Istri Kecil Tuan Ju

Seperti Inikah Rasanya?



Seperti Inikah Rasanya?

0Setelah itu, Gavin mendekati Yumi yang masih duduk di ranjangnya.      

Yumi kebingungan harus melakukan apa saat melihat Gavin mendekatinya. Tapi ia tetap diam karena ingin tahu apa yang akan Gavin lakukan padanya.     

Sesaat kemudian.     

"Kenapa Tante menangis? " Tanya Gavin sambil menyeka air mata Yumi di pipinya.     

Seketika itu Yumi terkejut karena apa yang Gavin lakukan luar dari apa yang dia pikirkan.     

"Apakah Papa menyakiti Tante?" Sekali lagi Gavin bertanya dengan disertai dugaan.     

"Ahh ... Tante tidak menangis, Tante hanya kelilipan. Tapi, terimakasih karena kamu sudah perhatian pada Tante. Ya sudah, kamu tidur lagi karena ini masih malam." Jawab Yumi sambil memegang tangan kecil yang baru saja menyeka air matanya itu.     

Tanpa mengatakan apapun, Gavin kembali masuk kedalam selimutnya. Ia lalu memejamkan matanya kembali karena ia memang masih sangat mengantuk.     

'Apakah begini rasanya jika kita punya anak? Diperhatikan oleh anak orang lain saja hatiku merasa bahagia sekali. Apalagi anak sendiri. Andai saja Axel masih hidup. Mungkin, aku tidak akan merasa kesepian.' Batin Yumi.     

Setelah itu, Yumi keluar dari kamar Gavin dan menemukan Kevin sudah berdiri di depan pintu kamar Gavin.     

"Apakah kamu sudah selesai? Gavin tidak marah kan padamu?" Tanya Kevin dengan sedikit khawatir. Karena dia tahu betul watak Gavin.     

"Tidak. Dia adalah anak yang baik dan pintar. Pak Kevin sudah berhasil mendidiknya menjadi anak yang perhatian dan penyayang. Kalau begitu, aku akan istirahat di kamar bapak. Selamat malam!" Setelah menjawab pertanyaan Kevin, Yumi segera pergi karena dia memang harus segera tidur agar bisa pergi dari rumah Kevin dengan cepat.     

Sementara itu, Kevin segera masuk ke kamar Gavin karena ia juga butuh istirahat setelah melakukan perjalanan panjang yang melelahkan.     

Rumah Sakit kota A.     

Sementara itu di rumah sakit, Jasmin akhirnya masuk ke ruangan Ibunya. Karena dia sudah tidak tahan lagi.     

Tepat saat itu, Sarah membuka matanya lalu tersenyum melihat anak sulungnya datang.     

"Kakak? " Nathan langsung memeluk Jasmin karena ia sangat senang melihat kakak nya akhirnya mau datang menemui ibunya.     

"Jasmin... " Suara Sarah sangat lemah namun tatapannya sangat berbinar saat melihat anak tercintanya itu.     

Tanpa mengatakan apapun, Jasmin langsung melepas pelukan Nathan lalu bergegas memeluk ibunya.      

"Mama, maafkan Jasmin karena sudah lama menghilang! " Ucap Jasmin sambil menangis sesegukan.      

"Tidak apa-apa sayang. Oh ya, kapan kamu kembali ke Amerika? " Tanya Sarah sambil menyentuh pipi lembut dan wajah cantik milik Jasmin.     

"Awalnya aku akan kembali besok pagi. Tapi, aku membatalkannya karena aku tidak ingin meninggalkan Mama yang sedang sakit. Aku akan memutuskan menetap di kota A asalkan Mama mau bercerai dengan Papa."      

Mendengar jawaban Jasmin, Sarah terdiam sesaat karena permintaan putrinya itu sangat berat.     

"Kenapa kamu ingin Mama dan Papa cerai dari dulu! Bukankah seorang anak akan bahagia bila memilki keluarga utuh?" Tanya Sarah sambil mengamati tatapan Jasmin yang dibanjiri oleh air mata.     

Untuk sesat Jasmin terdiam karena dia tidak sampai hati untuk mengatakan apa yang selama ini dia sembunyikan.     

"Kakak jawab dong pertanyaannya Mama! " Desak Nathan.     

"Karena Papa sudah mengkhianati Mama, dia beberapa kali selingkuh dari Mama, bahkan dia memiliki anak perempuan seumuran Nathan. "     

Jasmin sudah tidak bisa diam saat melihat kondisi Mama nya, ia tidak mau menipu perempuan lemah lembut itu lagi.     

Tapi, apa yang Jasmin khawatirkan tidak sperti yang dia bayangkan, reaksi Mama nya biasa saja. Justru Nathan yang terlihat menggila.     

"Kakak, apa yang kakak katakan? Mama lagi sakit, tidak bisakah kakak menahannya? " Tanya Nathan dengan ekspresi yang mulai gelap.      

"Nathan, bisakan kamu keluar sebentar sayang? Mama mau bicara dengan kakak mu! " Kata Sarah dengan suara yang lembut.     

Sarah tidak ingin anak lelaki nya itu semakin membenci ayahnya jika tahu bagaimana ulah sang ayah.      

"Khem ... " Nathan benar-benar berat saat terfikir harus beranjak. Ada rasa tak rela melepas genggaman tangan ibunya.      

"Nathan ... " Sarah mencoba meyakinkan Nathan untuk keluar.     

"Baiklah Ma! " Setelahtu Nathan keluar dari ruangan itu dengan berat hati.      

Sesaat Kemudian.     

Sarah berusaha untuk duduk dibantu oleh Jasmin. Setelah itu ia menatap Jasmin dengan tatapan yang lembut.     

"Apapun yang Papa lalukan, tolong jangan benci dia." Ucap Sarah dengan ekspresi memohon.     

Jasmin terkejut, ia tidak menyangka kalau Mama nya masih membela Papanya.     

"Tapi, Papa sudah mengkhianati Mama. Kenapa Mama masih membelanya? Harusnya Mama membencinya." Kata Jasmin dengan ekspresi gelap.     

Jasmin tidak mengerti bagaimana cara Mananya berpikir. Ia geram sendiri karena sudah lama menyimpan rahasia itu hanya karena ketakutan nya akan kondisi jantung Mamanya.     

"Jika Mama membenci Papa, itu artinya Mama juga membenci semua anak-anak Mama. Selama ini Mama bertahan dan menyembunyikan rasa sakit Mama demi kalian semua. Mama tidak mau kalian tumbuh dengan orang tua yang tidak lengkap. Mama menutup mata dan telinga Mama untuk semua tindakan buruk Papa karena Mama adalah istrinya. Tugas Mama adalah menutupi aib suami Mama. " Jelas Sarah sambil meneteskan air mata.     

Seketiak itu Jasmin tercengang, ia tidak menyangka kalau selama ini Mama nya tahu semuanya. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana sakitnya Sarah menjalani hidup dalam luka demi anak-anaknya.     

"Mama, aku tidak akan jauh-jauh lagi darimu! Aku akan menjagamu. " Ucap Jasmin sambil memeluk ibunya dengan erat. Ia tidak ingin bertanya lebih jauh lagi karena itu hanya akan mengungkit luka lama ibunya.     

Selama ini, Sarah meniti perasaannya dengan senyum dan bertindak romantis di hadapan semua orang. Ia memperlakukan suaminya seperti seorang raja walaupun hatinya sudah lukai.     

"Mama anggap itu adalah janji!" Ucap Sarah sambil memegang tangan putrinya dengan tatapan yang berkaca-kaca karena anak pertama nya sudah kembali padanya.      

"Iya, Jasmin Janji Ma! " Setelah penegasan itu, Jasmin menautkan kelingkingnya dengan Sarah sambil tersenyum diantara tangisnya.     

"Mama sangat mencintaimu sayang!" Sarah memeluk erat anak sulungnya yang sudah lama meninggalkannya itu.     

Seketika itu, berakhir sudah benteng yang mereka bangun kuat-kuat agar tidak menangis. Keempat bola mata itu tidak lagi beradu selain mengucurkan beban rindu dari hati ke pipi yang berbisik dari isakan-isakan yang tertahan.     

"Aku juga mencintai Mama! " Jasmin mengatakan yang sebenarnya karena selama ini ia hanya merindukan ibunya. Akan tetapi, ia membencinya karena selalu mendukung Ayahnya.      

Kini Jasmin sudah tahu kebenarannya, hatinya pun terasa sesak karena penyesalan yang mendalam yang ia rasakan.     

Hampir saja dia kehilangan kesempatan untuk minta maaf. Andai Sarah jujur lebih awal, mungkin Jasmin tidak akan berpikir untuk meninggalkannya.     

Malam ini semua masih terasa mimpi bagi Sarah, karena anaknya yang selalu memperlihatkan betapa kuatnya dia malah menangis seperti bayi di pelukannya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.