Istri Kecil Tuan Ju

Keputusan Yang Berat.



Keputusan Yang Berat.

0Malam ini semua masih terasa mimpi bagi Sarah, karena anaknya yang selalu memperlihatkan betapa kuatnya dia malah menangis seperti bayi di pelukannya.      

Sementara itu Nathan duduk di kursi tinggi pengunjung. Tepat saat itu ia mengingat Yumi seketika itu ia langsung membuat panggilan ke nomer Yumi.      

"Halo? " Terdengar suara Yumi dari seberang telpon, namun terdengar sangat lemah dan malas.     

"Halo, Yumi! Tolong maafkan aku karena aku tidak pamit dengan cara yang benar! " Kata Nathan dengan tulus.      

"Tidak apa-apa! " Jawab Yumi dengan santai.     

"Apakah kamu baik-baik saja? Atau, kamu sedang sakit? " Tanya Nathan dengan panik karena suara Yumi terdengar sangat lemah di telinganya.      

"Aku baik -baik saja, bahkan sangat baik!" Ucap Yumi sambil tersenyum pahit karena ia merasa air matanya susah kering untuk menangisi kisah cintanya bersama Nathan.      

"Syukurlah kalau begitu. Oh kita ya, nanti, aku pasti kembali ke panti asuhan untuk melanjutkan rencana kita! " Ucap Nathan dengan bersemangat setelah mengucapkan hal itu karena dia menang tidak sabar untuk menikahi Yumi.      

"Kamu tidak perlu repot karena aku sudah tidak ada di Panti asuhan dan mulai malam ini, mari kita jalani hidup kita masing-masing! Karena aku tidak akan pernah menikah dengan lelaki tanpa restu orang tuanya. Soal cinta, jangan kamu tanyakan lagi karena itu masih tetap sama, hanya saja aku terlalu lelah sehingga aku memilih melepaskan. Karena aku mencintaimu, maka aku melepas mu. Maaf, aku harus menutup obrolan ini. "     

Nathan tertegun saat mendengar kalimat terakhir Yumi. Ia pernah mendengar kalau cinta tak harus memiliki, sekarang ia merasa kalimat itu tertuju padanya, padahal dulu ia yakin bisa mendapatkan cintanya, tapi waktu dan keadaan tidak memihak nya.      

Seketika itu Nathan merosot ke lantai, ponselnya jatuh karena tangannya gemetar.      

Di lorong rumah sakit yang sepi itu Nathan bebas menangis sejadi-jadinya. Ia meringkuk sambil menunduk menikmati ia akan tangisnya.     

Sementara itu, Yumi duduk sambil menatap cermin dengan tatapan yang sendu setelah ia selesai membersihkan dirinya.     

Ia sadar kalau cintanya sama Nathan masih sama, tak berbeda seperti pertama kali ia mengatakan itu di hadapannya.      

Bahkan saat ia harus menunggu cintanya terbalas ia tetap sabar menunggunya bertahun-tahun. Kisahnya dengan Nathan benar-benar panjang.      

'Nathan, aku baru sadar kalau cintamu hanya menjadi pelukan dalam dinginku dan tempat singgah yang berat sekali untuk ku tinggalkan, tapi aku harus melanjutkan perjalanan karena kamu bukan tempat persinggahan terakhirku. Nathan, aku masih sangat ingat ketika aku terpaksa beradu mulut dengan Ayahmu yang mencoba membuatku meninggalkanmu. Tapi, aku tetap kembali padamu. Kemudian waktu menegurku sehingga aku tersadar bahwa impian bersamamu adalah delusiku, siluet yang ku bangun demi mengisi tempatnya yang tak terisi cinta lain.' Batin Yumi.     

Yumi menangis sejadi-jadinya setelah mengatakan itu. Keputusan nya sudah bulat sehingga ia tidak akan pernah mau kembali bersama Nathan. Karena itu yang terbaik buat dirinya dan Nathan.     

Yumi sadar kalau dia dan Nathan bagaikan langit dan bumi, jika di paksakan makan mereka akan terus saling melukai.      

Setelah itu Yumi merangkak keatas ranjang Kevin yang hangat. Ia lalu memejamkan matanya dengan paksa sembari berharap kalau besok ia akan terbangun dengan perasaan yang lebih baik.      

Kantor Polisi.     

Sementara itu, Julian dan Papa nya sedang bicara sambil berhadapan di ruang khusus buat tahanan spesial. Karena yang datang Julian, pihak kepolisian itu pun mempersilahkan nya masuk walaupun ia datang di tengah malam.     

"Kamu harus menemukan siapa yang sudah menjebak Papa! " Perintah Tuan Jhosep.     

"Apakah Papa yakin jika ini adalah jebakan? "     

Julian masih terlihat sangat santai karena dia adalah orang yang tidak suka berada dalam situasi panik saat harus menghadapi hal yang belum jelas.      

"Papa sangat yakin, karena saingan Papa sangat banyak. Namun, sebelum kamu menemukan mereka, kamu harus memastikan agar Papa bisa pulang besok. Kasian Mama mu, pasti dia frustasi jika Papa terus di penjara. " Kata Tuan Jhosep dengan ekspresi khawatir.     

"Itu mudah bagiku. Akan tetapi, aku punya syarat!"     

Tuan Jhosep menatap putranya itu dengan tatapan menyelidik seolah ia mulai mencurigai anaknya sendiri.      

"Katakan apa yang kamu mau!" Ucap Tuan Jhosep.     

"Aku ingin, Papa bawa Rena ke hadapan Mama, akui kalau dia anak Papa. Selain itu, lepasin Mama Rena dari rumah sakit gila karena dia tidak gila!"      

Tuan Jhosep terdiam seketika saat mendengar permintaan Julian, dia tidak menyangka kalau Julian akan meminta hal yang tidak semudah itu.      

"Apakah Papa sanggup! " Tanya Julian sekali lagi.      

Tuan Jhosep menatap sinis kearah Julian, seketika itu ia merasa menyesal telah memberikan seluruh kekuasaannya kepada Julian sehingga sebagian dari beberapa orang penting ada dibawah kendali Julian, sehingga ia tidan memiliki pilihan lain.     

"Apa kamu yakin Mama mu akan baik-baik saja jika dia mengetahui perselingkuhan Papa sampai memiliki anak? " Tanya Tuan Jhosep lagi.      

"Setidaknya Mama tahu dari Papa, bukan orang lain. Selain itu, Papa tidak perlu khawatir karena Mama sangat mencintai Papa. " Jawab Julian..     

"Baiklah, Papa akan lakukan. Jadi, bisakah kamu membawa Papa pulang sekarang? "     

"Tidak sekarang, setidaknya sampai besok pagi. Karena polisi harus kerja lembur malam ini karena Papa. Jika pun Papa bisa pulang besok, tentunya Papa akan menjadi tahanan luar. Kalau begitu, Aku akan pergi sekarang untuk menemani Mama di Rumah sakit. "Kata Julian sambil berdiri.     

"Aku akan meminta direktur firma hukum yang selama ini mendapat dukungan JJ Grup untuk mengirim pengacara terbaiknya untuk melepaskan Papa. Karena Papa tidak percaya lagi dengan pengacara JJ Grup. Jadi, kamu tidak perlu repot. Baiklah, sampaikan salam ku pada Mama, katakan padanya kalau Papa baik-baik saja! " Sahut Tuan Jhosep.      

"Tentu."     

Setelah mengatakan itu, Julian segera pergi meninggalkan ruangan itu sambil mengenakan kaca mata hitamnya. Julian tersenyum mendengar perkataan Papa nya tentang pengacara, karena di kota A tidak ada pengacara yang bisa menandingi kehebatan pengacara JJ Grup.     

Di tengah jalan, entah kenapa Julian ingin sekali memeriksa keadaan Qiara di rumah. Ia pun mengambil ponselnya untuk memeriksa CCTV.     

"Sudah larut malam, kemungkinan Qiara sudah tidur. Tapi, aku harus mengeceknya agar perasaanku bisa tenang." Ucap Julian sambil menatap layar ponselnya.     

Akan tetapi ia tidak melihat Qiara di mana-mana. Ia pikir kalau dia ada di kamarnya. Ia pun segera membuat panggilan ke rumahnya.      

'Kemana Qiara? Kenapa dia tidak terlihat di mana-mana? Apakah dia ada di kamar Zio?' Batin Julian dengan perasaan heran.     

Tidak lama kemudian, Bibi Liu mengangkat telponnya dengan cepat.     

"Halo Tuan, selamat malam! " Terdengar suara tegas Bibi Liu dari seberang telpon.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.