Istri Kecil Tuan Ju

Apakah Kamu Cemburu?



Apakah Kamu Cemburu?

0Seketika itu Julian tersenyum melihat Qiara menjadi kesal. Bagi Julian, membuat Qiara kesal adalah hal yang menyenangkan karena Qiara terlihat sangat imut dan manis.      

Tidak hanya itu, Qiara adalah energi positif yang mampu membuatnya seperti kebanyakan manusia yang bisa merasakan sedih, takut, khawatir, senang bahkan hal gila lainnya yang tidak pernah dia lakukan seumur hidupnya.     

Setelah lama terdiam, Julian memperbaiki duduknya, setelah itu ia menatap Qiara penuh arti.     

"Sayang, sekarang katakan padaku apa yang kamu butuhkan, kamu mau mobil? rumah? perhiasan atau apa? katakanlah aku pasti mengabulkannya. Atau kamu mau rumah baru? " Tanya Julian.     

Mendengar pertanyaan Julian, Qiara merasa semakin kesal, apakah hanya itu yang ada di fikiran Julian?     

Walaupun kesal tapi Qiara tidak bisa menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya, ia senang saat Julian duduk disampingnya, membelainya atau membuatnya kesal karena hal itu membuat hidup terasa lebih menarik bagi Qiara.      

'Kenapa Julian sangat tidak peka, padahal aku ingin dia tidak dekat-dekat dengan Viona agar aku tidak kalah dari si nenek sihir perawan tua itu.' Batin Qiara dengan kesal.      

"Apa kamu sedang mengumpatku di dalam hati? " Tanya Julian sambil membelai pipi Qiara yang memerah.      

Untuk sesaat Qiara terpesona dengan keindahan di depannya, dia tidak pernah menyangka kalau keindahan itu adalah miliknya saat ini.     

Oleh karena itu, muncul fikiran di benak Qiara, tentang apakah ini akan selamanya menjadi miliknya, atau orang lain akan berhasil mengambilnya dari dirinya?     

Apapun yang terjadi, Qiara sudah bertekad untuk mempertahankan rumah tangganya kali ini, semua demi si kecil yang menggemaskan itu, siapa lagi kalau bukan putranya yaitu si bintang kecil yang selalu bersinar terang di hati mereka berdua.      

Julian memang simbol ketampanan kota A, dia tidak hanya tampan melainkan kaya dah sangat berpengaruh. Jadi, tidak heran kalau banyak wanita dari berbagai kalangan tergila-gila padanya, bahkan pengaruh Julian sangat kuat di kota A dan beberapa negara lainnya.      

"Aku tidak mungkin mengumpat suamiku, karena itu akan mengajarkan hal buruk pada putraku. Hanya saja aku sedang berfikir bagaimana caraku untuk menyampaikan apa yang ada di fikiranku." Jawab Qiara dengan cemberut.     

Qiara menunduk karena dia merasa tidak sanggup mengatakan apa yang dia fikirkan ketika melihat Julian.     

"Katakanlah jika kamu sudah siap, aku akan menunggumu!" ucap Julian sambil tersenyum manis. Walaupun ia bisa menebak apa yang Qiara akan katakan.      

"Aku ingin mengatakannya sekarang karena aku tidak mau sampai terlambat." Kata Qiara sambil menatap tajam kearah mata Julian.      

"Baiklah, katakan sekarang maka aku akan mendengarnya dengan baik-baik."      

Qiara duduk di sofa lalu menoleh kearah Julian sambil menatap ke dalam matanya.     

"Jangan menatapku begitu, aku jadi malu!" Ujar Qiara dengan ketus.     

Julian tersenyum mendengar rengekan Qiara, ia pun langsung memalingkan wajahnya dari Qiara sambil berkata, "     

Sekarang aku tidak akan melihatmu, jadi katakan saja sekarang."     

Setelah itu, Qiara mengumpulkan keberaniannya saat mendengar Julian mempersilahkannya untuk mengatakan semuanya.      

Dengan sabar Julian menunggu apa yang akan Qiara katakan.      

"Aku tidak mau kamu dekat-dekat dengan Viona." Ucap Qiara dengan sekali nafas.      

Setelah mengatakan itu Qiara pun langsung menunduk dan merasa buruk. Karena ia takut Julian akan mengejeknya.      

Julian tersenyum lebar setelah mendengar apa yang Qiara katakan.      

Setelah itu Julian menoleh kembali kembali kearah Qiara.      

"Apa kamu takut Viona merebut posisimu?"     

Pertanyaan Julian membuat Qiara mendongak kembali dengan ekspresi yang rumit, dia bukan tidak tahu jawabannya, dia hanya bingung bagaimana cara menyampaikan isi fikirannya.      

"Apa sekarang kamu sudah bisa merasakan bagaimana rasanya takut kehilangan?" Tanya Julian lagi dengan sedikit gugup karena butuh bertahun-tahun untuk Julian menunggu pernyataan Qiara ini.      

"Aku... "     

Belum sempat menyelesaikan ucapannya, Julian langsung menarik dan mencium bibirnya. Seketika itu Qiara terkejut.     

Julian seperti srigala yang haus akan darah, ia melumat bibir Qiara dengan penuh gairah. Qiara mengerjapkan matanya dan hampir kehabisan nafas.      

Tidak lama stelah itu, Julian melepas ciumannya sambil menyentuh bibir Qiara.      

"Kamu kenapa?" Tanya Qiara dengan bingung karena ekspresi Julian sangat mencurigakan.     

"Kamu adalah milikku, tidak ada yang boleh mengambilnya dariku. Dunia ini sangat egois, disaat tahta kerajaan bisnis itu sangat sepi hanya kamu yang aku fikirkan untuk kembali bersandar dan menemukan kegembiaraan. Lalu, akankah aku berpaling pada wanita lain?" kata Julian tanpa mengehentikan kegiatannya mengelus bibir manis Qiara dengan jari nakalnya itu.     

"Terimakasih" Ucap Qiara dengan tatapan yang berkaca-kaca.      

"Tidak perlu berterimakasih, karena kamu adalah istriku, ibu dari anakku. Sudah sewajarnya kamu mendapatkan cinta yang lebih dariku. Maaf jika selama ini aku sering membuatmu kesal."      

Tanpa mengatakan apapun, Qiara langsung memeluk Julian dengan berderai air mata. Karena ucapan Julian sudah meluluh lantakkan hatinya.     

"Julian, terimakasih untuk semuanya. Terimakasih karena tidak membenciku, terimakasih sudah memberiku kesempatan menjadi istri dan ibu bagi Zio. Mungkin aku tidak sempurna tapi aku mau belajar untuk lebih baik lagi." Kata Qiara sambil mengeratkan pelukannya pada Julian.      

"Jangan terlalu sempurna, karena aku takut akan menjadi lelaki yang tidak berguna karena tidak bisa mengisi kekuranganmu!"Kata Julian sambil tersenyum.     

Qiara langsung mengangguk mendengar perkataan Julian yang sangat menyentuh itu.     

"Aku mencintaimu, maaf karena aku baru sadar kalau aku mencintaimu sebanyak ini!"     

Mendengar pengakuan Qiara yang tiba-tiba, membuat pipi Julian memerah karena ini pertama kali nya dia mendengar Qiara mengungkap perasaannya.      

"Apakah kamu bisa mengulanginya sekali lagi!" Tanya Julian setelah melepas pelukan Qiara karena ia ingin melihat ekspresi Qiara ketika mengatakan perasaannya.      

"Aku mencintaimu begitu banyak, sampai aku lupa bagaimana cara mencintai diriku sendiri." Ucap Qiara lagi dengan malu-malu.      

Julian pun langsung berdiri dengan salah tingkah. Ia tersenyum kegirangan sambil menempel di kaca seperti cicak yang kepanasan.      

Layaknya lelaki yang baru jatuh cinta, begitulah Julian menanggapi ungkapan Qiara.      

"Kenapa kamu bersikap aneh begitu?" Tanya Qiara dengan bingung sambil menyeka air matanya.     

"Aku terlalu senang. Apa kamu tahu berapa lama aku menunggu ini? " Jawab Julian sambil tersenyum malu.      

"Berapa lama?" Tanya Qiara dengan polosnya.      

"Dari awal menikah hingga hari ini. Aku sangat senang. Oleh karena itu maukah kamu katakan sekali lagi! " Jawab Julian sambil berdiri dengan gemetaran di depan Qiara.      

Mendengar permintaan Julian, Qiara tersenyum lalu berdiri. Setelah itu ia melingkarkan kedua tangannya di leher Julian sambil menatap matanya yang teduh.      

"Aku mencintaimu suamiku tersayang." Setelah mengatakan itu Qiara pun langsung berjinjit mencium bibir Julian yang sudah menjadi candu baginya itu dan tentunya selalu ia rindukan.     

Seketika itu Julian mengangkat tubuh Qiara lalu membalas ciuman Qiara dengan buas      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.