Istri Kecil Tuan Ju

Malam Yang Semakin Larut



Malam Yang Semakin Larut

0"Malam Nona Natalia! Ini ada titipan buat anda dari bos saya! " ucap Andi seraya menyerahkan kado itu kepada Natalia.      

"Malam, ini kado apa? " tanya Natalia dengan dengan bingung. Setelah itu ia mengambil kado kecil itu dari tangan Andi.      

"Kenapa kamu yang datang? Kemana bosmu?" tanya Natalia dengan ketus.      

"Saya mewakili bos untuk meminta maaf kepada anda. Karena bos malam ini tidak bisa datang. " Jelas Andi dengan penuh hormat.      

"Memangnya ada hal penting apa sehingga dia tidak bisa datang? "Tanya Natalia dengan penasaran.      

"Karen istri bos sedang tidak enak badan. " Jawab Andi dengan menekankan kata istri. Sebab dia sudah bisa membaca niat lain dari Natalia pada bosnya. Ia pun berharap agar Natalia berhenti mengganggu bosnya.      

Mendengar apa yang Andi katakan. Natalia langsung berdiri karena kaget. Dia tidak pernah tau kalau Julian sudah menikah, bahkan dia lupa menanyakan itu.      

"Apa? Dia sudah menikah? Kapan dan dengan siapa? " tanya Natalia dengan mata yang mulai memerah.      

"Sudah setahun yang lalu. Bos menikah dengan orang Indonesia. Kalau begitu, saya pamit dulu. Karena saya harus mengurus kepulangan kami besok."     

Setelah mengatakan itu, Andi pergi meninggalkan Natalia yang masih terkejut dan sok mendengar apa yang Andi jelaskan padanya.      

Tanpa menunggu lama lagi. Natalia langsung membuka kado kecil itu. Seketika itu ia semakin kaget karena ternyata, kado itu berisi sepucuk surat.      

'Maafkan aku Natalia! Karena aku tidak bisa datang! Dan terimaksih karena sudah mau bekerjasama dengan perusahaan saya. Semoga kita bisa menjadi patner yang hebat nantinya. '     

Setelah membaca surat itu, Natali merasa kesal. Ia pun. Langsung meremas surat kecil itu lalu melemparnya dengan kasar, dia benar-benar di buat frustasi oleh Julian.      

"Sialan kamu Julian! Rupanya kamu hanya memperminkanku!" kata Natalia seraya mengepalkan tinjunya.      

Setelah itu ia pun langsung pergi meninggalkan restauran dengan geram. Ingin marah, tapi dia tidak bisa karena sudah terlanjur menandatangani kontrak. Ia pun harus bisa membedakan mana urusan pribadi dengan pekerjaan.      

Sementara itu di Hotel. Julian segera kembali ke kamarnya dengan membawakan beberapa makanan ringan dan es krim untuk Qiara sebagai ungkapan rasa menyesalannya.      

"Selamat malam. Apa kamu tidak lapar? "Tanya Julian ketika dia sudah kembali masuk ke kamarnya.      

Mendengar suara itu. Qiara hanya mengangguk karena dia lagi seru - serunya memainkan game terbaru yang dia download.      

Julian hanya menarik nafas dalam melihat sikap acuh Qiara.      

'Apa dia masih marah padaku? Kenapa dia tidak mau melihatku? Apa ada yang salah?' Batin Julian seraya meletakkan kresek makanan itu di atas meja.      

Tidak lama setelah itu, ia memiliki ide untuk membukakan es krim untuk Qiara.      

Dengan pelan, Julian pun naik ke atas ranjang membawa es krim itu sambil. mengintip apa yang sedang Qiara lihat sehingga mengabaikannya.      

"Kamu sedang apa? Kenapa aku ngomong kamu cuwekin terus? "Tanya Julian dengan pelan.      

"Jangan ganggu aku! Sebentar lagi aku akan menang. "Kata Qiara dengan kesal.      

Mendengar jawaban Qiara. Julian pun langsung tau kalau Qiara sedang bermain game.      

Tanpa menunggu persetujuan Qiara. Julian pun menyuapi Qiara es krim itu karena istrinya tidak akan tertarik pada apapun kalau dia sudah berhadapan dengan game.     

Qiara tidak menolak sedikit pun suapan es krim itu.      

"Lagi! "Ucap Qiara ketika Julian tidak menyuapinya.      

Dengan tersenyum, Julian pun menyuapi Qiara kembali dengan senang hati.      

"Apa kamu tidak lelah? "Tanya Julian sambil menatap Qiara dengan heran.      

"Sebentar lagi aku akan selesai. Jadi, kamu bisa tidur duluan sekarang! "Kata Qiara masih dengan fokus pada ponselnya.      

"Ini sudah larut malan. Kamu sebaiknya segera tidur karena besok kita akan kembali ke Indonesia. " Jelas Julian yang mulai khawatir dengan kondisi Qiara besok, karena besok pagi -pagi sekali mereka harus berangkat ke Bandara.      

"Aku akan tidur nanti. Jadi, kamu tidak perlu cerewet dan tidurlah duluan, itu tidak mudah kan? "sahut Qiara dengan kesal.      

Mendengar ucapan Qiara yang tidak bisa di kasih tau itu. Julian nenarik nafas dalam lagi untuk memeperpanjang sabarnya, hingga Qiara melampoi batas baru dia akan menegur atau meneriakinya.      

"Aku beri kamu waktu 10 menit. Jika kamu tidak juga berhenti bermain, maka aku akan menyita ponselmu. "Setelah mengatakan itu Julian turun dari ranjang, lalu masuk ke kamar mandi.      

"Dasar lelaki mesum pemarah. Berani sekali dia mengancamku. Tapi, masa bodoh lah, aku tidak perduli dia mau marah apa tidak. "Ucap Qiara seraya tersenyum geli sambil melanjutkan permainannya.      

Tidak lama setelah itu. Julian keluar dari kamar mandi dan menemukan Qiara yang masih bermain. Julian pun langsung emosi karena perintahnya tidak diindahkan.      

Tanpa mengatakan apapaun. Julian pun berjalan menghampiri Qiara dengan ekspresi gelap. Ia melihat jam sudah menunjukkan pukul 11 malam.      

"Yaaaa... Julian... " Teriak Qiara ketika ponselnya diambil paksa oleh Julian.      

"Aku sudah menasehatimu agar mematikan ponselmu dan menghentikan permainanmu. Karena ini sudah tengah malam Qiara. Jadi, ini waktunya bagi kita untuk istirahat. " Jelas Julian dengan sejelas - jelasnya agar Qiara bisa mengerti.      

"Aku tidak perduli. Kamu sudah mengganggu permainanku. Setidaknya biarkan aku menang dulu sebelum kamu merebut ponselku. "Teriak Qiara lagi dengan kesal dan penuh emosi.      

Julian merasa frustasi melihat Qiara yang tidak mau mendengar nasehatnya. Ia kehabisan kata untuk menasehati Qiara sehingga ia tidak menghiraukan Qiara lagi, lalu merebahkan tubuhnya di tempat tidur.     

"Kembalikan ponselku! "Kata Qiara seraya menarik - narik baju Julian yang membelakanginya.      

Walaupun dia masih bangun. Julian berpura - pura tidur agar tidak di ganggu Qiara. Namun, dia salah menebak ketika Qiara hilang kesabaran.      

'Julian, beraninya kamu menghalangi kesenanganku. Aku benci padamu karena kamu aku tidak bisa menang, padahal aku sudah berada di level terakhir 'Batin Qiara sambil mengepalkan tinjunya.      

Tidak lama setelah itu, Qiara mengintip wajah Julian untuk memastikan dia tidur atau belum. Karena jika sudah tidur, ia pun bisa mengambil ponselnya yang disita di bawah bantal yang Julian tiduri.      

Dengan segera Qiara meraba beberapa sisi yang memungkinkan untuk menyembunyikan ponsel. Tepat saat itu, tangan Qiara di tarik oleh Julian. Seketika itu Qiara jatuh di dada bidang Julian yang kekar dan manis. Qiara pun kaget melihat dirinya sudah menempel dengan Julian.     

"Apa yang kamu lakukan? "Tanya Julian sambil memeluk erat tubuh Qiara yang sudah menempel di tubuhnya.      

Qiara pun langsung mendongak melihat wajah tampan Julian. Dengan cemberut dia berkata.      

"Aku ingin ponselku kembali, karena ada sesuatu yang ingin aku ambil. Jadi, tolong kembalikan ponselku itu! "Jawab Qiara dengan memasang wajah sedih yang selalu mampu meruntuhkan amarah dan larangan Julian.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.