Istri Kecil Tuan Ju

Kebenaran yang mengejutkan.



Kebenaran yang mengejutkan.

0Akan tetapi, Julian malah mengangkat tubuhnya lalu membalas ciumannya dengan sangat rakus.     

Awalnya Qiara menikmatinya, akan tetapi ia langsung melepas ciuman itu saat ia mengingat tentang Jasmin.     

"Kenapa? Aku masih merindukanmu." Tanya Julian dengan cemberut.     

"Disini ada kak Jasmin." Jawab Qiara.     

Julian langsung diam, ia lalu menurunkan Qiara dengan ekspresi yang rumit.     

"Bagaimana bisa kakak Jasmin ada disini?" Tanya Julian.     

Qiara pun langsung menceritakan semuanya pada Julian. Seketika itu, Julian mengepalkan tangannya karena marah. Ia tidak rela melihat wanita yang dia hargai dan hormati di perlakukan dengan tidak baik.     

"Sebaiknya kamu bersihkan dirimu di kamar, aku akan menemui kakak Jasmi dulu!" Kata Julian setelah Qiara menyelesaikan ceritanya.     

Qiara pun langsung mengangguk patuh karena dia juga merasa lelah dan ingin segera mandi lalu tertidur.     

Julian menyesal karena terlalu mempercayai Qiara. Harusnya dia menempatkan satu pengawal untuk mengawasi nya agar kejadian seperti malam ini tidak terulang.      

Kamar Zio.     

Sementara itu, Jasmin duduk di sopa yang tidak jauh dari ranjang Zio. Ia tersenyum melihat Zio tertidur dengan pulas.      

Zio adalah satu-satunya orang yang bisa membuat hati Jasmin merasa lebih baik karena anak itu terlalu lembut dan menggemaskan.     

Tepat saat ia akan membalut lukanya, pintu kamar Zio terbuka. Ia pun menoleh  kearah pintu dan melihat Julian sudah berdiri disana.     

"Kenapa kamu belum tidur?" Tanya Jasmin tanpa ekspresi.     

Tanpa menjawab pertanyaan Jasmin, Julian berjalan lalu berjongkok di hadapan Jasmin.     

"Aku akan membantu Kakak mengobati luka kakak!" Kata Julian sambil mengambil kapas dan alkohol yang ada di kotak obatnya.      

Jasmin terdiam, ia langsung teringat waktu mereka masih kecil. Setiap kali Julian atau Nathan terluka, Jasmin selalu cepat untuk mengobati mereka. Sekarang, giliran Julian yang melakukannya.      

Jasmin pun tidak menolak bantuan Julian, karena ia merasa kalau dirinya memang butuh bantuan.     

"Siapa yang melakukannya?" Tanya Julian setelah selesai membalut luka Jasmin.     

Seketika itu Jasmin menatap Julian penuh arti. Ia benci menyebut tapi ia kali ini butuh bantuan untuk melindungi dirinya dari Daniel.     

"Ini semua ulah Daniel... " Jawab Jasmin.     

Julian mengerutkan dahinya, karena yang dia tahu kalau Jasmin sudah lama tidak berkomunikasi dengan Daniel.      

"Bagaimana kakak bisa bertemu dengannya?" Tanya Julian lagi.     

"Waktu kakak di sekap oleh Papa. Mama menelpon Daniel untuk memintanya agar bicara sama Papa. Kebetulan Daniel sedang mencari keberadaan ku. Dia ingin kami kembali hidup bersama. Karena status kami masih suami istri. Ternyata dia tidak pernah mengurus perceraian kami." Jelas Jasmin.     

Julian semakin terkejut mendengar semua cerita Jasmin. Bagaimana mungkin dia tidak tahu kalau Jasmin sudah di sekap oleh Papa nya.      

'Apa yang sebenarnya Papa sembunyikan dariku? Kenapa aku merasa Papa itu memiliki banyak rahasia. Sebenarnya apa yang Papa inginkan sehingga ia tega melukai hati Nathan dan Kak Jasmin? Aku sepertinya tidak bisa tinggal diam. Aku harus bicara dengan Papa!' Batin Julian.     

"Kakak istirahatlah dulu, besok kita bicara lagi!" Kata Julian yang tidak tega melihat wajah lemah kakaknya.      

Jasmin pun mengangguk. Setelah itu, Julian menggendong Jasmin dan membawanya ke ranjang. Julian  lalu membaringkan Jasmin di samping Zio.     

"Selamat istirahat!" Ucap Julian setelah menyelimuti tubuh Jasmin dan mencium keningnya.      

Jasmin merasa tersanjung melihat sikap perhatian Julian padanya. Ia tidak menyangka kalau adik yang dia benci bisa memperlakukannya seperti tuan putri.     

Setelah itu, Jasmin memejamkan matanya sambil memeluk bintang kecil yang lembut itu.     

Sementara itu, Julian segera kembali ke kamarnya. Sayangnya, dia sedikit kecewa karena Qiara sudah tertidur dengan pulas. Ia pun segera merebahkan dirinya di samping Qiara lalu memeluknya dan memejamkan mata.     

Keesokan Paginya.      

Setelah pulang dari butik bersama Clara. Nathan mengantarkan Clara ke Apartemen nya.      

Di dalam kamar  Apartemen itu, Clara malah menggoda Nathan dengan melepas semua pakaiannya.      

Seketika itu, nafsu dalam diri Nathan yang ditahannya saat akan tidur bersama Yumi kini bangkit.     

Ia tidak bisa menahan diri untuk tidak menyerang tubuh sintal, putih dan mulus itu. Ia pun tenggelam dalam kenikmatan bercinta dengan Clara.     

Nathan merasa Clara sangat hebat di atas ranjang sehingga  ia ia berulang kali  mencapai klimaksnya.     

Hingga pagi menyingsing. Mereka berdua masih tertidur dalam keadaan telanjang.      

Tidak lama kemudian, Clara  merasakan kalau Nathan sedang  berguling ke samping lalu berdiri.     

Setelah itu, Nathan pergi ke kamar mandi. Clata yang  kelelahan masih  merebahkan tubuhnya  di tempat tidur, karena Nathan sangat gila padanya.     

Demi Nathan, Clara menyerahkan keperawanan yang ia pertahankan selama ini.      

Tepat saat ia mendengar suara tetesan aliran air dari arah kamar mandi, Clara  membuka matanya dengan paksa, yang terlihat adalah pakaian yang berserakan di lantai dan otaknya  kembali memunculkan gambaran kemesraan tadi malam, jari tangannya secara tanpa sadar meremas selimut dan sepasang pipinya merona karena sangat bahagia.     

Dia sudah tidur dengan Nathan, itu artinya Nathan tidak akan bisa melepaskan diri darinya.     

Mereka akan segera menikah, tentu saja tidak apa-apa untuk tidur bersama lebih dulu sebelum pernikahan. Pikir Clara.     

Yang tidak Clara tahu, kalau Nathan  tidak begitu peduli dengan perniakhan mereka.     

Tidak lama kemudian, Clara kembali tergoda saat melihat tubuh  bagian depan Nathan yang sangat kekar dan sexi yang mana masih terdapat butiran air setelah keluar dari kamar mandi.     

Meskipun mereka sudah tidur bersama, tapi Clara ingin menunjukkan sikap malu-malunya kepada Nathan karena ia tidak ingin dianggap perempuan nakal.     

Wajah Nathan  yang tampan memiliki aura dingin seperti Julian, warna bola matanya sangat hitam, samar-samar memancarkan aura dingin.      

Tidak lama  setelah itu, Nathan  melangkahkan kakinya  hadapan Clara untuk memungut pakaiannya tanpa melihat kearah Clara.     

Sementara itu, tenaga Clara mulai kembali. Ia pun  menarik napas dengan perlahan.     

"Nathan ... Terimakasih ... Karena ..." Clara tidak bisa melanjutkan kalimatnya saat melihat Nathan memalingkan wajah darinya.     

"Nathan ... Kita sudah tidur bersama ... Itu artinya kamu tidak akan bisa melarikan diri lagi dariku."     

Mendengar perkataan Clara, Nathan langsung menoleh melihat tubuh Clara.     

Tidak ada ekspresi apa pun di wajah Nathan, tatapan matanya pun sangat datar, sehingga Clara merasa sedikit resah.     

"Bukankah kamu yang menawarkan tubuhmu padaku?"      

Clara tertegun melihat sikap Nathan yang jauh dari Nathan yang sebenarnya. Apakah seperti ini wajah Nathan?     

Nathan melihat tatapan mata Clara  yang kebingungan. Setelah itu ia berkata lagi,  "Maksudku, kamu yang telah berinisiatif mempersembahkan badanmu padaku dan memberikan keperawanan mu untukku, iya kan?"     

Clara menatap tajam kearah Nathan, ia masih mengingat kalau dirinyalah yang memancing Nathan duluan, tapi Nathan  tidak menolaknya bahkan menikmatinya dengan penuh semangat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.