Istri Kecil Tuan Ju

Tamu Cewek



Tamu Cewek

0  Tidak lama setelah itu, Qiara sampai di depan rumah Qiano dengan perasaan yang campur aduk.     

  Muncul rasa malu sekaligus bingung antara masuk atau tidak. Karena dia ingat banget bagaimana sikap buruknya pagi tadi pada Qiano.     

  "Masuk apa tidak ya?, Tapi kalau tidak masuk, nanti aku dianggap kalah.     

  Ahhh ... Apapun yang terjadi, janji tetaplah janji. Aku harus tetap menemui dia sebelum aku di tertawakan". Batin Qiara setelah berdebat dengan perasaannya.    

  Qiara pun menarik nafas dalam lalu membuka gerbang rumah Qiano. Tepat saat itu ia melihat motor Qiano ada di luar, hatinya pun merasa lega.     

  "Assalamu'alaikum". Qiara mengetuk pintu tiga kali sambil mengucap salam. Tidak lama setelah itu pintu rumah Qiano terbuka. "Waalaikumsalam ...kamu cari siapa?". Tanya Kakak Qiano yang kebetulan ada di rumah.     

  "Saya Qiara teman sekolahnya Qiano, Apakah Qiano ada di rumah?". Jawab Qiara dengan sopan dan senyum menghiasi wajahnya. "Qiara? Wahhh ... Nama kalian mirip ya? Hehe ... ".    

  Nayla cukup kaget mendengar nama teman sekolah adiknya yang begitu mirip. "Iya Hehe ...".    

  Ucap Qiara dengan malu-malu. "Ya sudah. Kamu duduk saja dulu! saya akan panggilkan Qiano dulu". Ucap Nayla dengan ramah. Setelah itu dia masuk ke kamar Qiano.     

  Sedangkan Qiara memilih duduk di teras karena lebih adem. "Untung kamu datang, ini ponselnya!". Ucap Qiano sambil menjulurkan ponselnya seraya bernafas lega ketika melihat Nayla masuk ke kamarnya.     

  Nayla terlihat cemberut melihat Qiano. "Kamu kok cepat sekali ngobrolnya sama Nana?". Tanya Nayla sambil meraih ponselnya. "Karena tidak ada yang penting". Jawab Qiano sambil membuka bukunya seolah tidak peduli dengan kedatangan Nayla.    

  "Ohhh ... Begitu. Ummm ... Di luar ada yang nyari kamu. Pacar kamu ya?". Kata Nayla sambil berbisik di telinga Qiano seraya tersenyum jahil.     

  Mendengar perkataan kakaknya. Qiano menjepit alisnya karena heran ada cewek yang mencarinya. Sebab ia tidak pernah kedatangan teman cewek sebelumnya.     

  "Pacar dari mana? Aku tidak punya. Memangnya dia tidak menyebutkan namanya?". Tanya Qiano masih dengan mengabaikan kakaknya yang berdiri di belakangnya.     

  "Bagus kalau kamu tidak punya pacar. Kamu bisa tetap fokus belajar. Kalau tidak salah nama cewek di luar itu adalah Qiara". Jelas Nayla.     

  "Qiara? kamu tidak salah dengar?". Tanya Qiano dengan setengah percaya sambil bangun dari duduknya lalu berbalik menatap kakaknya".     

  Ekspresinya biasa saja dong!, Tapi, kayaknya kamu bahagia banget di datangi oleh Qiara". Goda Nayla sambil senyum-senyum.     

  Tanpa menjawab Nayla, Qiano bergegas menuju pintu kamarnya. "Qiano, tunggu dulu! Kamu yakin mau keluar dengan menggunakan celana celana dalam seperti itu?, Seksi sekali". Kata Nayla mencoba menghentikan adik nya.     

  Mendengar kata-kata Nayla. Qiano berhenti di depan pintu kamar nya. Setelah itu ia menunduk kebawah memperhatikan apa yang dia kenakan. "Ohh astaga! Kalau cewek pecicilan itu melihat aku menggunakan celana dalam. Dia pasti mengejek ku habis-habisan". Batin Qiano sembari menepuk jidatnya.     

  "Cie ... Yang salah tingkah. HeHe ... ". Melihat ekspresi adiknya, Nayla langsung terkekeh geli.    

  "Ahhh .... kamu kenapa menggodaku terus? Sebaiknya kamu keluar sekarang dari kamarku! Aku mau siap-siap". Ucap Qiano dengan kesal sambil mendorong pelan Nayla keluar dari kamarnya.    

  Ya ampun .... Tidak terasa adiknya sekarang sudah beranjak dewasa. Semoga dia tidak salah cari pacar". Batin Nayla sambil senyum-senyum ketika ia diusir dari kamar adiknya sendiri.     

  Tidak lama setelah itu. Qiano keluar menemui Qiara yang duduk dengan manis di teras depan rumahnya.     

  "Ra, tumben kamu kesini. Ada apa?". Tanya Qiano sambil duduk di samping Qiara.    

  Mendengar suara itu Qiara langsung menoleh ke arah sampingnya. Seketika itu ia tertegun melihat wajah Qiano yang tampak berseri dengan rambut yang masih basah.     

  "Ra, kenapa kamu diam? Apa kamu terpesona padaku?". Tanya Qiano sambil menepuk pundak Qiara yang tertegun melihatnya.     

  "Haha ... Kamu terlalu kepedean. Ahh .. Aku kesini untuk menanyakan tentang kesepakatan kita untuk belajar bareng. Jadi apa enggak?". Tanya Qiara dengan pipi yang hampir memerah.    

  "Jadi jika kamu mau". Jawab Qiano tanpa ekspresi. "Mau dong. Kalau begitu, ayo berangkat!". Ucap Qiara dengan semangat.    

  "Sekarang?". Tanya Qiano sambil mengerutkan keningnya. "Iyalah sekarang. Masak besok?, Keburu kita semester dong". Jawab Qiara dengan cemberut.    

  "Baiklah kalau begitu. Aku akan ambil tas dan kunci motor dulu!". Kata Qiano seraya berdiri.     

  "Ehh ... Ngapain pakai motor? Aku bawa sepeda". Kata Qiara menghentikan Qiano.     

  "Sepedamu taruh saja disini. Kita pakai motor saja biar cepat". Setelah mengatakan itu, Qiano pun bergegas masuk kedalam rumahnya. Qiara hanya menghembuskan nafas ringan mendengar perkataan Qiano yang dia pikir ada benarnya juga.    

  "Ayok!". ajak Qiano ketika dia keluar dari rumah lalu berjalan menuju motornya.    

  Qiara pun mengikuti Qiano dengan patuh. Tidak lama kemudian, mereka sudah meninggalkan rumah Qiano. Untuk pertama kalinya Qiano bonceng cewek dengan perasaan yang campur aduk. Begitupun Qiara yang selalu merasa nyaman setiap Qiano terlihat tenang dan tidak membuat dia merasa kesal.     

  Perjalan ke rumah Abah Ujang cukup jauh dari rumah Qiano. Namun, mereka menikmati berada diatas motor berdua dengan ditemani udara hangat di bawah langit kota romantis itu dengan saling memendam perasaan. "Semesta tampak mengerti perasaan yang ada di dalam hatiku. Tapi, mungkinkah aku dan Qiara bisa seperti ini setiap hari? Sungguh aku ingin mengatakan kalau aku merasakan rindu bahkan saat dia sedekat ini denganku. Aku juga ingin mengatakan kalau aku bahagia setiap ada di dekatnya. Jika dia terluka karena itu maka disitulah kesedihanku dalam mencintai". Batin Qiano yang mendadak menjadi romantis.     

  "Awas ... ". Teriak Qiara ketika melihat motor yang ngebut dari arah berlawanan. Tanpa sadar Qiara memegang erat pinggang Qiano karena dia terkejutnya dan ia mengira mereka akan bertabrakan.     

  Sementara itu, mendengar suara teriakan Qiara. Qiano langsung memperlambat laju motornya karena ia juga merasa kaget melihat pengendara itu.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.