Istri Kecil Tuan Ju

Pembalasan



Pembalasan

0  Qiara langsung berbalik menghadap pak Rahmat sambil menunduk dan memainkan dramanya seperti biasa.    

  "Pak tolong maafkan saya kali ini! Saya tidak berniat telat, saya hanya bangun kesiangan saja, di tambah sepeda saya bocor, akhirnya saya terpaksa nunggu angkot, karena angkot tidak kunjung ada akhirnya saya mencari ojek tapi sayang di tengah jalan motornya mati jadi dari perempatan depan saya berlari menuju sekolah, begitu ceritanya pak". Jelas Qiara dengan ekspresi sendu.    

  "Uhhh ... Acting Qiara perlu diacungkan jempol saking sempurnanya". Bisik sahabat Qiara sambil tersenyum. Sedang sahabatnya yang lain hanya mengangguk memperhatikan Qiara sambil tersenyum.    

  "Bohong itu pak!". Ucap Qiano menimpali perkataan Qiara sambil tersenyum licik dan memainkan pensilnya.    

  "Tunggu saja kamu Qiano!". Batin Qiara seraya menoleh lagi ke arah Qiano dengan menggertakan giginya.    

  "Aku serius kok Pak! Tolong jangan dengarkan perkataan manusia bar-bar itu!". kata Qiara mencoba memberi pembelaan pada dirinya sendiri.    

  "Qiano benar! Kamu memang tukang bohong, ini sudah kesekian kalinya kamu melakukannya. Jadi, bagaimana aku bisa percaya padamu hah? Kemarin kamu bilang ada kecelakaan, kemarinya lagi kamu bilang sibuk bantuin orang buta menyeberang. Saya sudah bosan mendengar ceritamu jadi tidak ada maaf lagi! Sekarang keluar kamu dari kelas ini cepat ... !". Pak Rahmat benar-benar marah sampai suaranya terdengar serak. Ia geram dan merasa malu secara ia adalah wali kelas Qiara.    

  "Tapi pak ... ". Qiara memohon dan mencoba memutar otaknya untuk menemukan sebuah ide, tapi sayang wajah ngeselin Qiano membuatnya hilang konsentrasi.    

  "Keluaarrrrr ... !!". Teriak Pak Rahmat seraya menunjuk arah pintu keluar dengan ekspresi yang mengerikan.    

  "Baik pak saya akan segera keluar. Mohon jangan marah-marah lagi! Ingat darah tinggi bapak, karena itu bisa membuat umur orang pendek he he". Ucap Qiara sambil tersenyum kearah Pak Rahmat lalu bergegas keluar dari kelas membawa tasnya.    

  Darah tinggi pak Rahmat benar-benar dibuat semakin naik oleh perkataan Qiara, sedang yang lain menahan tawanya.    

  "Sepi juga gak ada si pecicilan yang menyebalkan itu". Gumam Qiano setelah kelas kembali tenang sepeninggal Qiara.    

  "Kalian sudah kelas 3 SMA, sebentar lagi akan menghadapi ujian. Jadi, tolong seriuslah belajar jangan ikuti si ulat bulu itu!". Kata pak Rahmat dengan kesal kepada seluruh siswanya di kelas itu.    

  "Pak kalau Qiara ulat bulu maka Qiano pohon mahoni dong, yang lagi viral di serbu sekumpulan ulat bulu ha ha ha ... ". Celetuk salah satu teman kelas Qiano yaitu si Udin nyeleneh anaknya.    

  "Ha ha ha ... ". Kelas kembali ribut oleh gelak tawa mereka yang mendengar celetukan si Udin.    

  Entah mengapa di ledekin seperti itu, Qiano malah merasa senang, selain nama mereka yang mirip mereka juga dijuluki Tom and Jerry yang sampai dunia berakhir pun mereka tidak akan pernah akur.    

  "Sudah-sudah! Jangan bahas ulat bulu lagi bapak jadi geli. Sekarang kita lanjutkan pelajaran lagi!". kata pak Rahmat sambil berbalik dan melanjutkan tulisannya di papan.    

  "Maaf pak, saya ijin ke toilet!". Kata Qiano sambil berdiri.    

  Pak Rahmat hanya melambaikan tangannya, setelah itu Qiano bergegas menuju kamar mandi, namun tanpa sepengetahuan Qiano, di luar kamar mandi dia sudah ditunggu oleh bahaya.    

  Melihat Qiano masuk kamar mandi, Qiara tersenyum licik lalu mengikutinya masuk ke kamar mandi. Dengan pelan Ia mencari ruangan yang digunakan Qiano, setelah menemukannya, Qiara berdiri sambil berdecak pinggang di depan pintu. Untung toilet lelaki sepi karena pembelajaran masih berlangsung sehingga tidak ada yang bisa mengganggu rencana Qiara.    

  Sesaat kemudian Qiano keluar dari kamar mandi. Seketika itu ia kaget bukan main ketika melihat Qiara, sehingga ia hampir terpeleset.    

  "Gadis gila apa yang kamu lakukan di sini?". Tanya Qiano dengan tatapan tajam setelah mengendalikan keterkejutannya.    

  Qiara melotot ke arah Qiano sambil tersenyum ia berkata.    

  "Dasar racun, karena ulahmu aku dikeluarkan dari kelas. Jadi, kamu harus bertanggung jawab sekarang juga!".    

  Mendengar perkataan Qiara, Qiano menyilangkan tangannya ke dada dan menaikkan alisnya.    

  "Lalu? Kamu mau aku melakukan apa untukmu?". Tanya Qiano dengan santai.    

  "Tolong ... ! Tolong ...! Tolong ...! Siapapun di luar tolong aku! ada yang ingin memperkosaku". Teriak Qiara tanpa menjawab pertanyaan Qiano seolah ia sedang dianiaya.    

  Qiano menjepit alisnya sambil menutup telinganya. Namun ia semakin khawatir mendengar teriakan Qiara yang bisa mengundang orang banyak.     

  "Ehh ... Gadis gila! Dengerin ya! Kalau aku mau memperkosa orang, aku pasti pilih-pilih. Tidak mungkin aku memilih gadis dekil dan judes kayak kamu. Juga, semua orang ada di dalam kelas. Jadi, tidak ada yang akan mendengarkanmu berteriak". Kata Qiano seraya menyeringai ke arah Qiara.    

  Qiara tidak perduli dengan perkataan Qiano. Ia malah tersenyum licik dan dengan berani ia menarik tangan Qiano untuk menempel di pinggang nya agar terlihat lebih natural.    

  "Siapapun di luar tolong aku! Qiano mau memperkosaku". lanjut Qiara dengan nada suara yang memilukan.    

  Qiano merasa frustasi dengan kelakuan Qiara. Ia menarik nafas dalam lalu berusa menarik kembali tangannya yang menempel di pinggang Qiara.    

  "Gadis gila, tolong hentikan! Kalau tidak aku bisa melakukan hal buruk padamu". Qiano berusaha menghindari Qiara, akan tetapi Qiara malah semakin berani sampai membuka kancing bajunya lalu mengacak-acak rambutnya.    

  Tepat saat itu terdengar suara langkah kaki yang mendekat ke arah kamar mandi. Qiano terkejut dan merasa khawatir ada yang akan mendengar suara Qiara. Mata nya melotot kearah pintu masuk, sedang Qiara malah tersenyum melihat kecemasan di wajah sang bintang sekolah itu. Tidak lama setelah itu suara langkah kaki semakin dekat. Akhirnya Qiano terpaksa menutup mulut Qiara yang tidak mau diam dengan tangannya sambil menarik Qiara masuk ke salah satu kamar kecil yang ada di toilet itu.    

  "Lepaskan tanganmu yang bau ini, wahai racun!". Qiara mencoba melepaskan diri dari cengkeraman Qiano.    

  Qiano hampir kehilangan tenaga menahan amukan Qiara.    

  "Diamlah! Aku tidak akan membiarkanmu merusak nama baik ku di sekolah ini! Kalau kamu kan sudah terlanjur rusak karena ulahmu sendiri. Jadi, jangan bawa-bawa orang lain dong!". Bisik Qiano di telinga Qiara.    

  Qiara semakin kesal mendengar perkataan Qiano sehingga ia menggigit tangannya. Seketika itu Qiano melepaskan bungkamannya.    

  "Auuu.. sakit". Qiano meringis kesakitan.    

  Qiara pun kembali berteriak setelah tangan Qiano yang membungkam mulutnya menyingkir. Hal itu membuat Qiano semakin geram, terlebih ketika mendengar langkah kaki yang sudah sampai di depan Toilet.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.