Istri Kecil Tuan Ju

Sudah Saatnya untuk Jujur.



Sudah Saatnya untuk Jujur.

0Qiara pun terkejut mendengar apa yang Julian katakan, ia tidak menduga caranya segampang itu, tapi bagaimana dengan Rena?      

"Apakah Rena akan setuju?" Tanya Qiara dengan ragu.      

"Bukan Rena yang harus di tanya, tapi Qiano. Karena Rena sudah cinta mati sama dia. Jadi, tugasmu adalah meyakinkan Qiano. Mungkin sudah saatnya kamu jujur agar dia tidak berharap dan mau membuka hati untuk Rena."      

Sekali lagi Qiara terdiam mendengar apa yang Julian katakan. Dia memang sudah lama membohongi Qiano dan sekarang dia harus jujur.      

Jika dulu dia takut Qiano tahu, tapi sekarang dia tidak memiliki perasaan itu. Hanya ada Julian dan Zio di kehidupannya yang sekarang. Lagi pula cepat atau lambat Qiano akan tahu dan setidaknya dia sudah memberitahunya sebelum orang lain duluan.      

"Baiklah, setelah syuting iklan pagi ini aku akan menemuinya." Kata Qiara.     

"Baguslah. Oh iya, aku dengar kamu mendapat tawaran untuk bermain drama lagi. Apakah itu benar? " Tanya Julian.      

"Aku berharap lawan main ku bukan lelaki mesum yang menyebalkan. Aku masih belum mendapat peran utama." Jawab Qiara dengan sedih.      

"Kamu jangan patah semangat, seiring berjalannya waktu, kamu pasti bisa mendapatkannya. Ini hanya soal proses. Ya sudah, aku tutup dulu karena aku harus menyelesaikan pekerjaanku karena malam ini aku harus mengisi acara seminar untuk para pengusaha yang baru mulai merintis usaha mereka." kata Julian ketika melihat Andi sudah masuk ke ruangannya.      

"Iya. Selamat bekerja."     

Setelah itu Qiara kembali ke ruang tamu, tapi ia tidak menemukan Zio di sana yang ada hanya pensil gambar dan buku gambarnya saja.      

"Bibi Liu ... Apakah kamu melihat Zio? " Tanya Qiara dengan panik ketika ia sudah mencari Zio dimana-mana.      

"Terakhir saya lihat tuan kecil ada bersama anda di ruang tamu." Jawab Bibi Liu.     

"Tapi dia tidak ada sekarang. Tolong cari putraku! " Kata Qiara dengan khawatir.     

"Baik Nyonya. "      

Setelah itu bibi Liu memanggil semua pengawal untuk membantunya mencari Zio.      

Beberapa menit kemudian.     

Qiara mulai putus asa karena mereka tidak juga menemukan Zio. Qiara belum berani memberitahu Julian kalau Zio hilang karena dia tidak mau Julian panik sebelum memastikan Zio benar-benar hilang.      

"Apa kamu menemukan anakku?" Tanya Qiara ketika melihat bibi Liu sudah kembali bersama pengawalnya.      

"Tidak Nyonya. Apakah sebaiknya kita memberitahu Tuan?" Tanya bibi Liu dengan gemetaran karena dia tidak mau menjadi sasaran murka Julian.     

Zio adalah hidup Julian, jika terjadi apa-apa dengannya, kemungkinan dia akan mengamuk kepada semua orang.      

"Ahhh ... Aku harus gimana? Ya ampun Zio sayang kamu dimana?" Qiara merosot ke lantai sambil menangis tersedu-sedu.     

"Nyonya, Aku menemukan Tuan kecil dari CCTV rumah ini." Kata salah satu pengawal yang baru datang.     

Qiara pun langsung berdiri lagi dan merebut ponsel pengawal itu.      

Dari balik layar ponsel itu, Qiara bisa melihat kalau Zio berjalan sendiri menuju pintu keluar setelah menerima telpon.      

"Tante.... "     

Tepat saat itu, Qiara terkejut saat mendengar suara mungil Zio yang berasal dari pintu depan. Seketika itu Qiara menoleh kearah pintu.     

Ia langsung berlari saat lelaki kecil kesayangannya itu berdiri di depan pintu sambil mengukir sedikit senyum di sudut bibirnya.      

"Anakku..." Ucap Qiara tanpa sadar sambil memeluk erat tubuh mungil Zio.      

"Sayang ... Kamu darimana saja?" Sambung Qiara setelah puas memeluk dan mencium Zio.      

"Aku mengajaknya jalan-jalan di sekitar komplek karena dia ingin minum es krim."     

Mendengar suara akrab itu, Qiara pun langsung mendongak melihatnya. Seketika itu ia terkejut saat melihat ekspresi Jasmin yang begitu gelap.     

"Kak Jasmin?" Ucap Qiara sembari berdiri dengan gugup.      

"Halo Qiara... Lama tidak bertemu... !" Kata Jasmin sambil menyeringai kearah Qiara.      

Sebenci apapun dia pada Julian, tapi dia tetap adik kandungnya. Dia tidak rela adiknya di sakiti begitu juga dengan keponakannya.      

Jasmin tahu betul bagaimana ceritanya Qiara bisa meninggalkan anak dan suaminya dalam waktu bersamaan.      

"Selamat datang kak! " Sabut Qiara dengan penuh hormat.      

Setelah itu Jasmin masuk ke ruang tamu sambil membawa Zio tanpa memperdulikan sapaan Qiara.     

Qiara masih berdiri di depan pintu karena dia masih bingung mau bicara apa pada Jasmin yang belum menanyakan kepadanya tentang kenapa dia ada di rumah Julian.      

"Bintang Kecil, apakah kamu mau pergi ke Amerika bersama Momy?" Tanya Jasmin dengan suara yang besar setelah ia duduk di sofa bersama Zio.      

"Apakah Momy membutuhkan Zio di sana?" Tanya bocah kecil yang lembut itu.      

Mendengar Zio memanggil Jasmin Momy, hati Qiara terasa sakit karena dia adalah ibu kandungnya tapi Zio belum mau memanggilnya Momy.      

Zio pernah bilang kalau dia tidak butuh Ibu karena Ibunya adalah bintang yang ada di langit. Tapi, Qiara kini tahu siapa ibu bagi Zio, yaitu Jasmin.      

Dengan langkah yang ragu, Qiara berjalan mendekati sofa untuk bergabung bersama Zio dan Jasmin yang sedang asik ngobrol.      

"Iya, Momy sangat membutuhkan pangeran kecil Momy ini. Disana sangat sepi dan Momy selalu merindukanmu setiap waktu. " Kata Jasmin dengan cemberut.      

Qiara gemetaran menunggu jawaban Zio. Jika Jasmin membawanya pergi ke Amerika, itu artinya dia akan berpisah lagi dengan Zio yang baru saja bertemu dengannya dan belum memanggilnya ibu itu.      

'Zio... Mama mohon jangan tinggalkan Mama. Tolak ajakan Tante Jasmin dan tetaplah tinggal disini bersama Mama dan Papa! 'Batin Qiara dengan penuh harap.     

"Zio gak bisa ninggalin Papa. Tapi, jika Papa mau ikut maka Zio juga mau. " Jawab bocah pintar itu.      

Jasmin Langsung cemberut mendengar jawaban Zio, sedangkan Qiara merasa lega walaupun alasan Zio tetap tinggal adalah Papa nya, itu tidak masalah buat Qiara yang penting anaknya masih ada di sampingnya.     

"Baiklah, kalau begitu Zio bisa main di dulu di kamar, soalnya Momy mau bicara dengan tante itu! " Kata Jasmin sambil menunjuk kearah Qiara.      

"Iya Momy. " Setelah mengatakan itu, Zio pun segera masuk ke kamarnya.      

Setelah kepergian Zio, Jasmin menatap tajam kearah Qiara. Ia juga terkejut kenapa bisa melihat Qiara ada di rumah Julian. Tentu saja ada hal yang tidak dia tahu.      

"Silahkan duduk, saya akan membuatkan minuman untuk kakak! " Kata Qiara sambil tersenyum dengan sopan.      

Jasmin tidak merespon apa yang Qiara katakan, ia malah melangkah untuk lebih dekat dengan Qiara.      

Seketika itu Qiara bergidik ngeri dan nafasnya mulai tidak beraturan.     

'Kenapa kak Jasmin semakin mendekat? Apakah dia mau menamparku? 'Batin Qiara sambil mempersiapkan dirinya menerima hukuman dari Jasmin.     

"Apa kamu tahu seberapa aku membencimu? " Tanya Jasmin.     

Qiara terkejut mendengar pertanyaan Jasmin, karena ia tidak menduga kalau Jasmin akan memberinya pertanyaan seperti itu.      

"Saya mengerti kenapa kakak membenci saya. Oleh karena itu saya tidak akan menyangkalnya. " Kata Qiara dengan tegas.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.