Istri Kecil Tuan Ju

Ide Buruk.



Ide Buruk.

0Entah kenapa, Yumi tersenyum lebar saat Kevin menyebut nama Gavin. Tentunya ia sangat senang jika Gavin bisa ikut atau menemaninya saat di sana.     

"Aku janji akan kembali dengan wajah baru, talenta baru dan keberanian yang lebih besar untuk mengalahkan mereka yang sudah melukaiku. Tapi, apakah Gavin bisa menetap bersamaku di sana?" Ucap Yumi dengan percaya diri. Setelah itu ia bertanya dengan sedikit pelan karena ia khawatir kalau Kevin tidak akan setuju.     

"Itu terserah Gavin.  Anak itu juga pernah tinggal di sana saat ia bayi hingga berusia empat tahun. Jadi, ia tidak akan merasa asing jika kembali. Kalau begitu masuklah ke kamar dan mandilah. Jangan pikirkan barang-barang mu yang masih rumah, karena aku akan ganti semuanya saat kita sampai di Inggris." Ucap Kevin.     

"Aku harap dia mau ikut. Baiklah, aku akan ke kamar." Setelah itu Yumi segera masuk ke kamar untuk bersiap-siap.     

'Kenap Yumi sangat memperhatikan Gavin? Apakah dia sudah jatuh cinta pada anak kecil itu?' Batin Kevin.     

Setelah membatin, Kevin segera pergi ke ruang kerjanya dengan perasaan yang tidak menentu.     

Ruang Kerja Kevin.     

Tidak lama kemudian, ia sampai di ruang kerjanya. Ia pun segera membuat panggilan ke luar negeri untuk Maxwell.     

"Hallo?" Terdengar suara lemas Maxwell dari seberang telpon.     

"Aku butuh bantuan mu!" Kata Kevin dengan serius.     

"Mau minta bantuan apa kamu?"  Tanya Maxwell dengan nada suara yang tidak biasanya.      

Seketika itu, Kevin merasakan aura iblis Maxwell sudah keluar.     

"Pinjamkan aku Jet pribadimu, karena aku akan pergi ke Inggris malam ini juga!" Jawab Kevin.     

Seketika itu Maxwell terdiam karena Setau nya Kevin tidak pernah mau berangkat ke luar negeri menggunakan Jet pribadi.     

"Kenapa mendadak? Aku masih di Paris." Tanya Maxwell.     

"Ceritanya panjang, oleh karena itu aku akan menceritakan kamu setelah kita bertemu. Bukankah kamu memiliki dua jet pribadi?"  Ucap Kevin..     

"Baiklah, kamu ke Bandara saja sekarang, aku akan meminta anak buah ku untuk mempersiapkan semuanya sebelum kamu sampai di Bandara. " Kata Maxwell yang tidak ingin banyak bicara     

"Oke." Setelah itu, Kevin menutup panggilannya lalu keluar dari ruang kerjanya.      

Kevin harus bergerak cepat sebelum Yumi menjadi korban berikutnya.     

Ia dengan cepat meminta pengasuh Gavin untuk mempersiapkan semua keperluan Gavin yang akan di bawa ke Inggris.     

Beberapa saat kemudian.     

"Apakah kamu sudah siap?" Tanya Kevin ketika ia kembali masuk ke kamar Yumi.     

"Iya, aku sudah siap." Jawab Yumi yang berdiri dengan menggunakan pakaian kaos dan celana jins yang ia gunakan sejak bersama Nathan di Apartemen.     

"Baiklah. Sekarang, apa kita bisa berangkat?"      

"Iya."     

Setelah itu mereka bertiga  segera pergi meninggalkan rumah Kevin.     

Malam ini Yumi tidak ada keraguan dalam hatinya, ia harus pergi dan pulang untuk menjadi lebih kuat. Sudah cukup ia di remehkan karena terlalu lemah. Ia ingin berdiri sebagai Yumi yang kuat dan tidak terkalahkan.     

Di waktu yang sama, Helena di panggil untuk pulang ke rumah oleh Ibunya. Ia pun bergegas datang karena ia paling takut pada ibunya.     

Ruang Keluarga.     

"Ada apa Ibu memanggilku pulang malam ini?" Tanya Helena setelah duduk di hadapan Ibunya.     

"Apakah salah seorang Ibu meminta anak perempuannya pulang?" Ibunya  malah bertanya balik padanya  dengan tatapan yang rumit.     

Helena nampak menarik nafas dalam, setelah itu ia menatap ibunya dengan tatapan yang kesal.     

"Bukan begitu ibu, tapi aku harus bersiap karena besok aku ada pemotretan di luar daerah. Tapi, demi ibu aku rela pulang."      

Helena benar-benar kesal, karena besok adalah pemotretan pentingnya dan dia tidak ingin pemotretan untuk majalah terkenal itu sampai gagal hanya karena dia tidak fokus.     

"Sekarang Ibu katakan apa yang Ibu ingin katakan agar aku bisa segera pergi!" Sambung Helena.     

Ibu berdiri lalu berjalan mendekati kursi Helena, seketika itu Helena bergidik ngeri.     

'Sepertinya Ibu menginginkan sesuatu dariku, tapi apa?' Batin Helena.     

"Apakah kamu masih mengejar Nathan?" Tanya Ibu.     

Helena terdiam karena ia seperti orang bodoh yang mengejar lelaki tanpa lelah tapi tidak pernah dilirik dia sedikit pun.     

"Nathan itu hanyalah anak manja yang tidak memiliki kekuasaan apapun, oleh karena itu ia tidak akan berguna bagiku di masa depan. Selain itu dia akan menikah dengan anak dari pemilik Firma Hukum terkenal di kota A ini." Kata Ibu lagi.     

"Maksud Ibu apa?" Tanya Helena dengan bingung karena ia merasa sudah lama berhenti mengincar Nathan.     

Nathan akan menikah? Bagaimana mungkin? Bukankah dia sudah memutuskan untuk memilih Yumi?     

"Berhenti mengejar Nathan, karena targetmu yang sekarang adalah Julian. " Jawab Ibu  sambil tersenyum licik kearah Helena yang kebingungan.     

"Julian?"      

Helena terkejut karena ia tidak menyangka kalau Ibunya akan meminta hal yang sangat susah. Jika Nathan saja tidak bisa ia taklukkan, bagaimana dengan Julian yang terkenal kaku dan sangat kejam? Apalagi sekarang dia terlibat dengan Virsen     

Helena terkejut karena ia tidak menyangka kalau Ibunya akan meminta hal yang sangat susah. Jika Nathan saja tidak bisa ia taklukkan, bagaimana dengan Julian yang terkenal kaku dan sangat kejam?     

"Iya." Jawab Ibu sambil menganggukkan kepalanya.     

"Ibu, bagaimana mungkin aku bisa mengejar Tuan Ju, sedangkan dia adalah lelaki yang mengerikan. Apa mungkin aku bisa mendapatkannya? Selain itu dia sudah punya istri." Kata Helena dengan cemas.     

"Kamu yang seharusnya menjadi istri Julian bukan Qiara. Oleh karena itu kamu harus mengambil hak kamu itu, karena Julian adalah warisan dari Vania untuk kamu. Hanya karena papa mu yang bodoh itu makanya dia menikahkan Julian dan Qiara." Kata Ibu dengan suara yang meninggi.     

Mata Helena membulat sempurna saat mendengar apa yang Ibunya katakan. Ia benar-benar kaget mendengar berita itu.     

"Apa Ibu bercanda? Qiara adalah istri Julian? Bagaimana mungkin? Dia tidak pernah mengumumkannya." Tanya Helena.     

"Oleh karena itu kamu harus mengambil Julian dari anak sialan itu dan seharusnya itu mudah bagimu karena Julian sepertinya tidak menyukai gadis jelek seperti Qiara, selain itu ia sudah mempermalukan Ibu, sehingga ia tidak pantas bahagia dan menikmati kekayaan Julian. Untungnya Ayahmu bercerita kemarin, katanya mereka sempat bercerai lima tahun lalu, tapi kemarin aku melihat mereka bersama, ada kemungkinan mereka balikan atau sekedar berteman. Ini kesempatan buat kamu, apakah kamu bisa?" Kata Ibu  dengan geram     

"Tapi, bagaimana caranya aku bisa merebut hati tuan Julian?"      

"Kita harus membuatnya percaya kalau dia sudah salah menikahi Qiara. Kalau itu tidak mempan, maka kamu harus bisa membuat Julian benci pada Qiara."  Ibu tersenyum licik setelah mengutarakan ide busuknya itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.