Istri Kecil Tuan Ju

Ide Licik Viona. (Cerita Sedikit Berubah)



Ide Licik Viona. (Cerita Sedikit Berubah)

0Setelah selesai membatin, Maxwell pun segera masuk ke mobilnya karena dia berfikir kalau dia masih bisa mengusahakan agar Qiara mau diantar pulang olehnya.      

Sementara itu Qiara mulai resah setelah melihat jam yang sudah menunjukkan pukul dua belas malah, ia khawatir Zio akan bangun dan mencarinya.      

Belum sempat Maxwell berusaha lagi, taxi malah mendahuluinya. Ia pun sedikit kesal tapi ia tetap mengikuti taxi Qiara karena dia ingin memastikan kemana Qiara akan pulang.      

"Kemana Qiara akan pergi? Apakah ke rumah Julian? Tapi, ia pasti ke rumah Julian karena dia suaminya. 'Batin Maxwell sambil fokus membuntuti taxi yang Qiara gunakan.     

Sementara itu, di Istana Flory. Virsen langsung datang ke kamar Viona.     

"Apakah kamu mau minum?" Tanya Viona sambil menjulurkan satu gelas anggur Italia ketika melihat Virsen sudah duduk di kursi dengan ekspresi gelap.     

Tanpa menjawab pertanyaan Viona, Virsen langsung mengambil gelas itu dan meminum hingga habis.     

"Aku sangat marah ... " Ucap Virsen sambil melempar gelas itu ke tembok.     

Viona tetap duduk dengan tenang di seberang Virsen. Karena ia tahu betul bagaimana watak adik sepupunya yang mengerikan itu.     

"Apa kamu punya ide? " Tanya Virsen sambil menatap sinis kearah Viona.     

Seketika itu Viona tersenyum lalu membalas tatapan Virsen, ia lalu berkata, " Kenapa kamu menggunakan kebodohanmu untuk menyerang orang yang tidak mungkin kamu kalahkan. Maxwell ataupun Julian bukan tandingan mu. Tapi, masih ada satu cara untuk menumbangkan keduanya dengan mudah. Tidak hanya itu, kamu juga bisa membawa Rena kembali ke pelukanmu. Aku akan memberitahu mu karena kamu sudah memberi ku tentang kembalinya Julian dan Qiara."     

Tatapan Virsen langsung menyela buas mendengar apa yang Viona katakan. Walaupun ia sedikit tersinggung, tapi ia merasa tertarik dengan ide yang Viona maksud.     

"Katakan apa yang harus aku lakukan?" Tanya Virsen dengan tidak sabaran.     

"Bukankah kamu adalah seorang pengacara yang dulunya sangat terkenal di Amerika? Bukan sembarang pengacara, melainkan pengacara bagi penjahat kelas atas. Tapi, kamu merusak image mu hanya karena cinta. Jadi, jika kamu ingin memenangkan segalanya maka kembalilah jadi Virsen yang hebat itu. Lawan mereka melalui jalan yang halus. Dan mulailah dengan menawarkan diri menjadi pengacara tuan Jhosep. Aku juga tahu kalau kamu dan tuan Jhosep pernah terlibat kerjasama yang mengerikan. Jika kamu bisa melakukannya maka aku akan memberikanmu saham Istana Flory lebih banyak lagi. Bagaiman?" Jelas Viona sambil tersenyum.     

Mata Virsen kembali menyala buas. Ia tersenyum karena tidak pernah memikirkan ide sebagus itu. Dia harus menang dan hidup dengan pantas agar ia bisa berdiri tegak untuk menghadapi Maxwell.     

"Bagaimana Tuan Jhosep bisa masuk penjara?" Tanya Virsen.     

"Aku akan kirim data tentang itu ke email ku. Jadi, lebih baik kamu segera kembali ke kamarmu dan pelajari kasusnya. Setelah itu temui dia di kantor polisi! Pastikan kalau dia bisa keluar secepatnya. Dan jangan lupa menyebut namaku yang sudah menyarankan mu. "      

Virsen tersenyum licik mendengar ide hebat Viona. Ia pun langsung mengangguk lalu meninggalkan kamar Viona dengan cepat.     

Setelah Virsen meninggalkan kamarnya, Viona pun berdiri di dekat jendela sambil tersenyum menatap malam yang gelap dari balik jendelanya.     

'Qiara ... Pertarungan akan kita mulai. Aku tidak hanya akan merebut Julian, tapi juga mengambil Zio darimu. Selama aku hidup, kamu jangan berpikir bisa hidup dengan damai. Maxwell akan segera membencimu. Tunggu sampai aku menemukan cara untuk melakukannya.'Batun Viona.      

Setelah itu ia meletakkan gelas minumannya dan membiarkan pecahan gelas yang dipecahkan Virsen berserakan di lantai. Viona merangkak ke ranjangnya lalu memejamkan mata karena ia harus rapat besok paginya.     

Rumah Kevin.     

Setelah menempuh perjalanan jauh dari kota C ke kota A. Kevin akhirnya sampai di rumahnya. Ia membawa Yumi bersamanya karena malam sudah larut.     

Sesaat kemudian.     

Yuki turun dari mobil mengikuti Kevin walaupun ia tidak begitu nyaman harus masuk ke rumah lelaki. Tapi, hatinya langsung melembut saat mengingat ada Gavin yang juga tinggal di rumah ini.     

"Kamu istirahat di rumah ini, selain itu kamu bebas melakukan apa saja yang kamu mau. " Kata Kevin setelah mereka masuk ke dalam rumah.     

"Tapi... "     

Belum sempat Yumi melanjutkan kata-katanya, Kevin langsung mendahuluinya.     

"Kamu bisa menggunakan kamarku karena aku akan tidur di kamar Gavin." Setelah mengatakan itu, Kevin segera pergi dari hadapan Yumi.     

"Tunggu dulu pak Kevin ... " Yumi mengejar Kevin lalu berdiri di hadapannya.     

"Ada apa ?" Tanya Kevin dengan heran.     

"Saya ingin melihat Gavin sebelum saya tidur." Jawab Yumi yang tidak mengerti kenapa perasaannya menjadikan aneh saat membayangkan wajah lembut Gavin.     

Seketika itu Kevin terdiam, dia menatap dalam ke mata Yumi. Ia merasa aneh karena Yumi hanya sekali bertemu Gavin tapi ingatan Yumi tentang Gavin masih sangat jelas.     

"Apakah boleh!" Tanya Yumi dengan ragu.     

"Kamu tinggal lurus saja, setelah itu ada tangga dan naiklah. Kamu tinggal belok kanan untuk bisa menemukan kamar Gavin." Kata Kevin.     

"Terimakasih. " Setelah itu Yumi segera pergi menuju kamar Gavin dengan senyum yang lebar.     

Mengingat Gavin membuat semua rasa sakit Yumi menghilang. Perasaan yang membingungkan itu membuat Yumi tidak sabar untuk melihat Gavin.     

Beberapa saat kemudian.     

Yuki sudah duduk di samping ranjang Gavin. Ia menatap anak kecil yang menggemaskan itu dengan tatapan yang lembut.     

"Hey ... Gavin ... Apa kabar? Apa kamu masih ingat dengan Tante?" Tanya Yumi sambil menyentuh tangan kecil Gavin.     

Tepat saat itu, ia teringat Nathan yang sudah meninggalkannya dengan tega. Seketika itu Yumi langsung menangis meratapi kesedihannya dan memukul dadanya berkali-kali dengan pelan agar tidak membangunkan Gavin.     

'Mengapa kau begitu kejam padaku? Mengapa kau terus mempermainkan perasaanku? Memangnya apa salahku sehingga kau dengan tega meninggalkanku tanpa pesan, aku merasa sudah tidak mengenalmu lagi Nathan. Ya Tuhan, apakah seperti ini sakitnya saat orang yang kita cintai mengabaikan kita? Mengapa rasanya begitu sakit sekali dibandingkan dulu.' Batin Yumi.     

Tanpa sadar, air matanya jatuh di tangan mungil Gavin. Seketika itu Gavin membuka matanya lalu mengerjapkannya beberapa kali. Setelah itu ia menyadari seorang sedang berada di sampingnya.     

Dengan cepat Gavin menghindar lalu menyalakan lampu kamarnya.     

"Siapa kamu?" Tanya Gavin dengan tatapan tajam yang mengerikan.     

Yumi langsung mendongak melihat wajah kecil yang menenangkan hatinya itu.      

"Astaga ... Maafkan aku karena sudah membuatmu terbangun. Aku kesini karena ingin melihatmu sebelum aku pergi tidur. Aku adalah teman Papa mu yang datang kemarin." Jelas Yumi sambil memaksakan senyumnya kearah Gavin.     

Untuk sesaat Gavin terdiam. Ia menatap tajam kearah Yumi yang masih mengeluarkan air mata itu.      

Setelah itu, Gavin mendekati Yumi yang masih duduk di ranjangnya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.