Istri Kecil Tuan Ju

Tidak Menyangka.



Tidak Menyangka.

0"Sebaiknya kamu jangan ikut campur jika kamu tidak mau kena masalah! Sekarang cepatlah pergi sebelum pengawal ku datang kesini!" Kata Daniel sambil menunjuk kearah Qiara dengan tatapan yang buas.     

"Aku hanya ingin pergi bersama wanita di sampingmu!" Sahut Qiara.     

Ekspresi Daniel semakin gelap, dia tidak menyangka kalau gadis di depannya sangat berani menghentikannya dan menyangkal kata-katanya.     

Tepat saat itu, para pengawal Daniel tiba di tempat, seketika itu ia tersenyum licik.     

"Bos ... " Mereka tampak terenggah-enggah karena sudah berlari.     

"Urus perempuan ini! Kalian lakukan saja apa yang ingin kalian lakukan padanya!" Kata Daniel.     

Mereka semua langsung melihat Qiara dengan tatapan nakal.     

" Tenang saja bos! Kami akan mengurusnya!" Setelah mengatakan itu, mereka semua berjalan menghampiri Nana.     

Jasmin khawatir pada Qiara, bagaimana pun juga Qiara adalah ibu dari keponakan kesayangannya.     

Jasmin mulai meronta-ronta saat Daniel menyertainya kembali.     

"Arggg ... "      

Daniel berhenti lagi saat mendengar teriakan salah satu pengawalnya.      

'Oh astaga ... ' Batin Jasmin.     

Jasmin dan Daniel terkejut karena mereka baru saja meninggalkan Qiara bersama pengawal Daniel, akan tetapi para pengawal itu malah sudah berada di trotoar sambil memegang bagian tubuh mereka yang terkena pukul.     

"Tuan ... Tolong lepasin perempuan itu, atau nasib tuan akan sama dengan para pengawal tuan!" Kata Qiara yang tiba-tiba sudah berada di hadapan Daniel dan Jasmin.     

Daniel mengepalkan tinjunya. Ia tidak terima dengan penghinaan yang dilakukan oleh Qiara. Akan tetapi, ia berhenti saat melihat beberapa orang akan mendekat. Mereka adalah para pejalan kaki.      

"Pantang bagiku melawan wanita ... Oleh karena itu, aku akan memberikan perempuan ini padaku. Tapi, aku akan mengambilnya kembali dengan cara yang lebih sopan." Setelah mengatakan itu, Daniel mendorong Jasmin kearah Qiara dan segera masuk ke mobilnya yang tidak jauh dari tempatnya berdiri.      

Para pengawalnya pun ikut menyusulnya karena mereka sudah mendapatkan kode dari Daniel agar meninggalkan tempat itu.     

Daniel bukannya takut kalah dari Qiara, karena kemampuan bela dirinya tidak mungkin di kalahkan oleh Qiara. Tapi, ia tidak mau merusak nama baiknya jika ada orang yang mengambil gambarnya atau melihatnya menyekap seorang perempuan.     

"Nona ... Aku akan membantu untuk melepaskan diri!" Kata Qiara sambil melepaskan ikatan tangan Jasmin.     

'Aku tidak percaya kalau orang yang menolongku adalah perempuan yang sudah melukai adikku. Tapi, aku akui kalau dia sangat hebat. Dia bisa mengalahkan lima pengawal Daniel yang tampak menyeramkan itu hanya dalam hitungan detik. Dia kecil tapi kiat. Apakah Julian tahu akan kemampuan bela diri istrinya?'Batin Jasmin dengan perasaan yang tidak enak karena ia pernah berkata kasar pada Qiara.     

Setelah ikatan tangannya terlepas, Jasmin pun langsung melepaskan masker dan sapu tangan yang membekap mulutnya.     

"Nona ... Apakah anda baik-baik saja? Dimana rumah anda? Biarkan saya mengantar anda!" Tanya Qiara dengan ramah.     

Jasmin langsung menoleh kearah Qiara setelah melepaskan penutup mulutnya. Seketika itu Qiara terkejut dan tidak percaya kalau orang yang dia tolong adalah Jasmin.     

Mana mungkin Jasmin bisa di sekap oleh orang, sedangkan Jasmin selalu dalam pengawasan beberapa pengawal. Selain itu, siapa orang yang berani melakukannya?     

"Kakak Jasmin ... " Ucap Qiara dengan gugup.     

"Bisakah kita pulang ke rumah Julian dulu baru bertanya?" Tanya Jasmin tanpa ekspresi.     

Qiara pun langsung mengangguk dan segera mencari taxi. Tidak lama kemudian, mereka berdua sudah berada di dalam taxi lalu dengan cepat meninggalkan tempat itu.     

"Ini sudah hampir jam sepuluh malam. Kenapa kamu masih ada di luar rumah? Apa Julian tahu?" Tanya Jasmin yang memulai pembicaraan terlebih dahulu.     

"Aku baru selesai syuting. Aku memang biasanya menggunakan taxi kalau mau kemana-mana. Aku juga sudah memberitahu Julian kalau pulang malam." Jawab Qiara dengan ekspresi tegang.     

Jasmin menyadari ketegangan di wajah Qiara, ia pun langsung tersenyum karena seharusnya ia berterimakasih dan menepati janjinya. Itu artinya ia harus membuang amarahnya pada Qiara.     

"Terimakasih!"     

Qiara langsung menoleh kearah Jasmin karena terkejut mendengar Jasmin mengatakan terimakasih. Ia tidak menyangka kalau Jasmin akan mengatakan itu.     

"Kenapa ekspresi mu seperti itu? Apakah kamu ingin aku mencium tanganmu sebagai ungkapan terimakasih?" Tanya Jasmin dengan heran.     

Qiara langsung menggeleng lalu tersenyum. "Saya hanya senang karena Kakak mau menganggap saya ada."     

"Hahaha ... Kamu pikir aku tidak tahu terimakasih? Aku adalah artis yang terkenal sangat ramah dan penyayang. Jadi, kehidupan ku itu tidak jauh dari apa yang orang lihat." Ucap Jasmin sambil terkekeh pelan.     

"Iya. Aku tahu itu." Sahut Qiara sambil tersenyum." Oh iya, apa kita tidak perlu ke rumah sakit dulu? Lutut kakak terluka?" Tanya Qiara lagi saat menyadari luka yang ada di lutut Jasmin.     

"Aku tidak apa-apa! Kamu tidak perlu mengkhawatirkan aku! " Jawab Jasmin sambil menyembunyikan lukanya.      

"Baiklah!" Qiara tidak berani memaksa Jasmin karena dia tidak ingin membuat Jasmin merasa tidak nyaman.     

Setelah itu mereka terdiam, walaupun Qiara masih penasaran dengan lelaki yang menyekap Jasmin, tapi ia tidak berani bertanya karena dia takut Jasmin akan tersinggung.     

'Kak Jasmin ini adalah orang yang sangat keren. Padahal ia baru saja di perlakukan dengan tidak baik. Tapi, ia masih bisa tertawa bukanya ketakutan atau menangis. Tapi, siapa lelaki tadi? Sepertinya dia bukan orang biasa.'Batin Qiara.     

Tidak butuh waktu lama, mereka berdua akhirnya sampai di rumah Julian.     

"Apakah kakak butuh sesuatu?" Tanya Qiara ketika mereka sudah berada di dalam rumah.     

"Tidak. Aku akan tidur di kamar Zio. Soal lukaku, nanti aku bisa mengobatinya sendiri!" Jawab Jasmin tanpa Ekspresi.     

"Baiklah kakak." Qiara hanya bisa menarik nafas dalam dan membiarkan Jasmin pergi sendirian ke kamar Zio.     

Setelah itu, Qiara pun segera pergi menuju kamarnya dan Julian. Namun, ia berhenti ketika melihat Julian keluar dari pintu kamar mereka.     

"Julian ... Kamu mau kemana?" Tanya Qiara ketika melihat Julian sudah rapi dengan menggunakan mantel hitamnya.     

Tanpa menjawab, Julian segera menghampiri Qiara lalu memeluknya. Seketika itu Qiara terkejut.     

"Ada apa?" Tanya Qiara sambil menepuk-nepuk bahu Julian.     

"Aku pikir kamu kenapa-napa karena kamu tidak kunjung pulang. Selain itu, aku menelpon mu beberapa kali, tapi kamu tidak mengangkatnya. Makanya aku sangat khawatir dan berniat untuk mencari kamu. " Jelas Julian setelah melepas pelukannya.     

Qiara pun langsung memeriksa ponselnya. Setelah itu ia tersenyum sambil menatap Julian. "Pantas saja aku tidak tahu kamu menelpon karena aku matikan nada seringnya. Maaf ya!"      

Qiara memegang wajah Julian dengan kedua tangan mungilnya. Ia tersenyum lalu berjinjit mencium bibir Julian untuk menghilangkan rasa khawatir Julian.     

Akan tetapi, Julian malah mengangkat tubuhnya lalu membalas ciumannya dengan sangat rakus.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.