Istri Kecil Tuan Ju

Seorang Iblis.



Seorang Iblis.

0"Kalau begitu, segera kita tanda tangan karena aku sudah mulai bosan berada di sini." Ucap Maxwell dengan tidak sabaran.     

Robert pun langsung mengangguk dan mengambil pulpen untuk segera melakukan tanda tangan.     

Tidak lama kemudian, mereka  sudah selesai serah terima penjualan kebun anggur itu. Maxwell tidak lupa membakar surat perjanjian jual beli antara Robert dan pihak JJ Grup.     

"Terimakasih karena sudah menyerahkan kebun ini padaku. Tapi, aku akan memberikanmu sedikit hadiah karena sudah membuatku menunggu terlalu lama. " Ucap Maxwell sambil tersenyum licik.     

Robert ketakutan ketika mendengar kata hadiah. Ia tahu kalau itu bukan hadiah melainkan hukuman.     

"Tolong pergilah ... Kamu sudah mendapatkan apa yang kamu mau bukan? Jadi, jangan ganggu aku karena aku tidak butuh hadiah darimu." Ucap Robert dengan gemetaran.     

Rafael menatap kasihan kearah Robert, karena ia tahu kalau Maxwell adalah manusia yang sadis.      

Tanpa mengatakan apapun, Maxwell menarik tangan kanan Robert lalu ia letakkan di meja dengan paksa.      

"Tolong jangan potong tanganku! Aku berjanji akan berada di pihak mu." Kata Robert dengan ketakutan.     

"Tenang saja, aku tidak butuh kamu. Sekarang aku hanya akan meninggalkan satu peringatan untukmu agar kamu tidak mengulangi kesalahannya yang sama." Setelah mengatakan itu, Maxwell memotong jari kelingking Robert menggunakan pisau buah itu dengan seluruh kekuatannya agar langsung terputus.      

"Arrrggg ..... " Suara teriakan Robert membuat Rafael  menutup telinganya.      

Robert memegang tangannya dengan tangisan yang semakin memilukan saat ia menahan rasa sakit yang luar biasa.     

"Ayo pergi!" Seru Maxwell setelah membuang potongan jari kelingking Robert di kolam renang.      

...     

Rafael yang sedikit gemetar itu pun segera mengikuti Maxwell dari belakang.      

Maxwell tersenyum mendengar suara Robert berteriak kesakitan. Sayangnya, tidak ada orang yang akan membantunya dengan cepat untuk ke rumah sakit.     

Sesaat kemudian.     

"Apa kamu sudah mengurus sisanya?" Tanya Maxwell sambil menatap Rafael dari kaca spion depan.     

"Mereka semua sudah membereskan semuanya. Tidak ada jejak kita yang tertinggal. Jika pun Tuan Robert melapor, dia tidak akan menang. Tapi, saya rasa kalau Tuan Robert tidak akan berani melapor karena dia juga bukan orang yang bersih dari kecurangan." Jelas Rafael.     

"Bagus kalau  begitu. Sekarang segera pergi ke Bandara karena aku harus sampai di kota  C sebelum syuting Liana berakhir. Aku akan memberi peringatan serius kepada Julian karena ia sudah berani menyentuh apa yang seharusnya tidak dia sentuh." Perintah Maxwell  dengan tatapan tajam     

"Siap bos!" Setelah itu,  Rafael menjalankan mobilnya meninggalkan rumah Robert.     

'Dia adalah iblis berwujud manusia. Tidak kenal ampun dan sangat sadis.'Batin Rafael.      

Tentu saja Rafael tahu semua tentang Maxwell. Dia sudah menjadi asistennya sejak sepuluh tahun lalu.      

Melihat banyak orang yang mati hari ini sudah membuktikan betapa tidak kenal ampun nya Maxwell. Tapi, bagaimana Maxwell akan berhadapan dengan Julian dalam urusan percintaan dan yang lainnya?     

Rafael berharap kedua penguasa itu tidak akan perang dan mengorbankan banyak orang. Walaupun sebenarnya dia mengharapkan semua terjadi karena rasa penasarannya, ia ingin tahu siapa yang lebih kuat.     

Keesokan paginya.     

Sementara itu, Julian murka melihat sebuah tanda yang menunjukkan bahaya dari pihak YM Grup.     

"Bagaimana mungkin Maxwell mengirim tanda bahaya untuk JJ Grup ?" Tanya Julian pada Andi yang sudah mulai keringat dingin.     

"Menurut penyelidikan saya, ini semua karena JJ Grup sudah membeli kebun anggur tuan Robert yang ada di Paris. Dia marah besar karena kebun itu sudah ia incar dari setahun lalu. Dan yang mengerikan, semua pengawal di rumah Tuan Robert mati dan istrinya terluka. Itulah sebabnya ia mengirim tanda itu!" Jelas Andi dengan gemetaran.     

Julian mengepalkan tinjunya, karena ia merasa tidak pernah menyentuh kebun anggur itu. Dia memang ingin menghancurkan Maxwell, tapi bukan dengan cara mengibarkan bendera perang secara nyata. Ini salah!     

'Dia bukan Maxwell yang dulu aku kenal. Dia tidak ubahnya seperti iblis berwujud manusia yang akan melakukan apa saja demi tujuannya, tapi kali ini ia sudah salah paham. Vania ... Kenapa kamu harus memilih Maxwell dari pada aku?  Apa yang kamu lihat darinya?'  Batin Julian dengan perasaan yang kacau.     

"Bos ... "Andi memanggil Julian dengan suara pelan karena ia khawatir kalau Julian akan marah saat di ganggu.     

"Cari tahu siapa orang yang sudah membeli kebun anggur itu atas nama JJ Grup! Sepertinya dia mau mengadu domba aku. Selain itu, persiapkan semua kemungkinan buruk yang bisa terjadi karena kita tidak tahu apa yang akan Maxwell lakukan. Oh iya, bagaimana dengan Ayahku? Apakah kamu sudah mengeluarkan nya dari penjara?" Kata Julian setelah mengendalikan emosinya lalu mengalihkan pembicaraan kearah lain.     

"Tuan Jhosep sudah keluar karena ia mendapat bantuan dari pengacara yang dikirim oleh Firma Hukum calon mertua Tuan Nathan. Yaitu, Tuan Virsen Adamson. Selain itu, tuan muda Nathan akan menikah besok pagi. Semua media sudah memberitakannya dan menjadi trending topik." Jelas Andi dengan ragu.     

Seketika itu mata Julian melotot dengan sempurna untuk dua kabar buruk itu.     

"Virsen? Pernikahan Nathan?" Tanya Julian dengan heran karena ia baru tahu kabar penting ini dan belum bertemu Ayahnya.     

"Iya bos. Menurut informasi yang aku dapatkan, kalau Tuan Virsen sekarang menjadi pengacara pribadinya Ayah anda." Andi menarik nafas sebelum melanjutkan perkataannya. " Tuan muda Nathan sudah setuju untuk menikah, oleh karena itu pernikahan akan segera dilaksankan. "Sambung Andi.     

Julian terdiam di kursinya. Ia merasa sudah menjadi orang yang sangat bodoh karena tidak tahu apapun yang sedang terjadi.     

"Aku akan ke kota C sekarang juga. Jadi, siapkan semuanya!"      

"Tapi, bos ada rapat pagi ini. Apakah kita harus batalkan?" Tanya Andi.     

"Jadwalkan lain kali saja!" Ujar Julian.     

"Baik bos!" Setelah itu, Andi segera keluar dari ruangan Julian untuk melaksanakan tugasnya.      

Julian merasa Qiara dalam bahaya sehingga ia ingin segera bertemu Qiara untuk memastikan dia baik-baik saja. Perasaannya benar-benar tidak tenang sebelum melihat Qiara secara langsung.     

Kota C.     

Setelah selesai Syuting, Qiara berniat untuk  jalan-jalan disekitaran hotel tempat tinggalnya dengan menyamar agar tidak ada yang melihatnya.      

Tepat saat ia keluar  dari kamar  ia terkejut saat melihat Maxwell sedang berjalan kearahnya.     

'Bukankah itu bos? Bagaimana mungkin dia ada disini? Harusnya dia ada di Paris bukan? Tapi,  kenapa dia selalu ada dimana-mana? Selain itu, Pak Kevin juga tidak ada disini, jadi dia mau bertemu siapa?'Batin Qiara dengan kesal.     

Sebelum Maxwell melihatnya, Qiara segera berbalik dan dengan cepat melarikan diri dari posisi semula.     

"Mau kemana ?" Qiara terkejut saat menemukan Maxwell sudah ada di hadapannya sambil membawa gunting pemotong rumput.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.