Istri Kecil Tuan Ju

Di pergoki



Di pergoki

0  Natasya, Lola dan Mia yang baru masuk ke sekolah juga terkejut bukan main melihat pemandangan itu. Sadar dari keterkejutannya, Lola bertepuk tangan.    

  "Yeeee.... ". Lola histeris dan tepukan tangan itu di ikuti oleh semua siswa yang melihatnya.    

  Mendengar tepuk tangan meriah itu Qiara terkejut dari lamunannya, dia menatap Qiano yang sedari tadi memandangnya dengan heran, "Itu suara apa?".    

  Qiano menunjuk ke arah kerumunan dengan santai, Qiara pun mengikuti arah yang di tunjuk Qiano seketika itu matanya terbelalak.    

  "Ya Tuhan apa-apan ini? Qianooooooooo ... Kamu ya!". Qiara merasa malu bukan main, dia berteriak dan memberikan tatapan tajam pada Qiano. Setelah itu ia bergegas turun dari sepeda seraya menutup wajahnya dengan tasnya.    

  "Dasar racun, kamu mau buat aku malu ya hah?". Ucap Qiara seraya memukul Qiano.    

  Qiano berusaha menangkis pukulan Qiara, dan segera berlari meninggalkan area parkir dengan tertawa. Qiara benar-benar merasa kesal, karena Qiano sudah kabur maka sepeda yang tidak bersalah menjadi korban di injak-injak sampai rantainya putus.    

  Melihat Qiara mengamuk semua siswa langsung kembali ke kelas masing-masing karena mereka tidak mau menjadi korban kemarahan Qiara, seperti kejadian dulu waktu dia sedang berantem dengan Qiano, dia melempar sepatunya kearah Qiano tapi sayang yang kena malah Pak Rahmat.    

  "Ra, kenapa lagi?". Tanya Lola dengan sedikit ngeri.    

  Tatapan Qiara menjadi sengit, "Aku akan mencincang tubuh Qiano, awas aja dia nanti!".    

  Setelah mengatakan itu, Qiara mengambil tasnya yang jatuh karena ulah Qiano yang menariknya sewaktu dia memukulnya, karena tali tasnya putus terpaksa Qiara menentengnya dengan PD meninggalkan Lola dan Natasya.    

  "Bukankah tadi sudah baikan? Kenapa sekarang tambah parah?". Lola menggaruk kepalanya dengan bingung.    

  Natasya juga ikut bingung melihat sikap dua teman kecilnya itu, "Aku juga tidak mengerti".    

  Lelah bertanya-tanya mereka bertiga berlari masuk menuju kelas menyusul Qiara yang nampak marah besar.    

  Hari ini adalah pelajaran kimia yang di ampu oleh Buk Anisa. Ia membagi siswanya menjadi beberapa kelompok, satu kelompok terdiri dari empat orang. Sialnya bagi Qiara satu kelompok dengan Qiano.    

  "Buk, apakah kita bisa tukeran kelompok?". Tanya Qiara sambil mengacungkan tangannya.    

  "Tidak bisa".    

  "Tapi buk.. ".    

  "Kalau kamu tidak suka maka kamu boleh keluar dari kelas ini!".    

  "Baiklah aku akan keluar". Kata Qiara dengan santai tanpa ada rasa khawatir sedikitpun.    

  "Kamu keluar dari lelas ini maka Ibu akan pastikan kalau besok Mama mu menerima surat pemberhentianmu". Ucap Buk Anisa seraya berdecak pinggang.    

  Qiara berhenti di depan pintu, dia berfikir kalau ibunya menerima surat itu maka sudah di pastikan dia akan menemukan ibunya di rumah sakit kayak sebelumnya, mungkin kalau Vania masih hidup maka dia tidak akan perduli tapi kini keadaannya berbeda.    

  Dengan lemas Qiara kembali ke tempat duduknya dan menerima satu lelompok dengan Qiano. Ibu Anisa pun langsung tersenyum.    

  Saatnya kerja kelompok, semua siswa masuk keruangan laboraturium dan duduk dengan kelompok masing-masing.    

  "Aaaaa ... Aku gak ngerti. Eh racun bisa ngajarin nggak sih sebenarnya!". Ucap Qiara karena tidak bisa memahami penjelasan Qiano.    

  Sedang dua temanya yang lain berpura-pura tidak perduli dan sibuk dengan bagian mereka masing-masing.    

  "Bukan caraku yang salah tapi otakmu aja yang tumpul". Sahut Qiano dengan tatapan mengejek.    

  "Apa kamu bilang?". Qiara menatap Qiano dengan sinis.    

  "Bersyukurlah kamu satu kelompok denganku setidaknya aku tidak akan membiarkan kelompokmu mendapat nilai jelek!". Bisik Qiano sambil menulis hasil penelitiannya.    

  "Baiklah anak-anak waktunya sudah habis, silahkan buat laporan kalian! Lalu persentasikan di pertemuan selanjutnya dan ingat semua anggota kelompok harus bekerja sama menyusun laporannya". Kata buk Anisa, setelah itu dia meninggalkan ruangan.    

  "Ya buk!". Jawab semua siswa secara bersamaan.    

  Setelah itu mereka semua meninggalkan ruangan laboratorium, Mia, Natasya dan Lola mengejar Qiara yang lebih dulu keluar dengan kesal.    

  "Kak Qiara, bisa kita bicara?". Intan tiba-tiba mendekati Qiara.    

  Ekspresi Qiara menjadi rumit ketika melihat Intan sok dekat dengannya, "Katakan!".    

  "Enggak di sini tapi kak". Kata Intan.    

  Qiara menjepit alisnya, dia benar-benar muak melihat wajah sok polosnya Intan. "Kalau enggak di sini maka tidak ada tempat yang lain". Intan merasa frustasi menghadapi sikap menyebalkanya Qiara, akhirnya ia mengiyakan permintaan Qiara. "Oke kita bicara di sini!".    

  "Kamu punya waktu satu menit". Ucap Qiara seraya menyeringai kearah Intan.    

  "Tolong jauhi kak Qiano!". Kata Intan dengan jelas dan terang.    

  Mendengar permintaan Intan, Qiara menyipitkan matanya, "Siapa kamu berani memerintahku?".    

  "Aku Intan, gadis yang di cintai oleh kak Qiano, dan kakak jangan kira aku akan mengaku kalah hanya karena kakak berhasil merusak nama baik ku!". Kata Intan dengan berani.    

  Qiara menarik nafas dalam, dia tersenyum pahit mendengar bualan Intan.    

  "Eh gadis grepek! Aku peringatkan padamu, aku itu bukan lawanmu, soal kamu dan Qiano aku tidak perduli, dan saran saya sih kamu harus segera bangun dari mimpimu karena kamu tidak akan bisa mendapat cinta Qiano secara kamu tidak lebih dari sekedar sampah yang bermuka dua".    

  "Ternyata benar kata semua teman-teman, kalau kakak itu adalah wanita bar-bar yang tidak ada bedanya dengan parasit yang harus segera di singkirkan sebelum merusak nama baik sekolah". Kata Intan seraya tersenyum licik.    

  "Kamu benar! Qiara memang parasit di sekolah ini". Ucap Qiano menimpali perkataan Intan. Qiara dan Intan pun langsung menoleh kearaahnya yang tiba-tiba sudah ada diantara mereka. Semua teman-temannya juga mulai berkumpul untuk menyaksikan debat terbuka itu.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.