Istri Kecil Tuan Ju

Di Cubit.



Di Cubit.

0Sepanjang jalan Julian tidak sabaran untuk segera sampai di rumah sakit. Ia pun beberapa kali meminta Andi untuk mempercepat laju mobilnya     

"Kamu kenapa Julian? "      

Mendengar suara lemah itu, Julian langsung menoleh kepada Qiara yang ada di pelukannya.      

"Ra, kamu baik - baik saja kan? " tanya Julian dengan mata yang berkaca - kaca. Dia takut setengah mati jika Qiara sampai kenapa - kenapa dan meninggalkannya seperti Vania. Sejauh itu Julian berfikir, karena dia sudah terlanjur nyaman dan terbiasa dengan Qiara.      

"Aku sudah merasa lebih baik. Jadi, kita pulang saja ya! "Jawab Qiara sambil tersenyum.      

"Aku harus membawamu ke rumah sakit untuk memastikan kalau kamu baik - baik saja. "      

Julian tidak mau mengambil Resiko jika dia sampai lengah dan tidak memeriksakan kondisi Qiara.      

"Yaaa ... Aku benci rumah sakit. Jadi, bisakah kamu ikuti kemauanku? "Kata Qiara dengan sinis.      

"Apa kamu yakin ?" Tanya Julian untuk memastikannya.      

"Kalau aku sudah bisa berbicara tidak sopan padamu, itu artinya aku sudah baik - baik saja. Apa. Kamu mengerti hah? " Kata Qiara dengan suara yang cukup keras.      

Andi hanya menghela nafas mendengar istri bosnya yang doyan sekali berteriak. Di waktu yang sama, dia juga merasa kasian pada bosnya karena memiliki istri yang tidak ada lembut - lembutnya.      

"Baiklah!"      

Julian akhirnya mengiyakan permintaan Qiara, karena dia tidak ingin membuat Qiara tambah kesal lagi.      

Julian pun, membawa Qiara pulang ke rumah mereka. Karena Julian tidak mau membuat Ibu nya ikut khawatit dengan kondisi Qiara.      

Sesampainya di rumah, Julian langsung membawa Qiara masuk ke kamar mereka.      

Qiara duduk di samping Julian sambil menatapnya dengan perasaan yang rumit. Ia masih ingat bagaimana gilanya Julian saat memukul orang yang membuatnya cidera.      

"Kenapa kamu menatapku begitu? Apa kamu marah aku menyentuh perutmu? Jangan salah faham! Aku hanya ingin memastikan kalau kamu baik - baik saja." tanya Julian dengan heran sambil mengelus - elus perut Qiara setelah ia menyingkap pakaian Qiara sedikit.      

"Maaf, karena aku sudah membuat keributan di kantormu. Aku datang hanya untuk mengantar laporanmu yang ketinggalan. "Ucap Qiara dengan ekspresi bersalah.      

"Tidak apa - apa! Tapi, lain kali kamu harus perhatikan siapa lawanmu dan harus lebih berhati - hati! Jaga emosimu. Jika, kamu terus mengikuti emosimu maka kamu akan menyesal seperti ini." Ucap Julian sambil menasehati Qiara dengan bahasa yang sederhana dan mudah di fahami Qiara tanpa membuatnya tersinggung.      

Setelah itu Julian langsung memeluk Qiara karena dia masih shok dengan kejadian itu.      

Mendengar nasehat Julian, Qiara langsung merasa geram karena dia fikir Julian tetap menyalahkannya. Seketika itu ia pun, segera melepas pelukan Julian dengan kasar.      

"Dasar lelaki mesum! Bisa gak sih jangan peluk-peluk sembarangan! Aku khawatir akan terjadi suatu hal yang tidak kita inginkan. Terlebih aku masih merasa sakit. " kata Qiara seraya memalingkan wajahnya dari Julian dengan kesal.      

"Ya sudah, maaf! Oh ya, kamu ngapain ke kantor?" Tanya Julian ketika mengingat Qiara yang tiba - tiba ada di kantor.      

"Itu sudah tidak penting lagi! Sekarang aku mau istirahat dulu. Jadi, kamu sebaiknya keluar saja! " Kata Qiara sambil mendorong Julian. Namun, tangannya berhenti ketika merasakan suhu tubuh Julian.      

"Kenapa badanmu panas? Apkah karena kamu berantem tadi? "Tanya Qiara dengan panik.      

Melihat Qiara tampak begitu khawatir, muncul ide di otak Julian untuk mengambil simpati Qiara.      

"Sepertinya aku demam."Jawab Julian sambil memegang dahinya tanpa ekspresi.      

Mendengar jawaban Julian, Qiara hilang ketenangan. Bagaimana pun juga dia adalah suaminya.      

"Apa semalam kamu begadang? " Tanya Qiara lagi dengan tatapan menyelidik.      

"Khemmm... Umm.. "      

Julian berdehem lalu mengangguk sambil memalingkan wajahnya karena gengsi.      

"Yaaa... Siapa suruh kamu begadang? Kamu sakit begini, aku yang repot. Dasar lelaki mesum merepotkan. Sekarang, naik ke ranjang!" Kata Qiara seraya menyeringai kepada Julian.      

Melihat Qiara mengomel, bukannya marah, Julian malah tersipu malu karena ini pertama kali nya Qiara memperdulikannya.      

"Ohh... Iya. "     

Setelah mengatakan itu, Julian pun langsung naik ke ranjang dengan patuh. Tidak lama setelah itu, Qiara menyelimuti tubuh Julian.      

"Tunggu disini? " ucap Qiara setelah selesai menyelimuti Julian.      

Setelah mengatakan itu, Qiara pun langsung keluar dari kamar. Julian penasaran dengan apa yang akan di lakukan Qiara. Niatnya dia yang ingin merawat, malah Qiara yang merawatnya.      

'Khemm... Apa dia sedang memperhatikanku? Apa ini artinya dia benar- benar khawatir padaku? ' Batin Julian sambil tersenyum malu lalu menyembunyikan wajahnya dibalik selimut.      

Lelaki dewasa yang memiliki kedudukan yang tinggi dengan status yang terhormat. Tiba - tiba menjadi bodoh dan kekanakan karena menikahi gadis seperti Qiara. Atau semua itu karena cinta mulai merongrong akal sehat sehingga logika terasa jungkir balik tak berdaya menahan diri.      

Tidak lama kemudian. Qiara masuk ke kamar dengan mebawa air dan handuk. Julian pun langsung duduk dan melihat Qiara sambil memicingkan matanya.      

"Apa yang ingin kamu lakukan? Jangan bilang jika kamu ingin menyiram tubuhku!" Tanya Julian dengan waspada     

"Aisss... Suami macam apa yang berfikir buruk pada istrinya?" Kata Qiara sambil mencubit perut Julian.      

"Hei... Sakit tau! Lalu, kamu mau apa jika tidak menyiramku? "Ucap Julian sambil menahan rasa sakit akibat cubitan Qiara.      

"Tadi, aku lihat di Yotube. Katanya, kamu harus di kompres untuk menurunkan demammu. Makanya aku bawa handuk dan air. " jawab Qiara sambil memeras handuk yang sudah dia basahi itu.      

"Ohhh... "      

Julian menganggukkan kepalanya sambil melirik ekspresi Qiara diam-diam. Namun, ketika Qiara melihatnya balik, Julian pun langsung memalingkan wajahnya dengan ekspresi yang rumit.      

"Kenapa kamu memalingkan wajahmu? Apa kamu jijik padaku? "Tanya Qiara dengan ketus sambil mengompres Julian.      

"Aku cuma tidak mau kamu melihat ekspresiku yang kesakitan. Sudah, jangan perdulikan aku! " kata Julian yang terburu - buru mengklarifikasi tindakannya yang membuat Qiara berprasangka buruk padanya.      

Mendengar jawaban Julian. Qiara pun, semakin khawatir, namun dia tidak berusaha mengajak Julian bicara lagi karena dia takut salah ngomong.      

Setelah selesai mengompres Julian. Qiara pun melepas kemaja dan dasi Julian yang masih melekat di tubuhnya. Qiara berfikir kalau Julian perlu ganti pakaian. Namun, Julian langsung memegang tangannya tepat saat dia sudah membuka satu kancing kemeja Julian.      

"Apa yang ingun kamu lakukan? Bukankah kamu tau aku lagi demam? Jika kamu memaksaku untuk melayanimu, kemungkinan kamu juga akan ikut demam. " ucap Julian sambil menatap mata Qiara yang terkejut gara - gara Julian memegang tangannya.      

Mendengar pertanyaan Julian. Seketika itu, ekspresi Qiara berubah gelap.      

Qiara berfikir kalau Julian mulai keterlaluan. Dia sudah baik merawatnya namun, Julian malah membalasnya dengan godaan yang membuatnya merasa malu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.