Istri Kecil Tuan Ju

Lelaki Tua Brengsek



Lelaki Tua Brengsek

0  Tepat saat Qiara keluar dari toko, ia terkejut karena sepedanya di serempet oleh mobil yang hendak keluar dari parkiran, dengan cepat Qiara berlari menghentikan mobil itu dengan membentangkan tangannya untung saja mobil itu jalannya pelan.    

  "Anak kecil ngapain kamu mengahalangi mobilku? Apa kamu mau mati?". Seorang lelaki muncul dari balik kaca mobil sambil marah-marah pada Qiara.    

  Qiara terkejut melihat lelaki yang ternyata itu lelaki yang di toko buku tadi.    

  "Kamu lagi? Sekarang tolong keluar dari mobilmu dulu cepat!". Teriak Qiara.    

  Lelaki itu tampak kesal secara dia hendak buru-buru ingin menjemput Ibunya. Oleh karena itu ia mengabaikan Qiara lalu membelokkan mobilnya dan segera melaju dengan kencang meninggalkan Qiara.    

  "Eeehhhh ... Dasar lelaki tua brengsek! Awas kamu kalau ketemu lagi aku akan hancurkan mobilmu!" Qiara berteriak kearah mobil yang sudah menjauh.    

  Sedang lelaki di dalam mobil itu, menggelengkan kepalanya melihat tempramen buruk seorang gadis, sehingga ia berharap tidak akan bertemu gadis seperti Qiara.    

  Setelah lelah berteriak, Qiara membangunkan sepedanya, dia makin kesal ketika melihat rantai sepedanya lepas.    

  "Aaaaa ... Mama, bagaimana Qiara bisa pulang kalau begini? Mana rumah dari sini lumayan jauh lagi. Ini semua gara-gara lelaki brengsek itu". Grutu Qiara seraya menarik sepedanya dengan terpaksa.    

  Hari semakin gelap, Renata cemas menunggu anak gadisnya yang belum juga pulang, dia mondar mandir di depan rumah dengan gelisah, ia takut terjadi sesuatu pada Qiara karena ia tidak mau kehilangan anak untuk kedua kalinya.     

  Beberapa saat kemudian, Renata merasa lega ketika melihat putrinya tiba di depan gerbang sambil menggeret sepedanya.    

  Renata berlari menyambut putrinya seraya bertanya dengan cemas, "Qiara kenapa kamu baru pulang jam segini, Mama cemas sayang?".    

  Qiara menatap Mama dengan sedih dan merasa bersalah.     

  "Rantai sepeda Qiara rusak, dan itu di sebabkan oleh lelaki brengsek yang seenaknya saja menjalankan mobil".    

  "Kamu di tabrak?". Raut wajah Renata menjadi cemas. Qiara menggeleng, "Sepeda Qiara saja yang di srempet".    

  Renata menarik nafas lega, "Alhamdulillah jika kamu tidak apa-apa. Ya sudah kalau begitu, ayo kita masuk! Mama sudah memasak masakan enak buatmu".    

  "Apa itu Ma?". Tanya Qiara dengan tidak sabaran.    

  "Nanti kamu juga tau". Jawab Renata sambil menggandeng putrinya masuk ke dalam rumah. Tidak lama setelah itu mereka pun makan malam bersama dengan menu kesukaan Qiara semua.    

  Renata tersenyum bahagia melihat putrinya makan dengan lahap, ia tidak menyangka kalau sudah    

  satu bulan berlalu sejak kematian Vania, kini ia bisa melepas kepergian Vania dengan ikhlas.    

  Setelah selesai makan malam, Qiara dan Renata kembali kepada kegiatan mereka masing-masing. Tepat saat Renata sibuk menjahit baju Qiara di ruang tamu, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.    

  Dengan cepat Renata membukakan pintu sedang Qiara lagi asyik mendengar musik sambil bermain game di kamarnya. Karena Renata tau siapa tamu yang akan datang.    

  "Selamat datang Sarah di rumahku yang sederhana ini!". Ucap Rena setelah membukakan pintu untuk Sarah dan putranya.    

  Sarah tersenyum dan menggenggam tangan sahabatnya itu seraya berkata, "Re, terimakasih atas sambutanmu yang hangat, aku dan Julian sangat senang bisa berkunjung ke rumahmu!".    

  Renata tersenyum mendengar perkataan Sarah, setelah itu dia mempersilahkan tamunya masuk dan duduk di raung tamu. Setelah menyuguhkan minuman, Renata langsung duduk kembali di seberang tamunya.    

  "Nak Julian, kapan kamu pulang?". Tanya Renata sambil tersenyum melihat Julian yang terdiam sedari tadi.    

  "Saya pulang setelah empat hari kematian Vania. Maaf karena saya terlambat tau sehingga saya tidak bisa ikut mengantarkan wanita yang saya cintai ke peristirahatan terakhirnya. Dan maaf karena saya baru berkunjung! Semua karena saya harus menenangkan perasaan saya". Jawab Julian dengan tenang dan terkumpul.    

  "Padahal aku sudah sayang banget dengan Vania, aku tidak sabar menyambutnya menjadi menantu di rumahku, dia gadis yang cantik dan baik hati. Tapi ternyata, Allah lebih menyayanginya dari aku makanya dia mengambilnya duluan". Ucap Sarah menyela pembicaraan Julian dan Renata.    

  "Kamu benar. Semoga ia bahagia disana. Oh iya, kalian kesini hanya untuk silaturrahmi atau ada tujuan lain?". Ucap Renata.    

  Sarah langsung menoleh kearah Julian. Langsung saja Julian mengerti dan membuka mulutnya untuk menyampaikan tujuan kedatangannya.    

  "Aku datang untuk memenuhi wasiat Vania. Aku sangat mencintai Vania oleh karena itu aku ingin menjalankan wasiat terakhirnya karena aku tidak ingin merasa bersalah seumur hidupku jika mengabaikan wasiatnya". Jelas Julian dengan ekspresi sendu.    

  "Itu benar Re. Awalnya aku ragu, tapi setelah membaca surat dari Vania yang dia tulis di detik terakhirnya, aku langsung mengiyakan permintaan Julian. Lagi pula Qiara juga anakmu dan adik Vania, mereka tidak akan jauh berbeda". Kata Sarah sambil meneteskan air mata.    

  Renata menarik nafas dalam mendengar perkataan Julian. Ia tidak menyangka kalau Julian akan menyetujui permintaan Vania, makanya ia tidak pernah memberitahu Qiara soal suart terakhir Vania.     

  "Aku juga menerima surat dari Vania, dia memintaku untuk mengijinkanmu menikahi adiknya tepat di hari ulang tahunnya". Kata Renata dengan berat hati, sebab ia juga tidak mau mengecewakan putrinya yang sudah tiada.    

  "Apakah kamu sudah memberitahu Qiara? "Tanya Sarah.    

  "Aku ingin memberitahunya sebulan yang lalu saat aku membaca surat Vania. Tapi, aku khawatir Qiara akan menolak secara dia masih SMA dan sangat labil". Jawab Renata dengan ekspresi yang rumit.    

  "Aku mengerti kalau itu pasti berat buatmu. Pelan-pelan saja kamu menjelaskanya pada Qiara!". Ucap Sarah seraya menarik nafas dalam.    

  "Tapi, jika aku tidak menjalanlan wasiat Vania, aku takut dia kecewa di alam sana. Karena semasa dia hidup aku tidak bisa membahagiakannya, jadi aku ingin membahagiakannya ketika dia ada di alam sana. Akan tetapi, bagaimana dengan sekolah Qiara". Ucap Renata dengan bingung.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.