Istri Kecil Tuan Ju

Pembawa Rindu



Pembawa Rindu

0"Tuan David, bisa saya minta alamat email anda? " tanya Andi dengan sedikit grogi karena aura David benar-benar kuat sekaligus mengerikan yang membuatnya menelan ludah dalam-dalam. Dia juga berfikir kalau Davidlah yang menyerang bosnya.     

"Silahkan berurusan dengan Maike yang merupakan wak saya. Karena saya harus segera pergi. " Kata David sambil menunjuk kepada Maike yang sedari tadi berdiri di sampingnya.     

"Silahkan berurusan dengan Mike yang merupakan wak saya. Karena saya harus segera pergi. "Kata David sambil menunjuk kepada Maike yang sedari tadi berdiri di sampingnya.      

Andi pun langsung mengangguk dengan gugup. Setelah itu mereka semua bubar dan masuk ke mobil masing-masing.      

"Sepertinya kamu sangat lelah! "Ucap Qiara sambil menyeka keringat dari wajah Julian dengan sapu tanganya ketika Julian sudah kembali duduk di sampingnya.      

Seketika itu Julian pun terkejut melihat tindakan spontan Qiara yang langsung membantunya menyeka keringat di wajahnya.      

'Uhhh... Kenapa jantungku berdetak tidak karuan begini melihat Qiara memperlakukanku dengan lembut? Sepertinya aku lebih suka dia ngamuk dan berteriak. 'Batin Julian sambil menelan ludahnya dalam-dalam sambil melihat bibir dan garis leher Qiara yang menggoda nya.      

"Jangan berfikir mesum deh! Kamu itu sudah memubuatku merasa khawatir, jadi diamlah!" Kata Qiara yang kali ini bergiliran menebak apa yang Julian fikirkan.      

Mendengar apa yang dikatakan oleh Qiara. Julian pun tersenyum, ia tidak menyangka kalau istri kecilnya itu sangat lucu saat dia menunjukkan perhatian dan keperduliannya.      

"Ummmaahhh... " tanpa mengatakan apapun. Julian menempelkan kedua tangannya di wajah Qiara, lalu mencium kedua mata, hidung, dahi, dan bibir Qiara bergiliran dengan begitu cepat.      

"Ummm... Yaaaa... Julian... Beraninya kamu melakukan ini selagi aku membersihkan keringatmu yang bauu ini. " Kata Qiara sambil menyingkirkan tangan Julian dari wajahnya.      

"Upsss... Maaf! " Ucap Julian sambil memalingkan wajahnya keatas kaca mobil.      

"Kheeemmm... Kalau merasa salah, maka kamu harus menebusnya di kamar nanti malam. " Ucap Qiara tanpa ekpsresi.      

Julian langsung tersenyum mendengar apa yang dikatakan oleh Qiara yang blak - blakan itu.      

Tidak lama setelah itu, Julian pun merebahkan kepalanya di bahu Qiara dengan manja.      

"Ummmm... Rasanya lelah dan mengantuk. Padahal aku ada persentasi hari ini. Bagaiaman dong? " kata Julian sambil menarik nafas dalam.      

"Ummm... Benarkah? Kalau begitu aku akan membantumu biar lelah dan ngantukmu hilang! Ini adalah metode Mama. " Kata Qiara dengan begitu antusias.      

"Metode Mama? Yang Bagaiman? "Tanya Julian dengan heran.      

Tanpa menjawab pertanyaan Julian, Qiara begeser ke pinggir lalu menepuk pahanya.      

"Rebahkan kepalamu di pangkuanku! " Seru Qiara.      

Tanpa mengatakan apapun. Julian pun langsung mengikuti perintah Qiara untuk merebahkan kepalanya di pangkuan Qiara.      

Setelah itu. Qiara memijit pelipis Julian dengan tangan nya yang begitu lembut dan jari jemarinya yang begitu lemas.      

Seketika itu, Julian pun akhirnya memejamkan mata dengan perasaan sedih. Karena apa yang Qiara lakukan pernah Vania lakukan padanya sewaktu dia sedang merasa lelah dan punya masalah.      

'Gadis kecil yang imut, dia adalah wanitaku dan tidak ada yang bisa merubah semua itu karena kami terikat oleh pernikahan. Namun, nyatanya aku masih memgingat rindu dari masa lalu ketika aku sadar kakau dua saudara pasti memiliki kelakuan atau waktak yang sama. Qiara, kamu yang membuatku belejar mengikhlaskan Vania. Tapi, kamu juga yang membawa Vania kembali dalam ingatanku. Vania aku rindu! ' Batin Julian dengan perasaan yang rumit.      

Beberapa saat kemudian, mereka sampai tepat di depan Hotel yang Julian tuju.      

"Tuan, kita sudah sampai! " ucap Pak Supir. Julian pun langsung bangun dari pangkuan Qiara.      

"Terimakasih!"Ucap Julian pada Pak Supir.      

"Sama - sama Tuan. "Sahut Oak supir itu.      

"Sayang, ayo keluar! Kita masih punya lima menit untukku mengganti pakaianku. "Kata Julian seraya mengajak Qiara untuk turun dari mobil.      

"Oke. "Kata Qiara dengan patuh.      

Dia paham kenapa Julian ingin mengganti pakainanya buru - buru karena sekarang, dengan perlahan Qiara mengerti seperti apa padatnya jadwal Julian.      

Tidak lama setelah itu. Julian langsung membawa Qiara masuk ke salah satu kamar Hotel yang sudah dia pesan tadi untuk mengganti pakaiannya. Juga pakain gantinya sudah di siapkan di sana.      

"Aku akan mengganti pakaianku sebentar! Kamu duduk saja! " kata Julian setelah mereka sampai di kamar.      

"Apa kamu butuh bantuan? "Tanya Qiara dengan ragu.     

"Apa kaku bisa pasang dasi? " Julian bertanya balik pada Qiara tentang apa yang kira - kira bisa ia bantu.     

"Tidak. Tapi, aku bisa belajar. "Jawab Qiara sambil cengengesan.      

"Kalau begitu diam saja! Nunggu kamu belajar, aku bisa terlambat. "Setelah mengatakan itu Julian langsung msnganti pakaiannya.      

"Uuuhhh.. Nyebelin. Mana ada orang yang langsung bisa kalau belum pernah belajar. "Ucap Qiara dengan kesal.      

Julian tetap fokus mengganti pakaiannya dan mengabaikan apa yang Qiara ocehkan.     

Sementara itu, Qiara dengan curangnya. Menikmati pemandangan indah tubuh seksi Julian dari cermin. Entah kenapa dia merasa tergoda dan ingin memluknya.      

'Aaahhh... Qiara... Sadarlah! Kamu ini jangan ketularan mesum deh! 'Batin Qiara seraya menggelengkan kepalanya.      

Tepat sat itu ponsel Julian berbunyi dan itu dari Andi.      

"Ini Andi! " Kata Qiara setelah mibat ID pemanggil.      

"Minta tolong diangkat lalu speakerin!"Seru Julian sambil berdiri di depan cermin memperbaiki dasinya.      

Qiara pun langsung mengangguk dan menggeser icon warna hijau di ponsel Julian, lalu menyalakan speakernya.      

"Bos, anda dimana? Acara sudah di mulai. Juga, saya ada berita mengejutkan buat anda. " Kata Andi dari seberang telpon dengan nada berat.      

"Aku akan segera sampai dakam 5 menit. Tapi, katakan dulu aoa berita itu! " Sahut Julian.      

"Ternyata yang menjadi juri yang ikut menentukan keputusan terakhir adalah Taun David. "Kata Andi.      

Memdengar apa yang Andi sampaikan, Julian terdiam. Dia tudak menyangka kalau David akan menjadi salah satu dari tim penilai.      

"Bagaiama bisa? Bukankah nama Tuam David tidak ada di daftar tim penilai? "Tanya Julian dengan heran karena dia sudah membaca betul pengumuman tentang tim penilai.      

"Saya kurang tau. Karena belum di jelaskan secara detail. Lebih baik, bos segera datang! Sebab kami sangat gugup dan khawatir! " Jelas Andi dengan nada yang tidaj tenang.      

"Baiklah! "Sahut Julian. Setelah itu ia mematikan panggilanhya lalu ponsel itu dia masukkan ke saku jas nya.      

"Qiara, kamu istirahat di kamar ini saja ya! Karena aku harus menyelesaikan masalah di Hotel ini juga. Bagaimana? " Kata Julian. Dia tidak ingin memperlihatkan kepada Qiara bagaimana dunia bisnis yang penuh intrik dan kelicikan itu.      

"Ummm... Kenapa aku tidak boleh ikut? Bukankah kamu membawaku kesini karena kamu ingin aku nenemanimu bertemu denagn Klienmu? " Tanya Qiara dengan cemberut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.