Istri Kecil Tuan Ju

Deg-Degan



Deg-Degan

0  "Ahhh... ". Qiara meringis menahan sakit di tangan kanannya yang tergores.     

  Melihat Qiara mundur dan menahan sakit di tangannya, dengan gesit Qiano melepas tasnya di dekat Natasya dan berlari melindungi Qiara.    

  "Qiano?". Qiara terkejut melihat Qiano yang tiba-tiba muncul.    

  "Pulanglah! Biar dia jadi urusanku". Kata Qiano seraya melirik Qiara.    

  Qiara menggeleng, "Enggak, kita harus pulang bareng".    

  "Baiklah tunggu aku bersama Natasya! Aku hanya butuh 10 detik untuk membereskan parasit ini". Lanjut Qiano.    

  Qiara mengangguk dan segera duduk bersama Natasya sambil menutup tangannya yang penuh darah.    

  "Paman majulah!". Kata Qiano menantang Puso.    

  Puso tertawa dia merasa bangga bisa melukai Qiara, dengan cepat dia menyerang Qiano, tapi sayang dia kalah cepat dengan Qiano, tangan nya berhasil di tekut dan di plintir ke belakang sehingga pisau itu jatuh, dan lututnya di tendang oleh Qiano setelah itu Puso berlutut menahan sakit di bagian tangannya yang di tekan oleh Qiano.    

  "Ampun anak muda, tolong lepaskan saya!". Puso berusaha membujuk Qiano. Merasa lawannya tidak berdaya, Qiano langsung melepaskannya dan membiarkan mereka pergi.    

  Setelah itu Qiano berjalan mendekati Natasya dan Qiara, tanpa bertanya Qiano mengeluarkan slayer yang biasa dia pakai untuk mengikat kepalanya ketika sedang bermain basket atau futsal.    

  "Julurkan tanganmu yang terluka!". Perintah Qiano pada Qiara sambil menatapnya dengan lembut.    

  Qiara menjulurka tangannya yang terluka dengan patuh. Setelah itu Qiano dengan hati-hati membersihkan darahnya dan mengikat tangan Qiara dengan slayernya biar darah berhenti keluar.    

  "Terimakasih!". Ucap Qiara dengan lembut.     

  Mendengar suara lembut Qiara untuk pertama kalinya, Qiano hanya tersenyum dan hatinya mendadak menjadi hangat.    

  Qiara merasa tersentuh dengan apa yang di lakukan Qiano padanya, sedang Natasya baper melihat anjing dan kucing itu saling memberikan perhatian dan nampak malu-malu.    

  "Manis banget". Kata Natasya sambil menatap dua orang di depannya.    

  Qiara menjepit alisnya melihat ekspresi lebay Natasha.    

  "Apanya yang manis?".    

  "Kalian berdua itu manis banget kalau lagi akur kayak gini..". Jawab Natasya.     

  Mendengar perkataan Natasya, Qiara dan Qiano hanya tersenyum malu.    

  "Sudah malam sebaiknya kalian segera pulang dan tidur karena besok kita kembali sekolah!". Ucap Qiano.    

  Natasya tersenyum licik dan berkata pada Qiano, "Mmm ... Kebetulan rumahku sudah dekat, sedang Qiara masih jauh , kalau tidak keberatan apakah kamu mau mengantarnya? Soalnya aku khawatir dia kenapa-kenapa secara kan tangannya terluka".    

  "Hahaha ... Sya, terimakasih sudah menghawatirkanku tapi aku masih bisa pulang sendiri". Kata Qiara sambil menahan rasa tidak enaknya mendengar permintaan Natasya.    

  Qiano memasukkan kedua tangannya ke saku celananya, setelah itu dia berkata lagi, "Aku akan mengantar kalian berdua adil kan?".    

  "Oky". Jawab Natasya dengan antusias.    

  Setelah itu Qiano membantu Qiara membawa sepedanya, "Naiklah!". Pinta Qiano pada Qiara    

  Natasya di buat semakin baper, "Ra, naik aja di belakang! Tanganmu kan lagi sakit jadi pasti tidak kuat menahan sepedamu jadi biarkan Qiano yang memboncengmu".    

  Dengan ragu sekaligus malu, Qiara naik di tempat duduk bagian belakang sepedanya tapi dia ragu untuk berpegangan pada Qiano, menyadari keraguan Qiara, Qiano tersenyum dan segera menarik tangan Qiara ke pinggangnya.    

  "Pegangan yang kuat, biar kamu tidak jatuh!".    

  Merasakan tapak tangan hangat Qiano yang memegang tangannya, Qiara merasa tersengat listrik, dengan pelan dia memengangguk dan mengeratkan pegangannya di pinggang Qiano, setelah itu Qiano mengayuh sepedanya menuju rumah Natasya dulu.    

  Qiano benar-benar sukses membuat Qiara salah tingkah, jantung Qiara deg-degan tidak karuan, dia benar-benar merasa senang di bonceng oleh musuh bebuyutannya itu.    

  Setelah dari rumah Natasya, Qiano langsung membawa Qiara pulang.    

  "Ra,". Panggil Qiano.    

  Qiara yang sedari tadi diam di belakang mendongak melihat punggung Qiano, "Mmm".    

  "Semester tinggal dua minggu lagi, jadi kapan kamu akan mulai belajar?". Tanya Qiano.    

  Qiara menepuk jidatnya, dia benar-benar lupa soal belajar, "Mmm bagaimana kalau besok sehabis pulang sekolah?".    

  "Belajar di mana?". Lanjut Qiano.    

  "Mmm ... Bagaimana kalau di halamanya Abah Ujang? Halaman rumahnya kan cukup tenang dan nyaman banyak pepohonan juga, yang terpenting di sana tidak ada teman-teman kita, dan aku yakin Abah pasti ngijinin kita secara kan kita murid terbaiknya, bagaimana?". Usul Qiara.     

  Qiano tampak berfikir, setelah itu dia mengangguk, "Baiklah aku setuju, sekalian kita nengokin Abah dan mungkin setelah belajar kita bisa bantu-bantu Abah di kebunnya atau sekedar ngebantu latih murid-muridnya di sanggar".    

  Qiara mengangguk antusias. Qiano merasa tidak sabaran menunggu hari esok saat ia dan Qiara bisa belajar bersama. Tidak lama kemudian, mereka akhirnya sampai di depan rumah Qiara.    

  "Ini sepedamu! Langsung masuk saja udara malam di Bandung benar-benar dingin". Kata Qiano seraya menyerahkan sepeda Qiara.    

  "Bawa aja sepedaku! Kan rumahmu lumayan jauh dari sini. Terimakasih sudah nganterin!". Ucap Qiara dengan senyuman.    

  Qiano mengangguk, "Baiklah aku akan menggunakan sepedamu, kalau begitu aku pulang dulu ya, Assalamualaikum!".    

  "Waalaikumsalam". Jawab Qiara, setelah itu Qiano langsung pergi dan Qiara segera masuk ke dalam.    

  Renata sedari tadi mengintip lewat jendela menghampiri Qiara yang baru saja masuk dan berjalan menuju kamarnya, "Qiqi tunggu!".    

  Qiara berhenti dan menengok kearah Renata.     

  "Ada apa Ma?".     

  "Kita bicara sebentar!". Kata Renata sambil berjalan menuju ruang tamu.    

  Dengan malas Qiara mengikuti Mama dan duduk di seberangnya.    

  "Ada apa Ma?".    

  "Kamu dari mana sampai larut malam begini?". Tanya Renata.    

  "Habis main di Mall, saking asyiknya sampai lupa waktu". Jawab Qiara dengan malas.    

  Ekspresi Renata menjadi gelap, "Kamu bilang main? Terus kenapa kamu bisa pulang dengan cowok hah? Tidakkah kamu ingat kalau kamu itu sudah bersuami? Dan yang kamu lakukan sekarang ini tidak baik Qi".


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.