Istri Kecil Tuan Ju

Memujinya.



Memujinya.

0"Oh ya? Jadi, aku masih Punya saudari ipar lagi? Ummm... Dia umur berapa sekarang? " Tanya Qiara yang semakin kepo dengan keluarga Julian.      

"Dia seumuran denganmu. Aku fikir dia dan kamu akan cocok sebab watak dan kebiasaannya sama denganmu. Termasuk nakal dan cerewetnya. Jangan berharap dia akan selembut Kak Jasmin padamu jika bertemu." Jawab Julian mengingat - ingat betapa manja dan cerewetnya adik perempuannya itu.      

"Benarkah?"      

Qiara tidak meyangka jika ipar nya ada juga yang memiliki karakter sama dengannya. Ia pun berfikir akan seru jika bertemu dengannya.      

"Apa kamu mau bertemu dengannya? "Tanya Julian sambil menatap Qiara penuh arti.      

"Tentu. Aku harus bersikap baik pada adik iparku. " Jawab Qiara sambil tersenyum.      

"Baiklah. Jika aku ada waktu luang, kita akan pergi ke Australia untuk menemuinnya. "     

"Ide bagus itu. " Sahut Qiara dengan kegirangan. Julian hanya tersenyum melihat Qiara yang tersenyum. Namun, dia tidak sanggup membayangkan bagaimana ributnya jika Qiara bertemu dengan Jihan.      

Tidak lama kemudian mereka pun sampai di Indonesia. Julian dan Qiara berjalan beriringan dan langsung di sambut oleh Andi dan beberapa pengawalnya yang lebih dulu sampai di Indonesia. Hari itu juga, Andi langsung pulang bersama beberapa kariyawannya setelah mengantarkan kado Julian ke Natalia.      

Julian membawa Qiara pulang ke rumah Mamanya semua atas perintah sang Mama yang tidak lain adalah Sarah.      

"Selamat datang kembali sayang! Aduhhh... Mama sangat merindukanmu. " Ucap Sarah sembari memeluk Qiara dengan hangat. Julian merasa aneh karena Ibu nya tidak melihatnya ketika Qiara ada di sampingnya.      

Qiara pun tersenyum melihat wanita yang menyanyanginya seperti ibu kandungnya itu. Dia adalah mertua terbaik di abad ini, itu fikiran Qiara sehingga ia merasa beruntung. Soalnya, dia sering dengar tentang mertua yang galak dan kejam. Dengan Sarah sebagai Ibu mertuanya, dia pun menganggap dirinya beruntung.      

Qiara pun langsung encium punggung tangan Sarah setelah melepas pelukannya.      

"Bagaimana kabarmu sayang? apakah bulan madumu sukses? "Tanya Sarah dengan ekspresi penasaran.      

"Bukan sukses lagi. Dia malah ketagihan. " Setelah mengatakan itu, Julian pun meninggalkan dua wanita itu sambil tersenyum licik karena dia tau Qiara pasti emosi.      

"Yaaa... " Ucap Qiara dengan kesal.      

"Hahah... Tidak perlu malu sayang! Mama juga begitu dulu pas pernikahan kami masih beberapa tahun. Berkat semangat kami, Kakak mu Jasmin langsung jadi setelah beberapa bulan menikah. " Ucap Sarah sambil tersenyum karena dia sudah tidak sabar mendapatkan cucu.      

Qiara tersenyum pahir dengan apa yang dikatakan oleh Sarah. Dia belum mau punya anak, bagaimana mungkin dia hamil diwaktu awal kuliah. Itu akan memalukan serta merepotkan. Fikir Qiara.      

"Ya sudah. Ayo kita masuk! Karena Mama sudah buatkan kamu makanan yang enak."Ucap Sarah seraya menggandeng tangan Qiara lalu membawanya masuk.      

"Tunggu Mama! Bisakah Qiara beres-beres dulu di kamar? Karena Qiara merasa gerah pengen mandi dulu." Kata Qiara dengan senyum yang manis.      

"Oh ya, sebaiknya memang begitu. Kamu harus mandi dan siap - siap agar terlihat segar dan bersemangat. "Sahut Sarah sambil mengangguk dan mengerti kalau Qiara mungkin lelah dan butuh istirahat terlebih dahulu.      

Setelah sampai di kamar, Qiara pun langsung berguling-guling di atas kasur. Tanpa sepengetahuan Qiara, Julian sedang berada di kamar mandi.      

Puas berguling-guling, Qiara pun beranjak bangun. Ia mengeluarkan handphonya lalu membuat panggilan untuk Mama nya.      

"Hallo Mama! " Sapa Qiara terlebih dahulu ketika orang di sebaran telpon mengangkat panggilannya.      

"Hallo sayang. Apa kabarmu? Apa kamu masih di Amerika? "Jawab Renata seraya beryanyi dengan suara lembutnya.      

"Aku baru sampai di rumah mertuaku. Mama mertuaku ingin kami pulang kesini, karena katanya dia kangen sama Qiara. "Jawab Qiara dengan manja.      

"Wahhh... Enak dong! Mama mertuamu memang sangat baik. Jadi, kamu harus baik dan sopan padanya. Jangan buat ulah yang akan membuatnya cemas. Mengerti? "Renata tidak pernah bosan memberi nasehat pada Qiara yang masih menganggap putrinya itu masih kecil dan butuh bimbingannya.     

"Iya Ma! Qiara ngerti kok. "Jawab Qiara.      

"Baguslah kalau begitu. Oh iya, bagaimana kamu sama Julian? Apakah kamu sudah mulai nyaman sama dia? Atau masih menganggap Mama dan Kakak mu jahat karena sudah memintamu menikah dengannya? "Tanya Renata dengan penasaran. Karena pertanyaan itu sudah lama ingin dia tanyakan pada Qiara, namun dia harus menunggu waktu yang tepat.      

"Ummm... Julian baik dan pengertian. Dia sosok suami yang bertanggung jawab dan sayang sama Qiqi. Jadi, Qiqi beruntung memiliki dia. Terimakasih, karena Mama sudah menikahkan aku dengan dia. "Ucap Qiara dengan senyum merekah. Kali ini dia memuji Julian dengan tulus, tidak seperti sebelumnya selalu dalam perasaan yang terpaksa demi menyenangkan hati Ibu nya.      

"Syukurlah sayang, Mama sekarang lega dan tenang. Ya sudah, Mama akan tutup dulu ya! Oh iya, kalau liburan, jangan lupa ajak Julian pulang, karena Mama sangat merindukanmu. "Kata Renata seraya bernafas lega.      

"Iya Mama. Nanti, aku akan memberitahunya. Bay Mama! Love You! "     

Setelah bicara dengan Mama nya. Qiara langsung membuka pakaiannya lalu menutup dirinya dengan handuk.      

Tepat saat itu, dia mendengar suara pintu terbuka, seketika itu Qiara menoleh dengan cepat dan tatapan tajam.      

"Siapa itu? "Tanya Qiara dengan waspada sambil melihat kearah kamar mandi.      

"Ini aku. "Jawab Julian seraya melangkah keluar dari kamar mandi dengan telanjang dada dan hanya menggunakan handuk saja.      

"Yaaa... Sejak kapan kamu ada di kamar mandi? Dan, apa kamu mendengar obrolanku tadi? " Tanya Qiara dengan tatapan tajam. Sebab dia merasa malu jika Julian mendengar dia sedang memujinya kepada Mama nya.      

"Ummm... Dengar apa? Apakah kamu bilang sama Mama tentang kabarmu? Atau saat kamu memujiku? Mana yang benar? " Jawab Julian seraya melangkah menuju lemari pakaiannya sambil mengeringkan ramburnya dengan handuk kecil.      

Wajah Qiara langsung berubah gelap. Pipinya mulai memerah karena malu. Dia merasa menyesal karena tidak lihat -lihat dulu sebelum ngobrol sama Mama nya.      

"Apa kau tidak mau mandi? "Tanya Julian tanpa ekspresi ketika melihat Qiara diam dan menunduk.      

"Apa kamu buta? Tidakkah kamu melihatku sedang menggunakan handuk? Itu artinya aku akan mandi. " Sahut Qiara dengan ketus.      

"Ya sudah, mandi sana? Kenapa kamu malah bengong seperti sedang kerasukan begitu? " Kata Julian.      

"Ya, aku memang sedang kerasukan. Tapi, kerasukan Jin mesum seperti itu. "Kata Qiara seraya menghentakkan kakinya. Setelah itu ia pun segera masuk ke kamar mandi dengan kesal.      

'Jin mesum? Apakah karena itu dia akhir - akhir ini sangat berani menggodaku? ' Batin Julian seraya memutar matanya untuk menemukan jawaban dari pertanyaannya.      

Entah kenapa orang cerdas seperti Julian mendadak aneh hanya karena memiliki istri aneh dan pemarah seperti Qiara.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.