Istri Kecil Tuan Ju

Pagi Bersama Bau Gosong



Pagi Bersama Bau Gosong

0Keesokan paginya di Amerika. Waktu menunjukkan pukul 5 pagi. Qiara pun terbangun dengan penglihatan yang sedikit kabur dan tubuh yang rasanya remuk.     

Setelah lama menggeliat Qiara memegang tangan besar yang melingkar di perutnya sambil tersenyum.      

Seketika itu, Qiara teringat kalau dia yang memulai semaunya sehingga Julian menjadi gila. Mengingat itu, Qiara pun langsung berbalik melihat wajah Julian yang bersinar di waktu sedang tidur.     

'Apa aku sudah menerima kenyataan? Tapi, apakah aku sanggup untuk membiarkan seluruh dunia tau kalau lelaki ini adalah suamiku? Apa kata teman - temanku? Terutama Qiano. Akankah dia terkejut dan menjauhiku? ' Batin Qiara sambil membelai wajah Julian yang masih tertidur lelap.      

Setelah puas menatap wajah Julian. Qiara dengan pelan menyingkirkan tangan Julian. Setelah terlepas, Qiara pun segera beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi untuk mandi lebih dahulu dari pada Julian.      

Seusai mandi dan melaksanakan kewajibannya. Qiara pun langsung bergegas ke dapur untuk pertama kalinya dan meninggalkan Julian yang masih tertidur pulas dan tidak tega dia bangunkan. Untuk sesaat Qiara menoleh ke tempat tidurnya untuk melihat Julian sambil tersenyum.      

Setelah puas menatap Julian. Qiara pun langsung menuju dapur yang tidak jauh dari tempat tidurnya.      

Beberapa saat kemudian Julian membuka matanya ketika mencium bau gosong dari arah dapur.      

'Kenapa ada bau sesuatu yang gosong? Sepertinya dari arah dapur. Apakah Qiara sedang masak? Dia kan tidak bisa masak. Aisss... Pasti dia nih yang sudah membuat sesuatu gosong. ' Batin Julian seraya menjambak rambutnya.      

Tidak lama kemudian. Julian pun, segera turun dari ranjang setelah dia mengenakan celana kainnya. Dengan pelan dia berjalan ke dapur. Seketika itu ia melihat Qiara yang tampak frustasi sedang membuat dapur itu seperti kapal pecah. Roti gosong numpuk di tempat sampah. Tidak hanya itu, telor gosong pun, tidak ketinggalan memenuhi sampah.      

Bahan makanan yang sengaja dia beli untuk persiapan sarapan ketika dia malas memakan makanan restauran, berakhir di tong sampah.      

Walaupun begitu, Julian malah tersenyum seraya menarik nafas. Setelah itu, dengan pelan dia mendekap Qiara dari belakang dengan tubuh telanjang yang hanya menggunakan celana kainnya.      

"Selamat pagi istriku!" Ucap Julian sambil mencium rambut Qiara yang masih belum kering sama sekali.      

Qiara langsung terkejut dan menunduk malu ketika Julian tiba -tiba datang dan memelukannya.      

"Maaf! Aku mengacaukan sarapan pagi kita. "Ucap Qiara seraya menunduk malu.      

"Oh ... Lalu, apa yang kita akan makan pagi ini? Kecuali, kamu masih menyisakan bahan makanan untuk untuk aku ubah menjadi makanan lezat. " tanya Julian sambil melepas pelukannya dengan tatapan jahil.     

"Memangnya kamu bisa masak?"Tanya Qiara lagi.     

"Lihat saja nanti. Sekarang, kamu lebih baik duduk yang manis di kursi dan tunggu sampai aku menyuguhkan masakan buatanku. "Jawab Julian sambil mengedipkan matanya.      

"Baiklah. Aku akan percaya untuk saat ini tapi cuma setengah percaya. Kamu bisa menggunakan bahan yang tersisa untuk masak. Karena aku hanya menggunakan sedikit. Tolong jangan salahkan aku! Ini semua karena telur dan rotinya tidak mau berteman denganku."Ucap Qiara seraya menyeringai ke tong sampah.      

Setelah mengatakan itu. Qiara langsung pergi meninggalakan Julian sendirian di dapur. Semua karena dia tidak suka berada di dapur lama - lama.      

'Ummm... Memangnya telur dan roti bisa diajak berteman? 'Batin Julian sambil menggaruk lehernya.      

Setelah bergumam. Julian pun langsung mengekskusi bahan makan itu. Karena dia sudah terbiasa hidup sendirian di luar Negeri. Masak pun, bukan masalah bagi Julian.      

"Ayo makan! " Seru Julian setelah menyiapkan semua hidangan buatannya di meja makan.      

"Wahhh... Yakin kalau ini masakanmu? " tanya Qiara sambil melotot menatap semua hidangan itu yang terlihat sangat enak.      

"Hahaha... Kamu fikir aku memesannya dengan penampilan telanjang ini? Apalagi ada bekas cakar di lehetku. "Jawab Julian sambil terkekeh.      

"Dasar jorok! Harusnya, kamu mandi dulu baru masak dan sarapan. Dan, kamu habis ngapain sehingga lehermu bisa terluka begitu? " Ucap Qiara sembari menyeringai kepada julian.      

"Apa kamu lupa? Bukankah semalam kamu yang sudah membuat leherku terluka? Kamu sangat ganas semalam sehingga aku kewalahan menghadapimu. "Jawab Julian sambil memakan makanannya.      

"Yaaa... Tidak bisakah kamu tidak membahas yang semalam? Aku khilaf semalam makanya bertindak tanpa sadar. Jadi, jangan terlalu banyak berfikir!" Ucap Qiara dengan pipi yang memerah menahan malu.      

"Khilaf ya? Tapi, kenapa pipinya kok merah? Hehe.. " Goda Julian sambil mengunyah makanannya.      

"Yaaa... Berhenti bicara! Sebaiknya kamu segera habiskan makananmu! Jika tidak, aku potong anu mu! "Teriak Qiara dengan tatapan tajam seakan siap untuk memangsa Julian.      

Mendengar ancaman Qiara. Julian langsung menutup anu nya sambil memasukkan makanan ke mulutnya dengan cepat.      

"Kamu potong, kamu juga yang rugi. "Ucap Julian sambil menunduk menahan senyumnya.      

"Ngomong sekali lagi ... " Qiara benar - benar di buat malu sama Julian. Sehingga pipinya langsung memerah sempurna.      

Karena tidak mau membuat Qiara emosi lagi. Julian pun, langsung diam dan menikmati sarapannya.      

Setelah selesai sarapan, Julian dan Qiara langsung berangkat menuju Bandara karena jadwal penerbangannya pagi.      

Di dalam pesawat. Qiara dan Julian duduk di kelas bisnis akan tetapi kelas itu khusus di pesan oleh Julian hanya untuk dia dan Qiara.      

Karena tidak ada orang selain mereka, suasana pun berubah hening karena tidak ada yang memulai pembicaraan diantara mereka.      

Julian pun sengaja menggunakan baju dalam hitam yang menutup hingga ke lehernya. Karena bekas luka cakar itu masih terpampang nyata dan harus segera di tutupi.      

"Kamu berapa bersaudara? Apakah cuma bertiga atau ada yang lain? "Tanya Qiara seraya memecahkan keheningan diantara mereka. Selain itu, dia merasa bersalah karena telah marah - marah sama Julian waktu sarapan tadi     

"Berempat. Dua perempuam dan dua leki-laki. " Jawab Julian tanpa melihat Qiara karena dia masih sibuk dengan beberapa laporan di tangannya. Itu ulah Andi yang membuat Julian sibuk dan mengabaikan Qiara. Fikir Qiara seraya berniat untuk membuat perhitungan dengan Andi jika dia sudah sampai di Indonesia.      

"Kak Jasmin, Jhonatan, kamu dan siapa satu? Kenapa hanya tiga yang aku tau? "Tanya Qiara lagi dengan bingung.      

"Yang satu namanya Jihan. Dia tinggal di Australia bersama adiknya Papa sejak masih bayi. Semua karena Mama kasihan padanya yang kesepian karena tidak bisa punya anak. Dari pada mengadopsi, Mama dan Papa sepakat memberikan Jihan padanya. Walupun begitu, Mama dan Papa selalu datang setiap kali dia ulang tahun. "Jelas Julian mengenang kisah adik perempuannya itu.      

"Oh ya? Jadi, aku masih punya saudari ipar lagi? Ummm... Dia umur berapa sekarang? " Tanya Qiara yang semakin kepo dengan keluarga Julian.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.