Istri Kecil Tuan Ju

Dijebak



Dijebak

0Mata Qiara menatap tajam kearah direktur yang terlihat sudah tidak sabar untuk menangkapnya.      

"Tidak mungkin ... " Qiara tidak ingin mempercayai direktur itu karena Regina sangat baik padanya selama ini.      

Regina juga pernah membantunya membayar obat di apotek dengan cuma-cuma. Dan banyak kebaikan lagi yang Regina berikan padanya.      

"Dia datang padaku dengan mengemis agar aku mau memberikannya uang karena dia harus membayar uang kuliahnya. Aku pun memberikannya dengan imbalan berupa gadis cantik. Bukankah itu masuk akal?"      

Air mata Qiara menetes di pipi karena kaget di khianati oleh orang yang dia percaya.     

'Aku tidak menyangka Regina akan mengkhianati aku. Dia tega menjual ku pada lelaki menjijikkan ini. Aku tidak akan membiarkan siapapun menyentuh tubuhku kecuali Julian.'Batin Qiara sembari menyeka air matanya.      

"Sayang ... Jangan membuatku menunggu lama! Aku sudah tidak bisa menahan diri lagi ketika melihat paha mulus mu yang putih." Kata Direktur itu sembari menjulurkan tangannya kearah Qiara.     

Qiara menarik nafas dalam untuk mengumpulkan emsinya yang baru saja terpecah.      

Qiara menatap pipi sebelah kanan direktur itu. Ada goresan luka yang tampaknya cukup dalam di sana. Qiara pun menyimpulkan kalau direktur itu memang lelaki yang berbahaya dan menjijikkan.     

"Aaarggg ... " Suara teriakan direktur itu memenuhi kamar hotel saat tangan kanannya di pelintir oleh Qiara.      

"Apakah itu sakit?" Tanya Qiara dengan sinis.      

"Wanita brengsek ... Lepasin aku! Kamu tidak tahu siapa aku? " Teriak direktur itu lagi sambil menahan rasa sakit.      

Tanpa mengatakan apapun, Qiara memukul hidung direktur itu dengan lututnya. Seketika itu sang direktur tersungkur di lantai sambil memegang hidungnya yang mengeluarkan banyak darah.     

"Aaarggg ... " Direktur itu meringis kesakitan sambil berguling di lantai.      

"Lelaki sampah ... " Ucap Qiara sambil mengibas pakaiannya dan menepuk kedua tangannya.      

Setelah itu, Qiara melepas sepatu hak tingginya. Lalu menutup wajahnya dengan sapu tangan yang diberikan Julian dulu. Ia selalu membawa sapu tangan itu kemanapun agar jika dia rindu pada Julian, ia bisa mencium sapu tangan itu.      

Dengan pelan Qiara keluar dari kamar itu. Ia berusaha menghindar CCTV agar jejaknya tidak di ketahui oleh direktur itu.     

Tidak lama kemudian, Qiara berhasil keluar dari kamar hotel itu dengan wajah yang tertutup.      

Back.      

Setelah Qiara mengingatkannya tentang masa lalu itu, Regina langsung berlutut minta maaf pada Qiara.      

"Aku minta maaf karena aku terpaksa melakukan itu! Direktur itu sudah lama menyukaimu sehingga aku memanfaatkannya!" Kata Regina sambil menangis.     

Qiara menarik nafas dalam.      

Tepat saat itu, Julian membuka pintu, namun ia tidak masuk saat melihat ketegangan antara Qiara dan Regina.     

"Bangunlah!" Kata Qiara setelah lama terdiam.     

"Aku tidak akan bangun kecuali kamu memaafkan aku!" Regina merasa sangat bersalah sehingga ia merasa harus mendapatkan maaf dari Qiara terlebih dahulu agar dia mampu mengangkat dagunya untuk melihat Qiara.      

Tanpa mengatakan apapun Qiara memaksa Regina untuk berdiri karena dia tidak nyaman.      

Regina pun terpaksa berdiri karena ia tidak bisa melawan kekuatan Qiara.      

"Bagaimana keadaanmu selama ini? Dimana kamu bersembunyi? " Tanya Qiara dengan suara yang lembut.      

Regina mendongak melihat Qiara dengan bingung. Ia tidak bisa memahami kenapa sikap Qiara berubah secepat itu.     

"Kenapa kamu hanya diam? "Tanya Qiara lagi.     

"Bukankah kamu sedang marah padaku? Bukankah aku sudah melalukan yang sangat jahat padamu? Kenapa kamu begitu cepat berubah?"      

Qiara tersenyum. "Aku memang marah pada saat itu. Tapi, aku lebih marah lagi karena kamu menghilang dengan tiba-tiba. Sekarang, aku sudah menemukan kamu untuk melampiaskan amarahku. Setelah semuanya terlampiaskan, maka aku merasa lega dan ingin menyapa dengan cara yang benar."      

Air mata Regina meluncur begitu saja karena dia tidak menyangka kalau teman yang dulu dia jebak ternyata memaafkannya semudah itu.      

"Jangan nangis lagi! Aku senang melihatmu hidup dengan baik seperti ini! Tapi, kamu jangan mengulangi kesalahan yang dulu pada orang lain walaupun kamu terpaksa. Sekarang kamu periksa ibuku!" Kata Qiara dengan suara yang lembut.      

Karena terharu, Regina pun langsung memeluk Qiara dengan erat. "Terimakasih! Aku tidak akan mengulangi kesalahanku lagi!".     

Qiara tersenyum manis karena dia sangat lega setelah bertemu Regina.     

Julian merasa bangga melihat istrinya yang sudah tumbuh dewasa.      

'Sepertinya perpisahan kami membuat Qiara tumbuh dewasa dengan baik.'Batin Julian sambil tersenyum.     

Setelah membatin Julian pun memutuskan untuk masuk. Seketika itu Qiara dan Regina melepas pelukan mereka.     

"Julian ... " Ucap Qiara sambil tersenyum.     

Regina mengerutkan keningnya melihat Julian yang begitu tampan dan berwibawa.     

'Tampan sekali ... Siapa lelaki itu?' Batin Regina sembari mengatur senyumnya.     

"Sayang ... Apakah aku mengganggu kalian?" Tanya Julian.     

Regina terkejut mendengar Julian memanggil Qiara dengan panggilan sayang.     

"Dia siapa?" Tanya Regina dengan heran.     

"Suamiku ... " Jawab Qiara sembari menggandeng tangan Julian sambil tersenyum.     

Regina semakin terkejut mendengar pengakuan Qiara.      

"Jadi, kamu sudah menikah?"      

"Iya. Aku juga punya anak namanya Zio."      

Regina tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Ia tidak menyangka kalau Qiara akan mengalami kehidupan yang jauh lebih baik bersama lelaki tampan seperti Julian.     

"Oh iya, suster. Bagaimana keadaan ibu mertua saya?" Tanya Julian.     

Regina pun tersadar dari keterkejutannya dan dengan gugup ia menjawab,"Saya akan memeriksanya sekarang!"     

Setelah itu Regina segera melaksanakan tugasnya yang tertunda.      

Julian mengerti kenapa Qiara bersikap seperti itu.     

'Gadis nakal ini memang sudah dewasa, tapi dia tidak meninggalkan siapa dirinya sebenarnya.'Batin Julian sembari tersenyum melirik Qiara.      

London.     

Sementara itu Agatha yang sedang berada di jalan menuju rumah tempat tinggalnya di London, tiba-tiba ia merasakan ponsel di sakunya bergetar, pertanda ada telepon masuk.     

Agatha mengerutkan keningnya saat melihat nomer telepon asing. Dengan ragu ia menjawabnya.     

"Halo, ini siapa?" Tanya Agatha setelah menggeser icon berwarna hijau di ponselnya.     

"Kalau kamu tidak mau calon suamimu mati, maka datang ke ruang 809 di Star Club!." Suara seorang perempuan terdengar dari seberang telepon.     

"Calon suami?" Agatha mencoba untuk berbicara, tapi teleponnya sudah ditutup. Ia mencoba menghubunginya lagi, tapi tidak ada yang menjawab.     

Tiba-tiba Agatha berpikir kalau yang di maksud adalah Kevin. Karena hanya Kevin yang tahu nomer telponnya. Seketika itu Agatha bergegas meminta supir untuk membawanya ke Star Club.      

Tidak butuh waktu lama, Agatha sampai di Star Club.     

Dengan cepat ia keluar dari mobil lalu berlari masuk ke dalam Club.     

Agatha mengenakan rok hitam mengkilat, rambut hitam lurus sebahu dan sepasang mata hitam yang berkilau serta wajah putih lembut itu penuh kecemasan.     

Dalam beberapa bulan, Agatha berhasil menurunkan berat badannya setelah melewati proses diet dan olah raga yang ketat.     

Agatha berhasil dengan capat karena dendam di hatinya membuat tekadnya membara.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.