Istri Kecil Tuan Ju

Merasa Tidak Nyaman



Merasa Tidak Nyaman

0Entah kenapa orang cerdas seperti Julian mendadak aneh hanya karena memiliki istri aneh dan pemarah seperti Qiara.     

"Apa kamu sudah selesai? "Tanya Julian ketika melihat Qiara sudah rapi.      

"Sudah. "Jawab Qiara tanpa melihat Julian di belakangnya sedang duduk memperhatikannya.      

"Baiklah. Ayo keluar sama - sama! Semuanya sudah menunggu di meja makan !" seru Julian sambil berdiri lalu menghampiri Qiara.      

Setelah itu Julian menarik Qiara keluar tanpa memperdulikan pendapat Qiara. Walaupun begitu, ia tidak protes begitu dan mengikuti Julian dengan patuh. Sebab, ini rumah mertuanya.      

Tidak lama setelah itu. Mereka berdua pun, sampai di ruang makan. Seketika itu Qiara terkejut melihat Jhonatan duduk di sebelah Sarah.      

'Ini kasus namanya. Adik ipar kurang ajar itu ada disini. Minta di tampar kayaknya. Untung saja, ini rumah Mama mertuaku.' Batin Qiara sambil menunduk.      

"Qiara sayang ... Ayo duduk di dekat Mama! "     

Mendengar panggilan Sarah. Qiara pun langsung mendongak melihat kearah Mama mertuanya itu.      

"Khem... " Julian tersenyum kecil melihat ekspresi kesal Qiara ketika melihat Jhonatan. Dan Julian, tau betul itu.      

"Iya Ma! "Jawab Qiara seraya duduk di dekat Sarah. Sedang Julian duduk di samping Jhonatan.      

"Kak Ipar, ayo makan! Nanti aku habisin loh ..." ucap Jhonatan sambil tersenyum licik kepada Qiara.      

Suara Jhonatan memecah kediaman Qiara yang masih diam menatap piringnya. Dia benar - benar tidak nyaman dengan adanya Jhonatan. Apalagi Jhonatan mulai menggodanya dengan senyum menyebalkan menurut Qiara.      

"Iya ... "Jawab Qiara sambil mengambil nasinya. Tepat saat itu ia melirik Julian yang duduk tenang sambil menyantap makanannya. Ia seolah tidak perduli dengan perang dingin antara Qiara dan Jhonatan.      

Jhonatan dalah adik Julian yang paling mirip dengan Ibu nya. Ia tampan dan juga manis seperti bibir Sarah.      

"Qiara sayang. Kenalkan, ini Jhonatan adiknya Julian. Dia itu lucu dan juga senang bercanda, selain itu dia sangat supel, tidak seperti Julian yang lebih mirip dengan Papa." Kata Sarah memperkenalkan Jhonatan yang dia fikit baru pertama kali ketemu dengan Qiara.      

"Qiara sudah kenal Ma. "Jawab Qiara sambil tersenyum     

"Benarkah? Kapan? "Tanya Sarah dengan heran.      

"Kami kuliah di tempat yang sama. "Jawab Qiara dengan sedikit bangga.      

"Wahhh ... Bagus kalau begitu. Jadi, ketika Julian tidak bisa menjagamu di kampus, masih ada Jhonatan yang akan membelamu. Iya kan sayang?" Kata Sarah sambil melirik Jhonatan.      

"Aaa? Ohh, iya. He.. " Jhonatan mengangguk kepada Ibu nya sambil tersenyum pahit.      

'Aisss... Ngapain juga aku harus menjaga mahluk bar - bar sepertu dia? Kakakku benar - benar malang punya istri seperti dia. Jika orang satu kampus tau, bisa di ejek aku 'Batin Jhonatan sambil mengunyah makanannya dengan kesal.      

Sementara itu, Qiara mulai merasakan hawa yang membuatnya semakin tidak nyaman. Bukan karena Jhonatan atau Sarah, melainkan Julian sendiri. Ia curiga dengan tatapan Julian yang sesekali mencuri pandang padanya. Qiara jadi berfikir apakah Julian ingin menggodanya?      

Setelah makan, mereka pun berkumpul di ruang tamu sambil ngobrol. Sedang Julian seperti punya hidup sendiri karena dia hanya diam sambil membaca koran. Jhonatan hanya tersenyum pahit ketika menemani dua perempuan yang usianya berbeda jauh itu. Ia ingin sekali pergi, tapi Sarah menekan tangannya agar menemaninya ngobrol dengn Qiara.      

Tidak terasa malam pun tiba. Julian dan Qiara lagi - lagi di tahan untuk menginap. Karena tidak enak, Qiara pun membujuk Julian agar mau menginap. Setelah lama di bujuk, Julian pun, akhirnya mengangguk tanpa suara.      

Malam semakin larut. Tepat di tengah malam itu , Qiara terbangun karena merasa haus.      

"Umm... Julian kemana? Kenapa dia tidak ada di sampingku? Bukankah tadi dia tidur di sampingku? Atau, aku yang lupa? ' Batin Qiara sambil menggaruk lehernya.      

Setelah menyesap minumannya, Qiara pun turun dari ranjang karena penasaran akan keberadaan Julian. Selain itu, Julian membuatnya bingung karena sedari makan hingga menjelang tidur, Julian tidak bicara atau memeluknya seperti biasa. Qiara fikir, suaminya sedang punya masalah atau merasa bosan padanya.      

Tidak lama kemudian, Qiara keluar dari kamarnya. Di luar kamar, lampu hanya dinyalakan dengan pencahayaan yang tidak begitu terang. Tepat saat Qiara akan turun tangga karena kamarnya dan Julian ada di lantai dua. Tiba - tiba, Qiara melihat lampu yang menyala dan pintu yang terbuka dari kamar yang berada di paling pojok.      

Awalnya Qiara ingin kembali ke kamarnya karena masih mengangguk. Namun, setelah la bergelut dengan fikirannya. Qiara pun memutuskan untuk terus melangkah, dengan mengandalkan kepercayaan dirinya kalau di kamar itu tidak ada apa -apa. Karena sejujurnya, Qiara paling takut sama hantu, itulah sebabnya dia tidak berani nonton flim horor.      

"Ini seperti ruang kerja. Tapi, kenapa tidak ada orang di dalamnya? Jangan.. .. " Tepat saat itu, Qiara mendengar langkah kaki dari arah belakangnya. Seketika itu bulu kuduknya semakin merinding, tubuhnya pun ikut bergetar.      

'Mama... Qiqi takut! Sepertinya di rumah ini ada hantu. Aarggg... Pengen lari, tapi kakiku susah di gerakin. 'Batin Qiara dengan mata yang mulai memerah.      

"Arggg... " Teriak Qiara ketika merasakan tangan kekar menyentuh pundaknya. Seketika itu mulutnya di bungkam.      

"Ummm... " Qiara pun berusaha mengamuk dan melirik orang yang membungkamnya.      

Namun, dia tidak bisa melihatnya karena lampu tidak begitu terang. Tidak lama kemudian. Ia dibawa masuk ke ruangan itu.      

"Ummm... "Qiara masih berusaha melepaskan diri walaupun mereka sudah sampai di ruangan itu.      

"Auhhh... " Ringis lelaki itu karena tangannya di gigit.      

Qiara pun langsung berbalik hendak memberi pukulan. Namun, kepalan tinjunya berhasil di tangkap oleh lelaki itu.      

Qiara pun melotot melihat siapa orang yang sudah membungkam mulutjya.      

"Julian? " ucap Qiara dengan ekspresi yang gelap dan mata yang berkaca - kaca.      

Setelah selesai meringis. Mata Julian menyipit tajam menatap Qiara dengan heran.      

"Maaf, aku terpaksa membungkam mulutmu. Karena teriakanmu bisa membangunkan orang. "Jelas Julian.      

"Tapi kamu sudah membuatku kaget dan ketakutan. Kamu fikir itu lelucon hah? "Sahut Qiara dengan penuh emosi.      

"Sekali lagi aku minta maaf. Oh iya, apa yang kamu lakukan di sini? Bukankah kamu sudah tidur? "Tanya Julian dengan suara dinginnya setelah ia selesai meringis karena kesakitan akibat gigitan Qiara.      

Tanpa menjawab pertanyaan Julian. Qiara langsung mendorong tubuh Julian sambil menangis. Setelah itu ia berlari keluar menuju kamarnya dan tidak lupa ia mengunci kamar itu karena sangat kesal pada Julian.      

Melihat Qiara begitu. Julian pun tidak ingin mengganggunya, karena percuma saja dia membujuk Qiara saat emosi. Itu hanya akan sia - sia. Sehingga, ia memilih untuk tidur di ruang kerjanya itu tanpa mengejar Qiara.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.