Istri Kecil Tuan Ju

Tidak Tega



Tidak Tega

0"Aku ingin ponselku kembali, karena ada sesuatu yang ingin aku ambil. Jadi, tolong kembalikan ponselku itu! " Jawab Qiara dengan memasang wajah sedih yang selalu mampu meruntuhkan amarah dan larangan Julian.     

Tanpa mengatakan apapun. Julian akhirnya mengalah lalu mengembalikan ponsel Qiara.      

Malam semakin larut di bawah langit Amerika yang berkilau. Qiara dan Julian sudah bersiap-siap untuk tidur setelah Julian menemani Qiara beramin game.      

"Besok kita akan pulang ke Indonesia. Jadi, istirahatlah agar kamu tidak lelah di perjalanan. Maaf karena tidak bisa mengajakmu jalan - jalan karena ada urusan kantor yang mendesak!" Ucap Julian setelah itu dia berbalik hendak keluar dari kamar karena ia berfikir Qiara akan tidur dengan nyaman apabila kamar mereka berbeda.      

"Kamu mau kemana?"Tanya Qiara sambil cemberut diatas tempat tidur.      

"Aku fikir kamu akan tidur dengan nyenyak apabila kita pisah kamar. Tadi, aku sudah pesan kamar jadi aku akan istirahat di sana."Jawab Julian dengan ekspresi sedih. Namun, ia tetap berharap Qiara mencegahnya pergi, hanya sedikit taktik untuk mempermainkan perasaan Qiara.      

"Bisakah kamu tetap tidur di sini? Aku takut karena ini di negeri orang. Bagaimana kalau ada yang diam-diam menculikku dan kamu tidak tau. Kan, kamu yang akan rugi. "     

Mendengar perkataan Qiara. Julian bersorak gembira dalam hatinya karena dia pun, mulai terbiasa tidur dengan adanya Qiara. Bahkan, jika tidak ada Qiara, dia malah tidak akan bisa tidur.      

"Apa kamu yakin mau tidur bersamaku?" tanya Julian untuk memastikan apakah dia tidak salah dengar.     

Mendengar perkataan Julian, wajah Qiara langsung memerah karena malu.     

"Ummm ... Tadi, aku memang marah padamu. Akan tetap marah karena belum bisa memaafkan. Walau begitu, aku masih berbaik hati padamu. Kamu boleh tidur di kamar ini, tapi di sofa yang di sana. Begitu maksudku. "Jelas Qiara dengan gugup.      

Mendengar apa yang dikatakan oleh Qiara membuat Julian cemberut. Namun, dia tidak punya pilihan lain asal tetap bisa tidur sekamar.      

Tanpa banyak berkata. Julian pun, langsung menutup pintu kamar lagi.Lalu, menarik nafas dalam dan dengan pelan dia mengambil bantal dari tempat tidur setelah itu dia langsung merebahkan tubuhnya yang lelah di sofa.      

'Aku tidak jahat kan? Tadi, dia memang menemaniku main game. Tapi, dia juga yang membuatku kalah. Memang sudah sepantasnya dia mendapatkan hukuman dariku. Semoga sofa nya nyaman deh. 'Batin Qiara seraya mengigit selimutnya sambil mencuri pandang kepada Julian yang tampak sudah tidur dengan nyaman di sofa yang berukuran luas dan besar itu.      

Beberapa menit berlalu. Tepatnya jam 01:00 malam. Qiara terus kefikiran Julian sehingga ia gagal tidur nyanyak. Sementara Julian tidak terdengar suara nafasnya sehingga Qiara terbangun dari tidur.      

'Apa dia sudah tidur? Kenapa aku tidak mendengar suara nya sedikit pun. Apa dia... ' Batin Qiara seraya berfikir buruk. Seketika itu pun, dia mulai tidak tenang.     

Karena tidak tenang. Qiara pun langsung turun dari tempat tidur dan melangkah pelan mendekati sofa. Tidak lama kemudian, dia berjongkok memperhatikan wajah Julian yang begitu tenang ketika dia memejamkan matanya.      

Di ruang yang remang-remang itu, Qiara masih menatap Julian dengan seksama. Sehingga, tanpa sadar Qiara menyentuh wajah tampan Julian yang sudah setahun lebih menikahinya itu.      

Seketika itu ia merasa semakin tidak enak telah membiarkan Julian tidur di sofa tanpa selimut.      

"Julian! "Panggil Qiara dengan suara pelan sambil mencolek pipi nya untuk memastikan Julian sudah tidur atau tidak.      

"Ummm... "     

Melihat respon Julian. Qiara langsung kaget dan tersungkur kebelakang di lantai.      

"Ummm... Apa kamu sudah tidur? "Tanya Qiara dengan polosnya.      

"Kamu fikir aku bisa tidur dengan nyenyak di sofa tanpa istriku di samping? " tanya Julian masih dengan posisi mata yang terpejam.      

"Jadi, kamu tidak bisa tidur? "Kata Qiara lagi dengan ekspresi bersalah.      

"Tidak." Jawab Julian tanpa membuka matanya.      

Qiara semakin merasa tidak enak apa lagi ketika memastikan Julian tidak bisa tidur nyenyak. Qiara pun baru sadar kalau Julian seharian sudah melakukan banyak pertemuan dan pasti sangat capek.      

"Kalau begitu, kamu lebih baik tidur di tempat tidur, biar aku yang di tidur di sofa sebagai hukuman buatku yang sudah tega kembiarkanku begini!"     

Mendengar perkataan Qiara. Julian pun membuka matanya, meski tidak terlalu terang tapi dia masih bisa melihat wajah Qiara yang sedikit di tekuk tepat di hadapannya.      

"Kamu fikir aku akan menjawab iya? Tidak akan. Jadi, cepatlah tidur dan jangan hiraukan aku lagi! Ingat, besok pagi-pagi sekali kita akan pulang. Jangan sampai kesiangan. "Kata Julian dengan tatapan sinis.      

Mendengar perkataan Julian. Qiara pun menarik nafas dalam karena benar - benar merasa bersalah.      

"Julian? " Panggil Qiara lagi dengan suara lembut.      

"Apalagi Qiara? " Jawab Julian dengan tatapan yang rumit.      

"Ayo tidur di kasur! "Kata Qiara malu -malu.      

Mendengar ajakan Qiara, Julian pun menarik nafas dalam setelah itu dia menarik tangan Qiara untuk tidur di sofa bersamanya. Seketika itu Qiara terkejut dan mendongak melihat Julian.      

"Disini lebih nyaman. Jadi tidurlah dipelukanku! " Kata julian sambil memejamkan matanya.      

Berada di pelukan Julian. Qiara masih saja bisa kaget, jantungnya berdetak kencang ketika merasakan seru nafas Julian.      

Karena merasa tidak enak. Qiara pun melepaskan diri dari Julian dengan pelan. Namun, belum sempat kakinya menyentuh lantai, Julian langsung menarik tanganya lagi. Seketika itu Qiara langsung jantuh ke bantalnya.      

"Jangan kemana - mana. Tidurlah! Aku tidak akan melakukan macam-macam atau pun menyerangmu. Lagi pula kamu sedang datang bulan." Kata Julian sambil mengeratkan pelukannya lagi di pinggang Qiara.      

Mendengar perkataan Julian. Qiara tersenyum lalu menenggelamkan wajahnya di dada bidang Julian.      

"Begini! Tadi siang, aku sudah suci. Jadi, aku fikir... " Belum sempat melanjutkan kalimatnya. Julian langsung terbangun dan mengagetkan Qiara.      

"Jadi ... ?" tanya Julian sambil tersenyum menatap Qiara yang terdiam karena kaget.      

"Aku akan menebus kesalahanku. "Jawab Qiara sambil tersenyum nakal. Setelah itu, Qiara melingkarkan kedua tangannya lalu menarik Julian dan menciun bibirnya dengan berani.      

Seketika itu, Julian tersenyum dan membalas ciuman Qiara. Tidak lama setelah itu, Julian pun mengangkat tubuh Qiara dan membawanya keatas ranjang.      

Dan malam itu, menjadi bulan madu yang sempurna buat Qiara dan Julian di Amerika. Karena terbuai dengan keindahan fikiran masing - masing. Julian pun lupa akan janjinya untuk tidak lepas kontrol agar Qiara tidak hamil. Sedang Qiara membiarkan itu terjadi karena dia berfikir semua baik seperti biasa.      

Keesokan paginya di Amerika. Waktu menunjukkan pukul 5 pagi. Qiara pun terbangun dengan penglihatan yang sedikit kabur dan tubuh yang rasanya remuk.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.