Istri Kecil Tuan Ju

Toko Buku



Toko Buku

0  "Ha ha ha ha ... Gak apa-apa kali Ra! Anggap saja Revan itu hiburan. Oh iya, kenapa kamu tidak masuk 7 hari kemarin?".    

  Mendengar pertanyaan Natasya, Qiara menunduk dan berusaha menyembunyikan kepiluan hatinya. Setelah itu ia berkata, "Gak ada apa-apa, hanya ada sedikit masalah keluarga saja".    

  "Oh begitu, eh tunggu tadi aku dengar kalau kamu habis berantem lagi ya dengan Qiano? Apa itu benar?".    

  "Iya. Habisnya dia sangat menyebalkan".    

  "Ya ampun ... Emangnya, ada apa lagi sih diantara kalian? Aku jadi pusing tau enggak? Dari kita TK sampai SMA kenapa kalian masih saja belum bisa akur?". Ujar Natasya seraya menarik nafas dalam.    

  "Dia yang duluan gangguin aku, pokoknya dia itu cowok yang paliing nyebelin bagiku. Aku benci ... Benci ... Benci ... Banget sama dia!". Jelas Qiara sambil memukul-mukul meja.    

  "Hahahaha ... Qiara ... Qiara. Aku percaya kalau dia akan jadi musuh abadimu. Tapi hati-hati aja kalau nanti tumbuh cinta diantara kalian!". Untuk kesekian kalinya Natasya menertawakan dan menggoda Qiara.    

  "Hahahaha ... Kamu suka lucu ya. Itu tidak akan pernah terjadi dan gak mungkin aku suka sama cowok nyebelin kayak dia, aku kan sukanya sama Dafa".    

  "Masak sih sukanya cuma sama Dafa? bagaimana kalau sebenarnya benci itu sudah berubah jadi cinta sekarang?". Tanya Natasya seraya menggoda Qiara lagi.    

  Qiara hanya menjawabnya dengan cemberut. Setelah itu ia menatap kearah pintu yang ternyata ada Qiano sedang asyik ngobrol dengan seorang teman perempuannya dari kelas lain, untunglah Qiano tidak mendengarnya.    

  Setelah mengikuti pembelajaran dengan tenang dan aman. Bel pulang sekolah akhirnya berbunyi, Qiara yang suasana hatinya masih berduka memilih tidak ikut gabung bersama Natasya, Lola, dan Mia untuk kumpul seperti biasa di warung depan sekolah untuk sekedar nongkrong.    

  "Kamu enggak ikut Ra?". Tanya Mia.    

  "Kayaknya hari ini enggak deh karena aku mau ke toko buku dulu". Jawab Qiara dengan malas.    

  Sebenarnya Qiara hanya ingin membuat alasan agar tidak ikut nongkrong, dia tidak mau terlihat sedih dan rapuh di depan teman-temannya, dia juga sengaja tidak memberitahukan kepada teman-temannya tentang kematian kakaknya.    

  "Ra, sejak kapan kamu suka buku? Biasanya juga main game di mall". Kata si lemot Lola karena ia cukup terkejut mendengar Qiara mau ke toko buku.    

  "Hahaha ... Bukan bukunya yang mau aku kunjungi, melainkan mau jalan-jalan di sekitar sana, siapa tau ketemu jodoh yang suka baca buku". Sahut Qiara sambil terkekeh.    

  Natasya dan yang lainya menjepit alisnya mendengar perkataan Qiara.    

  "Jodoh? Kamu itu masih anak SMA sudah nyebut jodoh segala, memangnya kamu mau nikah muda Ra? Kenapa gak ngajak Qiano aja kan dia juga kutu buku tuh". Kata Lola sambil mengedipkan matanya.    

  "Benar tuh kata Lola, kamu sama Qiano aja, kalian berdua itu cocok. He he he ... ". Ucap Mi menimpali perkataan Lola.    

  "Kalian apaan sih bawa-bawa Qiano? Mendengar namanya saja hatiku rasanya langsung berduri". Ucap Qiara seraya bergidik ngeri.    

  "Berduri atau berdebar? Ha ha ha ... ". Mia lagi-lagi mencoba menggoda Qiara sambil terkekeh.    

  Mendengar godaan Mia, Qiara termenung sejenak dia mengingat kejadian di Toilet seketika itu ia merasa aneh kenapa jantungnya berdebar hebat ketika Qiano mencium bibirnya.    

  "Ahhh kenapa aku mengingat kejadian itu? Apa aku sudah tidak waras lagi? Aku tidak akan memaafkan racun itu karena sudah berani mengambil ciuman pertamaku". Batin Qiara dengan ekspresi kesal.    

  "Ra, kenapa malah ngelamun? Jangan-jangan, lagi ngelamunin Qiano ya?". Suara Mia mengagetkan Qiara dari lamunannya.    

  "Gak kok! Ya udah deh, aku harus pergi sekarang bay ... ". Qiara bergegas memutar sepedanya, karena dia benar-benar merasa frustasi melihat teman-temanya mulai menggodanya dengan Qiano, lelaki yang paling dia benci, tanpa memperdulikan godaan teman-temannya lagi, Qiara langsung mengayuh sepedanya dengan cepat.    

  Di tengah jalan, tiba-tiba Qiara merasa malas untuk pulang ke rumah, dia teringat nasehat kakaknya yang sering sekali dia dengar, kalau dia harus meluangkan waktu untuk membaca buku dan belajar yang rajin.    

  Qiara langsung memutar balik sepedanya menuju toko buku. Tidak lama setelah itu, ia sampai di depan toko buku, Qiara pun langsung memarkirkan sepedanya tepat di sebelah mobil mewah yang pemiliknya baru saja masuk, setelah itu Qiara langsung masuk.    

  "Kak Vania kan suka banget baca buku tentang psikologi gitu. Aku juga harus baca itu agar aku bisa seeperti kak Vania". Gumam Qiara pada dirinya sendiri sambil berputar mengelilingi rak buku.    

  Setelah lama berkeliling, akhirnya Qiara menemukan satu buku yang ternyata akan diambil oleh seorang lelaki, dengan cepat Qiara mengambil buku itu hingga terjadilah tarik menarik antara Qiara dan lelaki itu.    

  Lelaki itu melepas kaca matanya dan menatap tajam kearah Qiara seraya berkata, "Aku yang pertama mengambil buku ini, jadi ini milikku".    

  "Aku yang lebih dulu melihatnya jadi ini miliku". Jawab Qiara tidak mau mengalah.    

  Lelaki itu memperhatikan Qiara dari atas ke bawah, ia berfikir kalau Qiara hanyalah gadis SMA yang keras kepala.    

  Merasa di perhatikan oleh lelaki itu, Qiara merasa kesal dan langsung mengumpat tanpa kontrol.    

  "Dasar lelaki tua mesum, ngapain kamu memandangiku seperti itu?".    

  "Anak kecil! Kamu sebaiknya baca cerita kartun yang lebih cocok denganmu. Sementara buku yang kamu pegang itu sangat tidak cocok denganmu". Sahut lelaki itu dengan sinis.    

  Qiara merasa di rendahkan, dengan tenaga yang kuat dia berusaha merebut buku itu, tapi bukannya dapat dia malah terpental jatuh ke lantai secara dia tidak akan bisa mengalahkan tenaga lelaki tinggi dan berotot itu walaupun ia pandai bela diri.    

  "Hiyaaaa ... Kamu menyakitiku, dasar bajingan tua". Qiara merajuk sambil menunjuk kearah lelaki itu dengan ekspresi gelap.    

  Lelaki itu menyeringai kearah Qiara yang masih terkapar dilantai, setelah itu ia memasang kembali kaca matanya seraya berkata sebelum pergi meninggalkan Qiara.    

  "Ini sudah siang cepatlah pulang nanti ibumu mencarimu!".    

  Setelah mengatakan itu pada Qiara, lelaki itu langsung pergi begitu saja menuju kasir tanpa memperdulikan Qiara.    

  Qiara memperhatikan cara jalan lelaki itu, dan berusaha mengingat wajahnya agar kalau dia ketemu lagi, dia bisa balas dendam padanya.    

  Qiara bangun dan berdiri kembali, tiba-tiba dia mendengar suara para gadis berbisik, pandangan mereka tertuju pada lelaki yang berdiri di depan kasir, dan tampaknya kasir perempuan itu juga berusaha mencuri pandang dengannya, melihat itu Qiara menyeringai kearah para gadis itu, yang sepertinya mereka rata-rata seorang mahasiswi.    

  "Ya Tuhaaaaannn ... Keren banget cowok itu, tubuhnya tinggi dan seksi, kulitnya putih juga. Aku mohon liriklah aku!". Bisik salah seorang mahasiswi yang berada tidak jauh dari Qiara.    

  "Sepertinya dia bukan orang Bandung deh kalau di lihat dari gaya berpakaian dan gelagatnya". sahut yang lainnya.    

  "Iya kayaknya, siapa dia ya?".    

  "Dia itu mafia, jangan ada yang berani dekat deh"Kata Qiara menimpali para gadis itu, dengan senyum licik.    

  Para gadis itu langsung bergidik ngeri mendengar perkataan Qiara.    

  "Makan tu Mafia! Ha ha ha ha ...". Batin Qiara, setelah itu ia bergegas keluar dari toko tanpa membeli apapun.    

  Tepat saat Qiara keluar dari toko, ia terkejut karena sepedanya di serempet oleh mobil yang hendak keluar dari parkiran, dengan cepat Qiara berlari menghentikan mobil itu dengan membentangkan tangannya untung saja mobil itu jalannya pelan.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.