Istri Kecil Tuan Ju

Terlambat Untuk Jujur!



Terlambat Untuk Jujur!

0Qiara masih diam, ia berpikir kalau dia memang sudah sangat keterlaluan karena sudah merahasiakan hubungannya dengan Julian dan membuat Qiano menaruh harapan lebih padanya.     

"Kamu tidak tau siapa aku sebenarnya, kamu hanya mendengar dari orang lain, tapi teganya kamu menuduhku seperti itu. Aku bukan wanita matre dan tidak pernah berniat untuk menggunakan Tuan Ju sebagai jalan pintas untuk menjadi artis nomer satu. Aku masih sama seperti dulu." Kata Qiara dengan ketus.     

"Oleh karena itu tolong jelaskan padaku Qiara, aku ingin tahu kebenarannya!." Desak Qiano    karena ia memang sangat penasaran.     

"Aku memang istri Tuan Ju, aku di jodohkan saat kita masih duduk di bangku SMA kelas tiga. Dan sekarang aku memiliki anak yaitu Febrizio ... Itulah sebabnya aku tidak akan mungkin meninggalkan Tuan Ju demi anak ku. " Qiara akhirnya jujur, seketika itu ia merasa lega.     

Hatinya terasa sangat plong karena ia sudah bisa jujur pada Qiano sehingga ia tidak lagi memberikan harapan pada Qiano.     

Qiano  mengepalkan tinjunya, karena ia sudah merasa di bohongi selama ini, mencintai istri orang selama bertahun-tahun adalah hal gila yang ia lakukan tanpa sadar. Tanpa sadar juga ia meneteskan air kata karena hatinya sangat sakit.     

"Turunlah!" Ucap Qiano dengan suara yang lemah.     

"Maafkan aku Qiano. Tapi, aku sarankan agar kamu mau melihat siap yang selama ini ada disekitar mu. Gadis yang juga sudah menungguku selama bertahun-tahun. Dialah yang pantas mendampingi mu.!" Qiara    mencoba menyadarkan Qiano akan keberadaan Rena yang selalu setia di sampingnya. Ia juga berharap kalau Qiano  mau menikah dengan Rena untuk menghancurkan hati Virsen.     

Akan tetapi, Qiara tetap  merasa bersalah karena ia tidak jujur selama ini.     

"Jangan minta maaf dan kamu tidak perlu menasehati apapun padaku. Sekarang turunlah!" Kata Qiano dengan nada tinggi.     

Qiara pun langsung turun karena ia tidak ingin membuat Qiano    semakin marah.     

Setelah itu, Qiano  pun kembali menyalakan mobilnya dan pergi dengan kecepatan tinggi dari tempat itu.      

"Qiano  tunggu ... " Qiara baru ingat kalau barang-barang yang dibelinya masih ada di dalam mobil Qiano  sehingga ia berusaha memanggil Demian.      

Sayangnya, mobil Qiano  melesat dengan sangat cepat.     

"Arrggg ... " Qiara menjambak rambutnya karena kesal pada dirinya. Ia tidak menyangka akan jadi seperti ini. Ia pun berjongkok sambil menangis.      

Qiara sangat menyesal karena telat jujur, sekarang Qiano    pasti sangat membencinya, itulah yang ada dalam pikirannya.     

'Qiano ... Maafkan aku! Harusnya aku dari dulu memberitahu mu. Sekarang aku menghancurkan hatimu dan hatiku ikut sakit. Jika ada kehidupan kedua, aku pasti akan memilih untuk menikmati masa muda hingga tuaku bersamamu. Tentunya, kak Vania tidak meninggal sehingga ia bisa bahagia dengan Julian.' Batin Qiara .     

"Qiara ... Kenapa kamu ada di pinggir  jalan begini? Apa ada yang menyakitimu?" Tanya Maxwell yang tidak sengaja melihat Qiara berjongkok di trotoar yang cukup jauh dari Hotel tempatnya menginap.     

Seketika itu, Qiara langsung mendongak melihat orang yang sudah menyapanya.     

"Bos ... " Suara Qiara bergetar, tatapannya terlihat sangat sendu dengan air mata yang mengucur deras di pipinya.     

"Apa kamu menangis? Siapa yang sudah melukaimu? Katakan padaku agar aku bisa membunuhnya!" Tanya Maxwell dengan ekspresi gelap sembari membantu Qiara untuk berdiri.     

Qiara bergidik ngeri mendengar apa yang Maxwell katakan. Ia tidak habis pikir kata membunuh begitu gampang keluar dari mulut Maxwell.     

Dengan reflek, Maxwell menyeka sisa air mata Qiara di pipi nya. Seketika itu Qiara terkejut karena tidak menyangka kalau Maxwell akan lancang melakukannya tanpa persetujuannya.     

"Singkirkan tanganmu dari pipinya." Teriak Julian dengan suara yang bergemuruh.     

Qiara kaget dan langsung menoleh ke sumber suara.      

"Julian, kenapa dia ada disini?" Tanya Qiara pada dirinya saat melihat Julian sudah berdiri di samping mobil nya.     

Qiara sangat ketakutan karena tatapan Julian seperti serigala yang siap memangsa targetnya.     

'Astaga ... Julian melihat Maxwell menyeka air mataku. Dia pasti berfikir buruk. Akan kah mereka berdua ribut?'Batin Qiara dengan cemas.     

Sementara itu, Maxwell tersenyum melihat ekspresi Julian yang sangat gelap.      

'Ini baru permulaan Julian. Lain kali aku akan membuatmu melihatku tidur bersama Qiara.'Batin Maxwell.     

Tidak lama kemudian,  Julian menarik Qiara ke belakangnya lalu menatap Maxwell dengan tajam.     

"Apa ada masalah denganmu Tuan Ju?" Tanya Maxwell dengan santai.     

Qiara merasa heran dengan Maxwell yang tidak memperlihatkan rasa takut melihat Julian. Padahal dirinya saja tidak  berani berkutik.     

"Aku tidak ingin kamu menyentuh istriku sedikitpun, ini yang terakhir aku melihatmu, jika tidak aku akan memastikan kalau kamu akan menyesal." Bisik Julian.     

Maxwell merasa geli mendengar apa yang Julian katakan, karena ia bukanlah orang yang bisa di ajak kompromi saat ia menginginkan sesuatu maka ia harus mendapatkannya bagaimana pun caranya.     

Terlebih Julian duluan yang memulai mengusiknya, tentu saja Maxwell menjadi lebih semangat untuk membalasnya.     

"Mulai sekarang kamu harus hati-hati tuan Julian, karena aku akan mencuri wanita mu bagaimana pun caranya. Kamu tahu kan kalau aku selalu mendapatkan apa yang aku inginkan, seperti kebun anggur yang kamu curi diam-diam, namun pada akhirnya tetap menjadi milikku." Setelah mengatakan itu, Maxwell mengenakan kaca matanya lalu pergi dari hadapan Julian dan Qiara dengan senyum yang mengembang di wajahnya.     

Julian tahu betul bagaimana Maxwell, dia tidak suka curang atau melakukan hal murahan untuk mendapatkan apa yang dia mau, melainkan ia selalu punya cara agar ia bisa mendapatkan keinginannya. Apalagi sekarang ada yang mau mengadu domba mereka, tentu Maxwell tidak akan meloloskannya.     

'Maxwell, kamu memilih lawan yang salah. Tidak akan aku biarkan kamu mengambil apa yang sudah menjadi milikku untuk Kesekian kalinya.'Batin Julian sembari mengepalkan tinjunya.     

Sesaat Kemudian.     

"Julian, apa kamu baik-baik saja?" Tanya Qiara dengan ragu ketika Maxwell sudah menghilang dari pandangan mereka.     

"Ayo ke Hotel tempat mu menginap, kamu harus menyelesaikan syuting mu agar kita segera pulang!" Kata Julian tanpa ekspresi.     

Qiara pun mengangguk patuh lalu mengikuti Julian dari belakang karena ia sadar kalau Julian sedang cemburu.     

Sepanjang perjalanan, Qiara tidak berani memulai pembicaraan karena Julian terlihat sangat cemburu dan penuh amarah.     

Ia pun tidak berani bertanya pada Julian tentang keberadaannya  yang tiba-tiba ada di kota C.     

Beberapa Saat kemudian.     

Mereka berdua akhirnya sampai di Hotel.     

"Qiara? " Panggil Julian sebelum Qiara keluar dari mobilnya.     

Mendengar namanya di panggil, Qiara pun langsung menoleh kearah Julian.     

"Ada apa?"  Tanya Qiara sambil memicingkan matanya melihat Julian.     

"Aku harus kembali ke kota A sekarang. Tapi, nanti sore Andi yang akan menjemputmu!"Ucap Julian dengan nada suara yang dingin.     

Qiara mengerutkan keningnya melihat sikap dingin Julian untuk pertama kalinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.