Istri Kecil Tuan Ju

Dia Tidak Seperti Biasanya



Dia Tidak Seperti Biasanya

0  "Waoo ... Ini luar biasa, semuanya terjawab hanya dalam waktu 7 menit. APakah benar dia yang menyelesaikannya?". Ucap Qiara sambil memeriksa semua jawaban yang dikirim Julian, lengkap dengan cara-caranya yang ditulis dengan singkat dan mudah dipahami.     

  "Apa itu sayang?". Tanya Renata dengan heran ketika melihat ekspresi Qiara yang terlihat sangat gembira. "Bukan apa-apa Ma! Oh iya, Qiara mau berangkat sekolah dulu ya!".     

  Setelah mengatakan itu, Qiara langsung bangkit dari duduknya lalu berpamitan pada Renata, sedangkan Renata masih penasaran dengan gelagat Qiara yang tiba-tiba tersenyum ceria dan bersemangat. Namun, ia tidak berusaha untuk mencari tahu apa yang membuat anaknya bahagia. Karena baginya, melihat senyum Qiara itu sudah cukup.     

  Tidak lama setelah itu, Qiara sampai di sekolah. Dengan cepat ia bergegas masuk ke kelas lalu duduk di kursinya untuk mempelajari rumus yang diberikan Julian dalam menyelesaikan tugas Matematikanya.     

  Selagi kelas masih sepi karena Qiara datang lebih awal kali ini. "Ini kelihatannya jauh lebih mudah dari yang diajarkan Qiano. Tapi, aPakah jawabannya benar ya?". Batin Qiara setelah selesai mempelajarinya.     

  Mia dan Natasya yang baru saja datang tamPak heran melihat Qiara sibuk belajar dan datang lebih awal ke sekolah. "Qiara? Apa kamu sehat?". Tanya Mia dengan ekspresi heran seraya menempelkan punggung tangannya di jidat Qiara.     

  "Apaan sih Mia? Aku tidak apa-apa". Sahut Qiara seraya menyingkirkan tangan Mia dari jidatnya.     

  "Lagian kamu aneh hari ini". Kata Mia sembari duduk di samping Qiara.     

  "Aneh apa nya? Oh iya, Lola mana?". Tanya Qiara sembari melirik Mia dan Natasya.     

  "Si lemot masih di jalan". Jawab Natasya dengan ekspresi datar.     

  "Oh begitu". Ucap Qiara sambil kembali memperhatikan bukunya. Hal itu membuat Mia dan Natasya saling pandang dengan heran.     

  "Apa kamu benar-benar Qiara? soalnya tidak mungkin banget kamu bisa masuk sekolah lebih awal dan sekarang kamu belajar Matematika. APakah ini wajar bagi seorang Qiara? Atau jangan-jangan kamu sudah ketularan Qiano ya?". Tanya Mia dengan heran.     

  "Mia .... Harusnya kamu bersyukur! Karena teman kita ini mau berubah, iya kan Ra?". Kata Natasya sambil tersenyum memeluk Qiara.     

  "Iya, Apa yang di katakan Natasya itu benar. Aku harus berubah agar aku bisa seperti Kakakku Vania. Siapa tahu suatu hari nanti aku bisa menjadi dosen hebat seperti dia". Ucap Qiara dengan semangat yang menggebu.     

  Natasya dan Mia saling pandang, tiba-tiba ekspresi mereka berubah sedih ketika mendengar perkataan Qiara". kenapa ekspresi kalian sedih begitu? Kenapa?". Tanya Qiara dengan khawatir.    

  "Ra, kami minta maaf karena baru tau kalau kakakmu sudah meninggal. Kami ingin bertanya padamu tapi kami tidak mau merusak suasana hatimu kemarin pas kami mendengar kabar itu dari tanteku". Kata Mia dengan sedih.     

  "Tidak apa-apa! Aku sudah mengikhlaskan kepergiannya, makanya sekarang aku ingin mengikuti jejaknya biar Mama tidak merasa kehilangan kakak Vania lagi".     

  Mendengar perkataan Qiara, Mia dan Natasya langsung memeluk Qiara. Mereka ikut merasakan kesedihan Qiara, karena mereka tau bagaimana Qiara begitu mengidolakan kakaknya.    

  "Ehhhh ...Kalian tau tidak? Tadi, aku ketemu Qiano di parkiran. Hari ini penampilannya beda banget, semua teman cewek pada histeris melihat dia". Ucap Lola yang tiba-tiba datang dan mulai semangat ngegosip.     

  "Benarkah?". Tanya Mia yang mulai tertarik dengan gosip baru Lola, walaupun tadi ia hampir mau marah karena kaget mendengar Lola yang tiba-tiba muncul.     

  Terang saja banyak yang suka, secara dari kelas satu sampai kelas 3 tidak ada yang tidak tau siapa Qiano, Cowok yang paling populer, cerdas dan kapten basket.     

  Dia sangat seksi saat bermain basket. Sudah pasti banyak cewek yang histeris memanggil namanya. sedangkan Qiara dan Natasya yang sudah biasa melihat Qiano, tamPak biasa saja mendengar gosip itu.    

  Tepat saat itu bel masuk berbunyi sehingga Lola tidak bisa melanjutkan gosipnya. Tidak lama setelah itu, semua teman-teman kelas mereka masuk memenuhi ruang kelas dan yang terakhir adalah Qiano.     

  Kedatangan Qiano membuat semua teman-teman perempuan Qiara terhipnotis dengan gaya baru Qiano. Dia berjalan dengan tas di punggung sebelah kanannya. Tatapannya tajam dan kulitnya bersih, bibirnya terlihat memerah karena Qiano tidak merokok, dan tentunya gaya baru yang di maksud adalah potongan rambut Qiano yang tidak seperti biasanya.     

  "Qiano benar-benar tampan ya?". Bisik Lola. "Iya, baru kali ini aku melihat Qiano benar-benar tampan". Sahut Mia tanpa mengalihkan pandangannya dari Qiano.     

  "Biasa saja". Ucap Qiara ketus, meskipun di hatinya juga mengakuinya. "Selamat pagi!". Ucap Pak Rahmat sambil berjalan menuju meja guru.     

  "Selamat pagi juga!". Sahut mereka bersamaan menyambut sapaan Pak Rahmat. Tidak lama setelah itu, Pak Rahmat memulai pembelajarannya. Semua siswa tampak tenang di awal-awal.     

  Tepat saat Pak Rahmat menulis soal di papan. Lola malah melanjutkan gosipnya tentang Qiano.    

  "Ra, kalau Qiano nembak kamu, bagaimana sikapmu?". Tanya Lola.     

  Mendengar pertanyaan Lola, Mia dan Natasya juga memasang telinga karena penasaran dengan jawaban Qiara.    

  "Tidak tahu". Jawab Qiara tanpa ekspresi. "Tidak tahu berarti jawabannya bisa iya atau tidak.     

  Tapi, apa kamu benar-benar tidak punya rasa suka sama Qiano?". Mia juga ikut mengintrogasi Qiara karena ia juga penasaran.     

  "Seandainya aku suka sama Qiano dan sebaliknya dia juga suka, tetap saja aku tidak mungkin bersamanya". Jawab Qiara dengan ekspresi sendu.     

  "Tapi kenapa bisa begitu? Kalian tidak direstui ya?". Tanya Lola dengan raut wajah yang heran dan bingung.    

  "Qiaraaaaa .... !"Suara Pak Rahmat bergema di seluruh ruangan karena dia merasa terganggu dengan suara bisik-bisik Qiara dan temannya.     

  Seketika itu semua siswa terkejut sembari menutup telinga. Sementara itu Qiara langsung berdiri dengan sigap.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.