Istri Kecil Tuan Ju

Merasa Kesal



Merasa Kesal

0  Papa terlihat begitu berat melepas dua wanita yang begitu berarti di hatinya itu, ia pun melirik Qiara seraya bertanya. "Qiara tidak mau tinggal lebih lama lagi sama papa?".    

  "Qiara harus menyelesaikan sekolahnya dulu, nanti dia akan mengunjungimu lagi!". lanjut Renata mewakili Qiara. Papa langsung mengangguk sambil memeluk Qiara.    

  Sementara itu Mama mengambil tas yang dipakai Vania terakhir kali yang berada di atas meja rias Vania. Saat membuka tas itu, dia melihat dua buah surat di dalam tas Vania dan beberapa barang lainya. Surat yang satunya untuk Mama dan Qiara sedangkan yang satunya untuk Julian.     

  "Sepertinya ini surat untuk Julian, bisakah kamu memberikan nya ketika dia kesini nanti?". Tanya Renata seraya menjulurkan surat itu ke arah Pak Yunus.    

  "Tentu". Jawab Pak Yunus sambil meraih surat itu dari tangan Renata.    

  Setelah itu Qiara dan Mama segera kembali ke Bandung, karena besok Qiara sudah mulai sekolah. Qiara membawa beberapa baju dan barang-barang Vania sebagai kenang-kenangan buatnya.    

  Waktu terus berlalu, Qiara pun kembali bersekolah. Namun kali ini ia tiba di sekolah lebih awal, entah mengapa Qiara merasa dia harus merubah sikapnya demi Vania.    

  "Tumben masuk pagi? Apa tidak masuk seminggu sudah merubah tabiat burukmu?". Tiba-tiba Qiano yang baru saja sampai di sekolah duduk di sebelah Qiara mengagetkanya.    

  Qiara melirik Qiano dengan malas seraya berkata.     

  "Jangan ganggu aku! "    

  "Kamu kenapa? Dan kemana saja kamu selama 7 hari aku tidak melihatmu, apa kamu sakit?". Mendadak Qiano menjadi perhatian pada Qiara.    

  Qiara cemberut dan mulai kesal karena Qiano tidak mengindahkan kata-katanya.    

  "Apa urusanmu tanya-tanya? Bukankah kamu senang jika aku musnah dari sekolah ini". Sahut Qiara dengan ketus.    

  "Tentu aku sangat senang, oleh karena itu aku bertanya-tanya biar bisa memastikan kalau gadis pecicilan ini sudah benar-benar keluar dari sekolah ini". Jawab Qiano sambil tersenyum.    

  Qiara menatap sinis cowok yang duduk di sampingnya itu. , Qiara tidak mengerti mengapa Qiano tidak peka dengan suasana hatinya, malah Qiano mencari masalah dengannya. Bagaimana Qiano tak menyebalkan bagi Qiara, secara dia selalu di dibuat marah dengan tingkah laku Qiano yang sok pintar, kecakepan dan sombong di depan Qiara.    

  "Kalau begitu pergilah dari sini! Karena aku muak melihatmu. Juga, kamu itu menyebalkan". Kata Qiara dengan sinis.    

  "Aku juga muak melihatmu gadis pecicilan yang menyebalkan. Hahaha ...". Sahut Qiano sambil menjulurkan lidahnya kearah Qiara.    

  "Ahhhhhh ... dasar cowok racun. Pergi sana jangan ganggu aku!". Qiara berteriak kencang setelah itu ia segera bangun dari duduknya dan pergi meninggalkan Qiano. Sedang Qiano terlihat berjalan menyusul Qiara sehingga terjadilah aksi kejar-kejaran.    

  Untuk kesekian kalinya pertengkaran Qiano dan Qiara menjadi topik utama lagi di sekolah. Dafa yang sedang melihat ulah Tom and Jerry itu malah ketawa ketiwi. Padahal Dafa itu cowok yang ditaksir oleh Qiara, menyadari Dafa memperhatikannya pas berantem dengan Qiano, Qiara langsung merasa malu, dengan segera dia bergegas pergi menuju kelasnya.    

  Saat Qiara sedang berjalan menuju kelasnya, tiba-tiba terdengar suara orang yang ingin sekali dia tendang jauh sampai lenyap dari permukaan bumi berlari menghampirinya.    

  "Qiara sayanggg ....!". Teriakan Revan membuat telinga Qiara terasa mau pecah ia bergidik ngeri setiap kali di panggil sayang.    

  Qiara menatap Revan yang berhasil menghalangi jalanya dengan sinis.    

  "Mau apa kamu ikan teri?". Tanya Qiara dengan ketus.     

  "Aku merindukanmu yayang Qiqi, kamu sudah absen 7 hari tanpa memberitahu aku kabarmu". jawab Revan sambil tersenyum nakal.    

  "Eeehhhh ... Dengerin ya ikan teri! Berhenti memanggilku sayang! Dan juga kamu siapanya aku harus laporan dulu kalau aku mau kemana-mana?". sahut Qiara.    

  Revan mengabaikan kemarahan Qiara, secara menurutnya Qiara itu lebih sexi ketika marah. Ia pun semakin semangat membuatnya kesal.     

  " Aku kan calon suamimu sayang jadi wajar aku bertanya. He he ...".    

  Mendengar Revan mengatakan calon suami, Qiara rasanya mau muntah.     

  "Kayaknya percuma ngomong sama ikan teri sepertimu, lebih baik aku segera ke kelas sebelum kepalaku pecah melihat tampangmu yang minta ampun deh".    

  Setelah mengatakan itu, Qiara bergegas meninggalkan Revan, sedang Revan cemberut melihat Qiara meninggalkanya.    

  "Lebih baik aku berhadapan dengan seribu Qiano daripada satu ikan teri seperti si Revan kunyuk itu". Gumam Qiara.    

  Setelah bergumam Qiara berlari kencang menuju kelasnya di lantai dua, tanpa sengaja dia menabrak Natasya di pintu masuk kelas.    

  Sambil menarik nafas Qiara berkata. "Maaf Sya!".    

  Natasya yang hampir jatuh tampak heran melihat Qiara ngos-ngosan.     

  "Kamu habis ngapain ngos-ngosan kayak begitu? Habis di hukum ya? Tapi, ini kan masih pagi".    

  Qiara berdiri tegak tanpa menjawab Natasya, dia malah menarik tangan Natasya kemudian membawanya duduk di kursinya, karena Natasya adalah teman sebangku Qiara dari sejak SD sampai SMA.    

  Qiara, Qiano dan Natasya adalah anak-anak yang tumbuh bersama dari sejak TK sampai SMA. Natasya sahabat baik Qiara sedangkan Qiano musuh abadi Qiara yang selalu bersaing untuk menjadi populer akan tetapi Qiara tidak bisa menyaingi Qiano dari segi prestasi .    

  Natasya memandang Qiara dengan heran seraya berkata. "Tadi habis ngapain?".    

  "Aku sedang berusaha kabur dari monster abal-abal". Jawab Qiara dengan kesal.    

  "Monster abal-abal? siapa?". Tanya Natasya seraya mengerutkan keningnya.    

  "Siapa lagi kalau bukan si Revan yang mirip ikan teri itu".    

  Mendengar nama Revan, tawa Natasya langsung pecah, secara dia tau kalau Revan sudah sejak SMP mengejar-ngejar Qiara, meskipun sering di cuekin dan di marahi tapi dia tidak pernah menyerah.    

  "Haa ha ha ha ... Kamu ketemu Revan pagi-pagi begini?". Tanya Natsya sambil menahan kembali tawanya.    

  Qiara mengangguk kesal. "Anak itu benar-benar berkuping tebal, hatinya terbuat dari apa sih hingga dia kebal banget dari perkataan pedasku? Aku jadi ngeri setiap kali melihatnya".    

  "Ha ha ha ha ... Gak apa-apa kali Ra! Anggap saja Revan itu hiburan. Oh iya, kenapa kamu tidak masuk 7 hari kemarin?".


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.