Istri Kecil Tuan Ju

Ikatan.



Ikatan.

0"Kalau begitu nona segera ganti baju! Setelah itu keluar untuk makan malam! " Kata pelayan itu dengan penuh hormat.      

"Iya."      

Setelah itu Agatha bergegas ke kamarnya sebelum pelayan itu melihat lukanya. Karena Agatha tidak mau pelayan itu memberitahu Kevin kalau dia terluka.      

Tepat saat ia masuk ke dalam kamar, ponselnya  di berdering. Seketika itu Agatha melihat layar ponselnya.     

Ia mengerutkan keningnya melihat ID pemanggil. Ia terkejut karena orang yang menelpon nya salah Kevin.      

"Halo?" Sapa Agatha lebih dulu setelah menggeser icon berwarna hijau di ponselnya.     

"Apakah kamu sudah makan malam?" Suara Kevin terdengar sangat lembut dari seberang telpon sehingga hati Agatha yang panas menjadi dingin.     

"Belum. " Jawab Agatha dengan tidak bersemangat.     

Kevin terdiam sesaat karena ia merasa ada yang aneh dengan nada bicara Agatha yang tidak seperti biasanya.      

"Ada apa?" Tanya Kevin.      

Agatha menarik nafas berat. Ingin sekali ia mengatakan tidak apa-apa. Tapi, ia tidak ingin berbohong pada Kevin.     

"Aku bertemu Nathan." Jawab Agatha dengan ragu.     

Kevin kaget dan mulai tidak tenang. "Apakah dia mengenalimu?"     

"Sepertinya tidak."      

"Baguslah. Bagaimana dengan sekolahmu? Apakah kamu sudah siap kembali ke kota A?"      

"Semua nya baik-baik saja kecuali hatiku karena aku sangat merindukan Gavin. Aku belum siap kembali ke kota A. Oleh karena itu kapan kamu akan mengembalikan Gavin kesini?" Jawab Agatha dengan suara yang manja.      

Kevin tersenyum. Ia tidak pernah menduga hubungan darah yang begitu kuat. Saat Gavin menyatakan rindu, saat itu pula Agatha merasakan rindu juga. Tidak diragukan lagi kalau mereka adalah anak dan ibu.      

"Aku akan membawanya ke London secepat nya. Tapi, aku mohon padamu untuk tidak keluar rumah dulu karena aku khawatir kalau Nathan sengaja ke London untuk menyelidiki kematian mu. Untuk saat ini hanya itu yang aku pikirkan." Kata Kevin.     

"Iya. Aku akan meminta izin untuk tidak masuk sekolah beberapa hari." Agatha percaya pada Kevin sehingga ia mudah patuh pada Kevin.     

"Kalau begitu istirahatlah! Jangan lupa makan malam! Aku tutup sekarang!"      

"Tunggu ... " Agatha cemberut karena ia terlambat menghentikan Kevin menutup panggilan karena ada hal yang ingin di ucapkannya.      

'Kenapa dia selalu seperti ini? Mematikan panggilan secara sepihak. Padahal aku hanya ingin mengatakan terimakasih!' Batin Agatha.     

Setelah membatin, Agatha pun segera pergi ke kamar mandi karena ia sangat tidak nyaman dengan pakaiannya yang basah.      

Sementara itu, Kevin langsung merebahkan tubuhnya yang lelah di ranjang nya yang luas dan empuk.     

Tepat saat itu ia mendengar suara ketukan. Seketika itu Kevin menoleh kearah jendela dengan waspadai.     

Ketukan terdengar lagi sehingga Kevin segera bangun lalu berjalan pelan mendekati jendela.     

"Siapa diluar?" Tanya Kevin dengan suara berat.     

"Kucing ... "     

Kevin menarik nafas dalam mendengar suara itu. Siapa lagi yang sanggup membuatnya kesal di tengah malam kalau bukan Maxwell Adamson.     

"Buka jendela mu atau aku pecahkan kacanya!"      

"Maxwell ... Apa kamu sudah gila? Kenapa kamu memilih masuk lewat jendela disaat kamu tahu kata sandi rumahku? " Teriak Kevin sambil berdecak pinggang karena Maxwell lagi-lagi membuatnya kesal.     

"Buka dulu jendelamu setelah itu kita bicara!" Jawab Maxwell.     

Dengan terpaksa Kevin membuka jendelanya lebar-lebar. Seketika itu Maxwell tersenyum lebar lalu melompat masuk ke dalam kamar Kevin.     

Setelah itu, Maxwell merebahkan tubuhnya di ranjang Kevin.     

"Apa kamu minum?" Tanya Kevin sembari melembutkan suaranya.     

"Kakek ku ada di kota ini dan dia ingin aku segera menikah. Tapi, calon pengantin ku dibawa pergi oleh penipu. Jadi, apa yang harus aku lakukan sekarang?" Tanya Maxwell sambil menoleh kearah Kevin yang berdiri di sampingnya.      

"Siapa calon pengantin mu?" Tanya Kevin dengan polosnya karena dia malas menebak-nebak.     

"Liana  ... "     

"Ukhuk ... Ukhuk ... " Kevin langsung terbatuk mendengarkan nama Liana yang tidak lain artisnya sendiri.     

"Aku mencintainya dan aku hanya ingin menikah dengannya. Aku akan membunuh siapapun yang berani mengambilnya dariku." Kata Maxwell lagu dengan tatapan mengerikan.     

Kevin masih terdiam. Ia tidak tahu apakah Maxwell serius atau tidak dengan ucapannya. Tapi, kenapa harus Liana?     

"Lalu siapa penipu yang kamu maksud?" Tanya  Kevin sambil memperhatikan raut wajah Maxwell yang tidak memiliki senyum seperti tadi.      

Maxwell bangun lalu duduk menghadap Kevin. Ia mengerjap kan matanya seperti anak kecil yang sedang memohon sesuatu.      

"Ada apa dengan ekspresi mu itu? " Tanya Kevin sembari menyeringai kearah Maxwell.     

'Ekspresi nya sekarang membuatku ragu kalau dia adalah ketua Mafia yang sanggup menghancurkan sebuah gedung dalam satu kedipan mata.'Batin Kevin.     

"Penipu itu sudah merenggut milikku dua kali. Oleh karena itu aku tidak akan mengampuninya. Dia dan keluarganya akan segera hancur. Dalam hitungan hari, lelaki tua brengsek itu akan merasakan pembalasanku yang kedua." Ucap Maxwell tanpa memberikan jawaban yang jelas kepada Kevin.     

Untuk sesaat, Kevin merasa kasihan pada sahabatnya itu. Selama bertahun-tahun ia meyaksikan sepi dan tidak tenangnya hidup Maxwell.      

Oleh karena itu, ia berharap Maxwell akan segera menemukan kebahagiaan dan ketenangan dalam hidup. Tapi, apakah itu mungkin?      

Kevin duduk di samping Maxwell. Setelah itu ia menepuk pundak Maxwell dengan lembut.      

"Mengejar wanita tidak perlu dengan pemaksaan karena dia akan takut dan semakin menjauhimu. Jika kamu bisa lebih tenang dan berpikir dengan sehat, maka aku akan membantumu untuk mendapatkan Liana. "      

Maxwell langsung menoleh kearah Kevin ketika mendengar ucapan manis Kevin.     

"Apa kamu serius mau membantuku?"Tanya Maxwell.     

"Iya. Asalkan kamu tidak mengucapkan kata-kata yang mengerikan." Jawab Kevin sambil mengangguk.     

Tanpa mengatakan apapun, Maxwell langsung memeluknya dengan erat. Seketika itu Kevin terkejut dan mulai sesak nafas.      

"Apa kamu mau membunuhku?" Tanya Kevin dengan terbata-bata karena pelukan Maxwell sangat kuat sehingga ia merasa sesak nafas.     

Maxwell langsung melepaskan pelukannya sambil tersenyum. "Maaf, aku terlalu senang!"     

Kevin menatap tajam kearah Maxwell sambil mengatur nafasnya yang sempat terjepit akibat pelukan Maxwell.     

"Sebaiknya kamu pulang sekarang karena aku mau tidur! " Kata Kevin setelah ia mengatur nafasnya.      

"Malam ini aku akan tidur di rumahmu karena aku malas menyetir. " Maxwell merebahkan kembali tubuhnya di ranjang Kevin lalu menarik selimut tanpa memperdulikan Kevin.     

"Memangnya dimana Rafael?"     

"Dia ke kota B. Besok  pagi-pagi sekali dia akan menjemput ku!" Jawab Maxwell tanpa melihat Kevin.     

Sekali lagi Kevin menarik nafas dalam. Ia sudah kehilangan banyak tenaga untuk mengusir Maxwell.     

"Kamu tidurlah disini! Aku akan tidur di kamar Gavin." Setelah mengatakan itu, Kevin segera keluar dari kamarnya karena dia sudah sangat mengantuk dan ingin segera menyentuh bantal lalu tertidur dengan tenang.      

Setelah Kevin pergi, Maxwell langsung memejamkan matanya lalu menyingkirkan semua beban yang ada dalam hati dan pikirannya agar ia bisa tidur dengan cepat.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.