Istri Kecil Tuan Ju

Tante Bukan Mama ku!.



Tante Bukan Mama ku!.

0"Sayang, lain kali kamu tidak boleh berlari ya, soalnya Mama khawatir kamu akan terluka lebih dari ini. " Kata Qiara yang tidak sadar sudah memanggil dirinya Mama.      

Seketika itu Zio mendongak menatap mata Qiara dengan ekspresi yang rumit.      

"Ada apa kamu melotot seperti itu sayang? Apakah Mama ada salah sama kamu? " Tanya Qiara lagi saat melihat tatapan aneh Zio.      

"Tante bukan Mama ku, jadi tante tidak boleh memanggil diri Tante Mama!" Ucap Zio dengab ketus.     

Qiara langsung gemetaran karena Zio lagi-lagi mengatakan kalau dia bukanlah ibunya dan itu adalah hal yang sangat menyakitkan bagi Qiara. Seketika itu Qiara meneteskan air mata.     

"Tante kenapa nangis? Apakah ada yang menyakiti tante? " Tahya Zio sambil menyeka air mata Qiara dengan tangan mungilnya.      

"Hahaha... Siapa bilang kalau tante sedang menangis? Tante hanya kelilipan makanya mata tante berair. " Jelas Qiara sambil mencium punggung tangan Zio.      

'Sayang... Sampai kapan kamu akan menolakku sebagai Mama mu, padahal aku sudah menunjukan sikap seorang ibu padamu. Tapi, kenapa kamu tidak juga memanggilku dengan sebutan itu. Zio, sampai kapan kamu akan begini sayang?'Batin Qiara dengan perasaan yang tidak menentu.     

"Oh begitu ya! " Ucap Zio sambil menganggukkan kepalanya.      

"Oh iya sayang, kenapa kamu lari tadi? Bukankah biasanya kamu jalan dengan tenang saat menyambut tante? " Tanya Qiara setelah selesai mengompres lutut Zio yang sedikit lebam.     

Sebelum bicara, Zio menatap Qiara dengan sendu, setelah itu bibirnya mengerucut lalu air matanya keluar dengan perlahan.      

"Sayang, kenapa kamu menangis? " Tanya Qiara dengan panik sambil menyeka air mata yang jatuh di pipi lembut Zio.      

"Nenek ada di rumah sakit. Papa bilang tidak akan pulang sekarang, tapi aku mau melihat nenek karena aku kasihan." Jawab Zio dengan bibir yang bergetar.      

Hati Qiara menjadi resah saat ne dengar apa yang Zio katakan. Walaupun anaknya cerdas, tapi ia tahu kalau anaknya memiliki sisi mudah menangis.      

"Kita akan pergi besok. Sekarang sudah makan dan Zio harus tidur. Apakah Zio mau tidur sama Tante? " Tanya Qiara dengan ragu.     

Zio langsung mengangguk, ia benar-benar sedih karena ia juga menyayangi neneknya. Qiara juga ingin melihat keadaan mertuanya itu, tapi dia tidak mungkin datang karena itu pasti akan membuat mertuanya kesal.      

"Aku mau Tante. " Jawab Zio. Setelah itu, ia memeluk Qiara dengan tubuh mungilnya yang lembut. Seketika itu Qiara terkejut karena ini pertama kalinya Zio memeluknya dengan hangat.      

"Ya ampun ... Putraku memelukku, jadi seperti ini rasanya menjadi ibu yang disayangi oleh anaknya? Tapi, mau sampai kapan Zio akan memanggilku tante? Aku ingin sekali mendengar dia memanggilku Mama. Apakah ini hukuman buatku?' Batin Qiata sembari meneteskan air mata lagi.     

Hati Qiara terasa sakit, ia menyesal dulu pernah membenci keberadaan Zio dalam rahimnya. Sekarang, dia harus menerima kenyataan saat Zio tidak mau mengakui keberadaan seorang Mama.     

Anak yang dulu tidak dia inginkan sekarang membuatnya mengemis untuk di panggil Mama.      

Setelah itu, Qiara membawa Zio untuk mencuci kaki dan sikat gigi sebelum mereka tidur.      

Kamar Zio.     

"Sayang, tidur ya! " Ucap Qiara setelah mereka sudah berada di atas ranjang.      

Seketika itu pun Zio memejamkan matanya, lalu dengan manja ia memeluk Qiara dengan tangan mungilnya itu.      

"Biasanya Papa akan memelukku jika aku sedang sedih, jadi apakah aku boleh minta di peluk! " Tanya Zio sambil mendongak melihat Walah Qiara.      

'Kenapa kamu harus bertanya sayang? Tanpa kamu minta pun Mama akan memelukmu, bahkan sampai pagi. 'Batin Qiara sambil meneteskan air mata lagi.     

"Tante kenapa nangis lagi? Apakah permintaan Zio berat? "      

"Siapa bilang berat? Tante itu sedih mengingat nenek di rumah sakit. Ya sudah, kamu tidur dan tante akan memelukmu sampai kamu terbangun. Oke!. " Sahut Qiara dengan cepat sebelum Zio semakin salah faham padanya.      

"Iya."Setelah itu Zio memejamkan matanya. Tidak lama kemudian dia tertidur dengan nyenyak. Seketika itu Qiara mencium wajah Zio dengan rakusnya.     

Tepat saat itu, ponselnya bergetar, seketika itu Qiara mengambil ponselnya di atas meja kecil yang cukup dekat dari ranjang Zio.     

Melihat ID pemanggil, Qiara pun langsung menggeser icon berwarna hijau di ponselnya karena itu adalah Julian.     

"Halo sayang.. " Terdengar suara lembut Julian dari seberang telpon.      

"Kamu dimana? Apakah kabar Mama baik! " Tanya Qiara dengan suara berbisik agar tidak membangunkan Zio.      

"Aku sedang di jalan menuju kantor polisi, aku mau melihat Papa. Soal Mama, dia sudah membaik. Ada Nathan yang menemaninya di sana. Oh iya, bagaimana Zio? Apakah dia sudah tidur?"     

"Zio baru saja, dan sekarang aku sedang menemaninya di kamarnya. Tadi, dia sedih sekali karena tahu Mama di rumah sakit. Untungnya dia tidak merengek untuk diantar ke rumah sakit.!" Jelas Qiara dengan suara yang lemah.     

"Terimakasih ya sayang karena kamu sudah mau menemani Zio. Sekarang kamu tidurlah, agar besok kamu bisa syuting dengan baik. "      

Qiara terdiam sejenak, dia sedikit tersinggung dengan perkataan Julian yang mengucap terimakasih.      

"Sayang, apakah kamu masih ada di sana? " Tanya Julian.      

"Iya. Aku akan istirahat sekarang. Kamu hati-hati di jalan ya! "      

"Iya. "     

Setelah itu Julian menutup panggilan. Seketika itu Qiara cemberut karena Julian benar-benar menyinggungnya. Walaupun begitu Qiara tidak mau memperpanjangnya karena dia tahu kalau Julian sedang banyak pikiran dan masalah.      

'Julian, tidak semestinya kamu mengucapkan terimakasih, karena Zio juga anakku. Aku wajib menjaga dan melindunginya agar tidak terluka dan sedih. Tapi, aku sadar kalau aku bukan anak remaja lagi yang harus merengek akan hal yang tidak penting. Sebaiknya aku tidur sekarang. '     

Setelah membatin, Qiara pun langsung memejamkan matanya dan tertidur di samping Zio sambil memeluknya.     

Namun ia terbangun lagi saat mendengar getar ponselnya, seketika itu Qiara membuka matanya lagi karena ia khawatir jika itu Julian.      

"Ummm ... Nomer tidak di kenal, siapa ini? " Tanya Qiara pada dirinya sendiri setelah melihat nomer baru itu.      

Karena penasaran, Qiara langsung mengangkatnya.      

"Halo, ini siapa? " Tanya Qiara duluan dengan suara yang sama-samar.      

"Halo Adikku yang sayang... "      

Qiara membuka matanya dengan sempurna saat mengenali suara itu. Iya, suara itu adalah milik Helena yang merupakan kakak tirinya.      

"Helena... ? "      

"Iya ini aku adikku sayang. Oh iya, apa kamu bisa menebak aku sedang ada dimana? " Jawab Helena.      

"Apa yang kamu inginkan? " Tanya Qiara dengan sinis.      

"Hahaha... Aku tidak menyangka kalau kamu sangat tanggap. Baiklah, aku akan memberitahumu kalau aku sedang berada di Istana Flory lantai 70. Disini pemandangannya sangat indah sehingga aku tidak ingin keluar. " Kata Helena sambil memandang keluar jendela itu dengan sombong.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.