide untuk menelpon nomer itu untuk melakukan negosiasi untuk keamanan anak dan suaminya.      

"Halo? "Sapa orang di seberang telpon lebih dulu setelah menggeser icon berwarna hijau di ponselnya.     

"Aku adalah istri Julian, apa kita bisa bicara? "Tanya Qiara secara langsung tanpa basa basi.      

"Halo Ny. Ju, senang berkenalan dengan anda. Apa ada yang bisa saya bantu? " Sahut Virsen dengan suara yang mengerikan ditelinga Qiara.     

"Siapa kamu, dan ada urusan apa kamu sama suamiku dan Rena? "tanya Qiara dengan tegas.      

"Aku adalah adik sepupu dari Viona. Suamimu bukanlah lelaki yang sebaik kamu lihat. Tanyakan padanya, apa yang sudah dia lakukan bersama kekasihku Rena, dia merebut Rena dariku dengan mencoba membunuhku." Kata Virsen.     

"Suamiku bukan lelaki yang seperti itu, dia adalah malaikat yang murni hatinya. Jangan mengarang kamu. Kalau kamu berani, kamu temui aku! "Kata Qiara.      

"Aku adalah Virsen Adamson. Aku cucu dari Mafia terkenal di Amerika. Rasanya, lalat kecil sepertimu harus lebih berbati-hati saat menantang orang lain. Ucapkan selamat tinggal pada suamimu, karena aku akan datang untuk membunuh dan menghancurkan hidupnya. " Kata Virsen dengan suara yang mengerikan.      

"Jangan sentuh suamiku. Bunuh saja aku jika kamu mau balas dendam."Kata Qiara dengan berani.      

"Hahaha... Aku tidak suka menyakiti wanita. Begini saja, aku akan pastikan tidak akan mengganggu hidup suamimu, asalkan kamu mau meninggalkan dia. Bagaimana? "Tanya Virsen yang mencoba memberi jalan keluar pada Qiara.      

Sebenarnya, Virsen tidak memiliki niat untuk menyakiti Julian karena kakak sepupunya sudah mengancamnya. Akan tetapi, dia ingin membantu kakak nya agar cinta bersambut.      

Air mata Qiara menetes semakin kencang karena ia baru saja merasakan cinta untuk Julian terlebih ada anak diantara mereka.      

Keinginannya membatalkan perjanjiannya dengan Julian, musnah begitu saja karena dia harus memilih suami dan anaknya.      

"Asal kamu tidak menyentuhnya, maka aku akan memberikan suamiku pada Viona. Jadi, berhentilah untuk meneror suamiku! "Kata Qiara setelah lama terdiam.      

"Perempuan cerdas. Wanita memang lemah saat dia jatuh cinta. Aku pastikan dia akan aman. Jadi, kapan kamu akan meninggalkannya? "Kata Virsen dengan bahagia.      

"Beberapa bulan lagi, aku akan kabur dari sini setelah mengurus surat ceraiku. Aku akan memastikan Julian membenciku. Tapi, aku tidak begitu tahu Eropa. Apakah kamu mau membantuku kabur? "Jawab Qiara dengan yakin.      

"Baiklah, gunakan kesempatanmu untuk membuat cinta suamimu hilang. Jika sudah waktunya, kamu bisa menelponku maka aku akan membantumu kabur. Ingat, setelah mengambil keputusan ini, kamu tidak boleh kembali atau bertemu dengannya. Aku akan mengawasimu. "Ucap Virsen.     

"Tentu saja aku akan tepat janji. "     

Qiara langsung menutup telponnya dengan cepat. Karena dia tidak ingin Julian tahu kalau dia sudah bicara dengan orang bernama Virsen.      

Setelah itu, Qiara mengambil nomer Virsen dan ia simpan di ponselnya. Ia tidak lupa menghapus pesan Virsen dari ponsel Julian sebelum ia meletakkan kembali ponsel itu.      

Walaupun dia sudah berjanji, tapi dia semakin penasaran dengan hubungan apa yang dijalani antara Rena dan Julian.      

Qiara terduduk di pinggir ranjang dengan fikiran yang meraut. Ia mengelus perutnya yang membesar sambil meneteskan air mata.      

'Semoga kamu mau memaafkan Mama jika kita bertemu nanti. Mama terpaksa meninggalkanmu sama Papa. Mungkin ini adalah hukuman buat Mama yang sudah sering menyakiti Papamu. 'Batin Qiara sambil menangis.     

Setelah itu, ia berhenti menangis dan menyeka air matanya.      

Tidak lama kemudian, Julian masuk sambil tersenyum karena ia sudah selesai memasak apa yang dia bisa.      

Qiara menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca lalu berdiri dan menghampiri Julian yang masih berdiri di depan pintu dengan ekspresi bingung.      

"Sayang, apa kamu sudah begitu lapar? "tanya Julian saat melihat mata Qiara yang masih basah.      

Dia tahu betul kalau Qiara akan menangis karena tidak bisa menahan lapar.      

Tanpa menjawab pertanyaan Julian. Qiara langsung berjinjit lalu mencium bibir Julian dengan kasar. Seketika itu Julian kaget karena hampir lima bulan dia tidak bersentuhan dengan Qiara.      

"Sayang, ada apa denganmu? "Tanya Julian setelah melepaskan ciuman Qiara.      

"Aku tidak lapar, aku hanya rindu padamu. Aku ingin bercinta denganmu malam ini sampai matahari menjelang. "     

Julian kaget mendengar jawaban Qiara yang menurutnya tidak masuk akal.      

Bagaimana mungkin Qiara tiba-tiba meminta bercinta.     

"Apa kamu sadar dengan apa yang kamu katakan? Bagaimana kalau aku menyakiti anak kita?"Tanya Julian seraya mengerutkan keningnya.      

Qiara lagi-lagi tidak menjawab pertanyaan Julian. Dia malah membuka kancing kemeja Julian satu persatu. Setelah itu ia menarik baju Julian sehingga memperlihatkan otot dada dan perut yang begitu seksi dan membuat Qaira terbakar gairah.      

Julian masih terdiam karena dia menganggap kalau Qiara tidak biasanya seperti ini. Memulai duluan dengan sikap yang begitu nakal.      

Tidak lama kemudian, Qiara mencium setiap bagian tubuh Julian dengan lembut sambil meraba beberapa bagian dengan tangannya.      

"Qiara.... "     

Julian masih berusaha menghentikan Qiara agar tidak melakukannya. Tapi, Qiara seakan tuli dan tidak membiarkan Julian bebas begitu saja.      

Setelah puas bermain dengan tubuh seksi Julian. Kini giliran Qiara yang melepaskan pakaiannya hingga tidak tersisa satupun.      

Perutnya yang buncit tampak cantik di mata Julian karena didalamnya ada nyawa hasil buah cintanya dengan Qiara.      

Setelah melepas pakaiannya, Qiara kambali mencium bibir Julian dengan berjinjit sambil meneteskan air mata kesedihannya.      

'Aku ingin fikiranku seakan ke surga dengan bercinta. Aku ingin memilki suamiku walau untuk yang terakhir kalinya. Aku ingin mengingat setiap bagian dari tubuhnya dan perasaan indah saat bercinta dengannya. Selamanya, dia akan menjadi cintaku jika takut kehilangan dinamakan cinta. ' Batin Qiara sambil melumat habis bibir Julian yang masih kaku.      

'Bagaimana aku bisa menahan diri? Sudah lama aku merindukan Qiara diatas ranjangku, tapi kenapa aku merasa ada kesedihan yang mendalam didalam sorot matanya. Apapun itu, aku sudah tidak bisa menahan diri. Aku merindukannya dan aku ingin membuatnya bahagia malam ini. 'Batin Julian seraya menarik erat tubuh telanjang Qiara hingga batas aman untuk perutnya.      

Setelah itu, Julian membalas ciuman Qiara dengan lebih kasar lagi. Ia mengangkat tubuh Qiara lalu membawanya keatas ranjang.      

Setelah merebahkan tubuh Qiara di ranjang, ia langsung menindihnya tanpa melupakan jarak amannya dan kembali melumat bibir Qiara dengan buas.     

Julian memberikan sentuhan demi sentuhan disetiap bagian tubuh Qiara yang sensitif. Seketika itu, Qiara menggeliat penuh kebahagiaan karena suasana malam ini benar-benar berbeda dari biasanya.      

Ada cinta dan rindu yang menggebu didalam hati sehingga hasrat dan gairah seakan terbakar bersama setiap kenikmatan yang mereka dapatkan.      

Malam itu, Julian dan Qiara jatuh dalam aroma percintaan yang panas diatas ranjang yang dingin itu. Tubuh mereka dipenuhi keringat karena terlalu bersemangat.     

Ini adalah malam terpanjang bagi Julian dan Qiara dalam bercinta. Sehingga keesokkan paginya mereka berdua benar-benar jatuh dalam kelelahan dan malas untuk turun dari ranjang. Hanya ingin terus berpelukan itulah yang diinginkan Qiara walaupun tubuhnya terasa remuk.      

~Back~     

Mengingat semua kenangan manis bersama Qiara itu. Hati Julian terasa sangat rindu. Ia tidak menyangka kalau perasaannya terhadap Qiara masih ada setelah melihatnya hari ini.      

Tepat saat itu, di ruang tamu Sarah terkejut saat melihat seorang perempuan cantik dengan gaun hitam mewah berdiri di depannya.      

"Ny. Besar, maafkan saya karena membiarkan nona ini masuk karena katanya ada perlu dengan Tuan Ju. "Kata pelayan itu sambil bergidik ngeri.      

"Kamu boleh pergi! "Kata Sarah kepada pelayan itu.      

"Baik Nyonya."     

"Kamu siapa? Dan ada urusan apa kamu sama putraku sehingga mencarinya malam-malam begini?"tanya Sarah dengan bingung.      

Mata gadis itu terlihat sangat tajam dan tatapannya begitu sendu.      

"Saya dengar Tuan Ju sudah kembali, apa boleh saya menemuinya? "kata gadis itu seraya mengabaikan pertanyaan Sarah.      

"Dia sedang sibuk. Kamu bisa kembali besok! " Kata Sarah dengan ketus, karena entah kenapa ia merasa ingin marah melihatnya.     

"Maaf tante, saya harus ketemu dia malam ini juga karena ini sangat penting. "katanya dengan keras kepala seperti biasanya.      

Tanpa memperdulikan Sarah, gadis itu menerobos masuk mencari Julian tanpa emosi.      

Melihat Rena bersikap kurang ajar, Sarah menjadi geram dan mengejarnya.      

"Tuan Ju, dimana anda? "Teriak gadis itu sambil berjalan melirik kiri dan kanan menelusuri setiap ruangan.      

"Hey ... Gadis gila, jangan berteriak dirumah orang. Cucuku sedang tidur, jangan sampai dia bangun. " Kata Sarah seraya memegang lengan gadis itu dengan ekspresi yang gelap.      

Mendengar suara itu, Julian tersadar dari lamunannya lalu melirik kearah sumber suara dengan tatapan sinis.     

Siapa yang ribut?     

Karena tidak suka dengan orang yang berteriak, Julian pun segera keluar dari kamarnya karena dia takut Zio akan terganggu dan ketakutan.      

"Rena, ada apa kamu disini? Kamu tahukan kalau aku tidak suka orang berteriak di rumahku malam-malam? "tanya Julian ketika ia melihat Sarah dan Rena saling beradu pandang.     

Melihat Julian sudah berdiri di depannya Rena melangkah maju dengan pelan setelah melepaskan tangannya dari genggaman tangan Sarah.      

"Apa kamu mengenal gadis ini? " tanya Sarah.      

"Dia tamuku. Jadi, Mama sebaiknya istirahat karena aku akan bicara dengannya. "Kata Julian dengan nada suara yang lembut.      

Tanpa mengatakan apapun, Sarah langsung pergi setelah memberi Rena tatapan yang sinis.      

Setelah itu Julian dan Rena masuk ke ruang kerja Julian.      

"Bagaimana kamu tahu kalau aku sudah kembali? " Tanya Julian setelah mereka duduk berhadapan.      

"Bagaimana mungkin aku tidak tahu ketika seluruh stasiun memberitakan tentang kepulanganmu kakak ku. "Kata Rena seraya menekankan kata kakak pada Julian.      

Julian mengerutkan keningnya saat mendengar Rena memanggilnya kakak setelah sekian lama kenal.      

Ketika mengetahui kalau Rena adalah saudaranya, Julian pun pergi ke Amerika untuk menemui nya, tapi ia ikut merahasiakannya karena tidak mau Mama nya terluka.     

"Jangan panggil aku kakak kalau disini, panggil saja seperti biasanya kamu memanggilku. Karena di rumah ini ada Mama. Jika dia tahu identitas mu, kemungkinan hal buruk akan terjadi!" Kata Julian dengan tegas.     

Julian tahu betul kalau sang Mama adalah wanita yang mudah menangis dan sakit jika ada yang menyakiti hatinya.      

Jika dia tahu pengkhianatan suaminya, kemungkinan dia akan jantungan karena bagi Sarah, Tuan Jhosep adalah suami yang sempurna.     

Tuan Jhosep adalah suami sempurna di mata ibunya. Kemungkinan dia akan jantungan sangat tinggi jika dia tahu kalau suami yang dia anggap suami sempurna itu memiliki anak dari wanita lain.     

"Tenang saja, aku datang bukan untuk meminta haku sebagai anak karena aku tidak butuh itu. Akan tetapi aku ingin bertanya padamu tentang sesuatu. "Jelas Rena tanpa emosi.     

"Katakan saja apa itu lalu kamu harus pergi! Kita bisa bicara ditempat yang lain. " Seru Julian yang merasa khawatir kalau Mama nya akan curiga.      

"Kenapa kamu tidak menikahi Viona saja? Asal kamu tahu, Virsen datang padaku dan mengancam akan menganggu karir dan hidupku jika aku tidak memaksamu menikahi Viona. Apa kamu bisa membayangkan bagaimana takutnya aku? " Jelas Rena dengan tatapan dan ekspansi yang mengerikan.      

Julian mengepalkan tinjunya karena Virsen muncul kembali setelah sekian lama.     

"Kenapa kamu tidak menerima Virsen kembali agar kamu aman? Dia sangat mencintaimu. Selain itu, kamu tidak akan hidup sendiri lagi di rumahmu. " Kata Julian.     

Rena menjadi geram mendengar pertanyaan Julian. Bagaimana mungkin dia bisa hidup kembali bersama lelaki yang sudah menghancurkan hidupnya. Selain itu, ia mencintai lelaki lain yang sudah dia kejar sejak lima tahun lalu.      

"Itu tidak mungkin. Aku sudah memiliki orang yang aku cintai. Jadi, jangan coba-coba membuatku untuk kembali padanya."kata Rena seraya nenyeringai kepada Julian.      

Julian memicingkan matanya mendengar apa yang Rena katakan.     

"Virsen datang padaku saat aku sedang menggelar pameran ku yang ke lima kalinya." Sambung Rena.     

"Kalau begitu, pancinglah dia untuk bertemu denganku. "Kata Julian dengan malas sebab dia bosan berurusan dengan Virsen yang tidak ada habisnya, terlebih dia menginginkannya untuk menikahi Viona.      

"Kenapa harus aku? Kamu tidak tahu siapa Virsen yang sekarang. Dia yang dulunya baik berubah jadi Monster, lalu apa yang harus aku lakukan?"      

"Karena kamu yang paling tahu siapa Virsen. Itulah sebebnya aku memintamu memancingnya.." kata Julian tanpa ekspresi.     

"Percuma ngomong sama kamu. Lebih baik aku pulang. Dan ingat, aku tidak mau Virsen terus membayangiku. Jadi, kamu harus mengusirnya dari kota ini. "     

Setelah mengatakan itu, Rena berbalik menuju pintu keluar tanpa menghiraukan Julian.      

Setelah kepergian Rena, Julian langsung menghubungi Andi.      

"Halo Bos! "sapa Andi dari seberang telpon.      

"Andi, caritahu dimana keberadaan Virsen! "Seru Julian dengan nada suara yang mengerikan.      

"Virsen? Apakah dia orang yang sama? "Tanya Andi untuk memastikan yang dimaksud bosnya adalah orang yang sama.      

"Iya. Kami ingat kan? "     

"Baik bos, akan saya lakukan. Setelah menemukannya, saya akan menghubungi anda. "     

"Tentu. "     

Julian menutup telponnya dengan tatapan yang mengerikan. Setelah itu ia kembali ke kamarnya untuk membereskan barang-barangnya agar bisa segera pindah ke rumah lamanya bersama Qiara.     

Sementara di waktu yang sama, Qiara memilih keluar untuk jalan-jalan karena ia tidak bisa tidur.     

Tanpa sadar Qiara naik taxi menuju bar kelas atas di kota A itu.      

"Sudah sampai nona!"Kata supir taxi itu sambil melirik Qiara.     

"Iya." Qiara segera keluar dari taxi itu.     

Setelah itu taxi pergi meninggalkan Qiara yang berdiri mematung.      

"Arggg .... "     

Sebuah teriakan membuat Qiara tersadar. Matanya langsung melotot kearah orang yang berteriak.      

Seorang lelaki paruh baya sedang terkapar di tanah tepat di depan kakinya.      

"Tolong aku! "     

Lelaki paruh baya itu memohon pertolongan Qiara.     

Setelah itu, Qiara menoleh kepada sekumpulan preman yang berjalan menghampirinya.      

"Wow ... Ditengah malam begini ada gadis cantik depan Bar. Apakah kamu datang untuk bersenang-senang dengan kami? "Tanya salah satu dari mereka.      

'Entah kenapa aku bisa sampai di depan Bar ini, dan itu membuatku bertemu sama sampah ini. Selain itu, aku tidak tega melihat orang lain teraniaya. Tapi, aku lagi malas berurusan dengan sampah! 'Batin Qiara seraya menghembuskan nafas dengan malas.      

"Lama tidak bertemu Qiara ..."     

Dari balik para sekumpulan preman itu, muncul sesosok perempuan cantik yang dandanannya sangat glamor. Matanya yang tajam menyoroti Qiara seakan menyimpan aura kebencian.      

"Pantas ada sampah di sini, ternyata ada pemulungnya. "Ucap Qiara sambil tersenyum licik.     

Gadis itu adalah Helena yang baru saja menghabiskan waktunya untuk minum bersama teman-temannya.     

"Mulutmu memang tidak pernah bisa bicara baik. Kalau begitu, aku perlu mendidik mu agar kamu bisa bicara sopan dengan orang yang statusnya lebih baik darimu. " Helena melirik kearah sekumpulan preman itu."Berikan gadis sombong ini pelajaran sebagaimana kalian menghajar lelaki tua brengsek itu. "     

Mereka semua langsung tertawa dan menyerang Qiara dengan tatapan yang nakal.     

Tanpa mengatakan apapun, Qiara mengepalkan tinjunya lalu melayangkan pukulan tendangan kaki kanannya menuju musuhnya yang pertama kali mendekatkan.      

Sementara itu Helena sudah masuk ke mobilnya untuk menonton langsung perkelahian itu agar dia bisa mempermalukan Qiara dengan rencana busuknya.      

Mereka menyerang Qiara dengan bersamaan.      

Walaupun bisa Qiara tangkis setiap serangan yang tertuju padanya. Tapi, kondisinya benar-benar tidak baik sehingga ia tidak maksimal melakukan penyerangan atau menahan lawanan nya.      

'Gawat, tenagaku tidak cukup kuat untuk melawan mereka. Haruskah aku kabur? Bagaimana ini? 'Batin Qiara dengan bingung saat menyadari kondisinya tidak begitu baik.      

"Menyerahlah gadis cantik, dan temani kami malam ini! "Kata salah satu lelaki itu dengan tersenyum licik saat menyadari kalau Qiara mulai melemah.      

"Tidak akan! "     

Qiara kembali menyerang mereka hingga berhasil menumbangkan dua diantara lima orang pengawal itu.      

"Arggg ... "     

Akhirnya Qiara kena pukul karena tidak melihat ada orang yang menyerangnya dari belakang. Tubuhnya tidak seperti kemarin waktu dia masih lebih muda. Selain itu, dia dalam kondisi tidak sehat.      

Mereka tertawa ketika melihat Qiara lemas dan berteriak.     

Tidak lama kemudian, Qiara tersungkur ke tanah karena tidak sanggup menopang tubuhnya lagi.      

"Arggg ... "     

Setelah Qiara berhasil mereka tumbangkan, tubuh Qiara pun langsung mereka seret untuk dibawa ke mobil menjadi mainan Helena yang sangat ingin menghancurkan Qiara dan segala yang dia dapatkan.      

"Lepaskan gadis itu atau kalian mati!"     

Mendengar suara berat dari arah belakang itu membuat para pengawal itu menoleh dengan ekspresi kaget.      

"Siapa kamu?" tanya salah satu dari mereka.      

"Apa kalian yakin ingin tahu siapa aku? " lelaki itu malah bertanya balik dengan ekspresi yang sangat santai.      

"Jangan buang waktu kami, lebih baik kamu pergi jika tidak kau berakhir seperti gadis ini!"     

"Jadi, kalian tidak mau melepaskannya. Baiklah kalau begitu, mari kita lihat bagaimana kalian akan melepaskannya. "Kata lelaki itu sambil tersenyum.     

Tidak lama setelah itu, kaki panjang lelaki itu bergerak menuju mereka lalu menyerang dengan sangat kasar tanpa ampun.      

Mereka semua tidak sanggup menandingi lelaki itu sehingga mereka terkapar di tanah dengan begitu cepat.      

"Maaf, karena aku harus pergi!" kata lelaki itu seraya mengangkat tubuh Qiara ke gendongannya.      

Mereka semua terdiam karena kesulitan untuk berdiri, karena masing-masing dari mereka terkena tusukan pisau yang tajam.      

Helena bergidik ngeri dan sangat terkejut saat melihat para preman yang dia bayar terkapar di tanah begitu saja.     

'Siapa lelaki tadi? Kenapa aku baru melihatnya?'     

Karena ketakutan, Helena segera pergi dari Bar itu bersama supirnya. Dia tidak lupa menelpon sang Manager untuk mengurus masalah ini agar image nya tidak rusak.     

Sesaat Kemudian.     

"Apa kamu tidak apa-apa? "tanya lelaki itu saat ia sudah membawa tubuh Qiara masuk ke mobil.      

Ia bertanya ketika melihat Qiara masih tersadar.     

Qiara pun mendongak melihat lelaki asing sedang menatapnya dengan sendu.      

Namun, pandangannya lama-lama berubah menjadi wajah Julian, ia tidak percaya bisa meliahat Julian lagi disaat ia butuh pertolongan.      

"Julian?" Ucap Qiara seraya meraba wajah lelaki itu.      

Tanpa mengatakan apapun lagi, dia malah memeluk lelaki itu dengan erat. Seketika itu dia menangis sesegukan di pelukan orang yang dia anggap Julian itu.      

"Ada apa? "Tanya lelaki itu seraya menepuk-nepuk bahu Qiara. Walaupun dianggap orang lain, tapi dia tidak berusaha untuk meyakinkan siapa dirinya kepada Qiara.      

'Apakah Julian yang dia maksud adalah pemilik JJ Grup? Atau ada Julian lain? 'Batin lelaki itu dengan tatapan yang aneh.      

"Bisakah kamu membawaku pulang ke rumahku? " Tanya Qiara yang masih setengah sadar itu.      

Lelaki itu adalah Maxwell. Dia sedang menikmati kebersamaan bersama Kevin dan beberapa temannya di dalam. Akan tetapi ia harus segera keluar saat ia mendapatkan panggilan darurat.      

Tidak sengaja ia melihat Qiara sedang melawan lima orang lelaki, ia pun mendekat karena tertarik. Ia maju saat ia merasa sudah waktunya untuk menjadi pahlawan.     

Belum sempat menanyakan dimana tempat tinggalnya, Qiara malah pingsan duluan.     

Max pun tidak punya pilihan selain membawa Qiara pulang ke rumahnya.      

Rumah Maxwell.     

Tidak lama kemudian, mereka sampai di rumah megah Max dengan selamat.     

Max membawa tubuh Qiara masuk ke kamarnya.      

"Tolong bawakan kotak P3K ke kamarku! "Kata Max kepada pelayan yang menyambutnya.      

"Baik Tuan! "Jawab pelayan itu dengan patuh.      

Sesaat Kemudian pelayan itu kembali ke kamar.     

"Saya akan membantu anda membalut luka gadis ini, jadi anda bisa mandi sekarang! " Kata pelayan itu setelah kembali membawa kita P3K nya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.