Istri Kecil Tuan Ju

Mencari Aman



Mencari Aman

0  Siang itu, Qiara pulang ke rumah dengan letih, sesampainya di ruang tamu dia langsung merebahkan tubunhya.    

  Renata mengerutkan keningnya melihat putrinya pulang lebih awal. "Sayang tumben pulang cepat, biasanya main dulu baru pulang?".    

  Qiara mengabaikan pertanyaan Mama, dia malah menjulurkan surat dari sekolah.    

  "Apa ini?". Tanya Renata heran.    

  "Buka aja Ma! Oh ya, Qiqi masuk kamar dulu mau istirahat!". Demi mencari aman dari omelan Mama. Qiara langsung meninggalkan ruang tamu sebelum Mama membaca surat itu.    

  "Qiaraaaaa.... ". Renata berteriak setelah membaca surat yang diberikan Qiara.    

  Di dalam kamar Qiara sedang asyik main game sambil mendengarkan musik jelas saja dia tidak mendengar suara teriakan ibunya.    

  "Qiqi keluar kamu, mama mau bicara!". Renata berusaha mengetuk pintu kamar Qiara, tapi tidak ada sautan, akhirnya Renata mengambil kunci cadangan, segera setelah itu pintu kamar Qiara terbuka.    

  Melihat Qiara sibuk main game sambil mendengarkan musik, ekspresi Renata menjadi gelap, dengan kasar dia segera mengambil handphon Qiara, "Kalau orang tua manggil itu jangan pura-pura budek".    

  Qiara mendongak kaget melihat ibunya sudah ada di sampingnya, "Apa lagi sih Ma? Qiqi lagi sibuk main malah Mama ambil handphonku".     

  "Mulai hari ini handphonmu Mama sita". Qiara tampak kesal dan cemberut. "Memangnya kenapa Ma?".    

  "Kamu masih nanya kenapa?Kamu di skors untuk kesekian kalinya. Sekarang selama dua minggu apakah itu bukan masalah bagimu hah?". Renata mulai hilang kesabaran menghadapi ke nakalan Qiara.    

  "Qiqi, sebenarnya apa sih yang kamu mau nak? Mama sudah kehilangan akal untuk menghadapimu, kapan kamu bisa berubah?". Lanjut Renata dengan nada sedih.    

  Qiara hanya menunduk, dia tidak tau harus berkata apa, melihat tidak ada respon dari Qiara, Renata merasa putus asa, setelah itu dia meninggalkan kamar Qiara sambil memegang kepalanya.    

  Seharian Qiara berdiam diri di kamarnya, ia tidak bisa melakukan apa-apa karena handphonnya di sita.    

  Hari menjelang malam tiba-tiba Renata masuk ke kamar Qiara sambil menyodorkan handphonnya, langsung saja Qiara merasa senang.    

  "Apakah handphonku sudah waktunya kembali Ma?".    

  "Suamimu mau bicara!". Kata Renata, setelah itu dia meninggalkan kamar Qiara membiarkannya bicara berdua dengan suaminya, langsung saja Qiara mengambil handphonnya dengan malas.    

  "Ada apa?".    

  "Kata Mama kamu di skors?".    

  "Ada masalah buatmu?". Qiara merasa kesal karena Julian mulai ikut campur dengan urusannya.    

  "Boleh aku tau kenapa kamu di skors?".    

  Mendengar pertanyaan Julian, Qiara nampak berfikir kalau sebenarnya dia memang butuh bicara dengan seseorang tapi apa harus itu Julian.    

  "Aku hanya ingin nolong sahabatku, kasian kalau dia yang di skors pasti ayahnya memukulnya, kamu percaya atau tidak aku tidak perduli!". Setelah fikir panjang, entah mengapa Qiara akhirnya mau menceritakannya ke Julian lelaki yang tidak pernah dia inginkan itu.    

  "Aku mengerti. Pokonya, besok kamu harus tetap ke sekolah!".    

  Qiara terkejut mendengar perkataan Julian, bukankah dia tau kalau Qiara sedang di skors? Kenapa dia malah memintanya ke sekolah besok?    

  "Ngapain aku ke sekolah? Kamu kan tau kalau aku lagi di skors?".    

  "Percaya padaku! Besok kamu harus pergi ke sekolah dan aku pastikan tidak ada yang bisa menskors mu kecuali kalau kamu memang salah baru kamu pantas menerimanya!".    

  "Bagaimana bisa kamu melakukannya?". Tanya Qiara karena ia belum bisa memahami cara berfikir Julian.    

  "Jangan banyak berfikir! Lebih baik sekarang kamu tidur lebih awal biar besok tidak telat sekolahnya! Dan tolong jangan buat Mama pusing lagi! Kasian beliau sudah tua, jangan sampai kamu menyesal jika Mama meninggalkanmu tiba-tiba! Ya sudah, aku harus kembali bekerja, Assalamualaikum!".    

  "Waalaikumslaam". Jawab Qiara dengan nada lemah.    

  Perkataan terakhir Julian mebuat Qiara termenung dan mengeluarkan air mata. Karena kalimat itu membuatnya teringat akan semua sikap buruknya pada Mama. Sungguh dia sangat takut jika di tinggalkan oleh Mamanya.    

  Memikirkan hal mengerikan seperti itu, Qiara turun dari tempat tidur dan bergegas keluar menuju kamar Mama.    

  "Qiara sayang ... banget sama Mama! Maafin Qiara ya kalau Qiara sudah sering membuat Mama marah dan sedih!". Ucap Qiara sembari memeluk Renata dengan erat ketika ia sudah berada di dalam kamar Mama nya.    

  Renata tersenyum melihat putrinya yang sulit di ataur tiba-tiba minta maaf dengan begitu tulus, dia bisa menebak kalau Julian sudah mengatakan sesuatu pada Qiara sehingga Qiara bisa datang dan memeluknya dengan manja.    

  "Sayang, Mama sudah memaafkanmu sebelum kamu minta maaf! Ya sudah, apa kamu mau tidur sama Mama?". Tanya Renata sambil tersenyum dan mencium kening Qiara .    

  Qiara dengan manja langsung mengangguk, "Iya, aku juga harus bangun pagi besok biar tidak telat sekolahnya".    

  "Sekolah? Bukanya kamu di skors?". Tanya Renata dengan heran.    

  "Aku juga bingung, tapi Julian bilang besok aku harus tetap pergi ke sekolah". Jawab Qiara dengan polosnya.    

  Renata tersenyum, dia tau kalau Julian tidak hanya baik tapi pintar dalam banyak hal, "Waahhhh ada yang mulai patuh nih sama suaminya. Itu baru bagus, seorang istri memang harus mematuhi suaminya, kalau tidak Tuhan bisa marah loh sama si istri itu".    

  Qiara tampak berfikir, "Benarkah begitu Maa? Tapi kan Julian hanya suami banyangan Qiqi aja Ma?".    

  "Kamu mau anggap apapun pernikahanmu dengan Julian, tapi di mata Allah kamu itu tetap istri sahnya". Jelas Renata.    

  "Aaahhh ... Qiqi malas ngomongin Julian, lebih baik kita tidur aja ya Ma!". Setelah mengatakan itu Qiara merebahkan dirinya di samping Mama.    

  Renata hanya bisa menarik nafas karena sebenarnya dia cukup paham kalau putrinya masih remaja dan harus pelan-pelan kalau mau menasehatinya.    

  Keesokan paginya.    

  Qiara berjalan melewati parkiran sepeda motor, tidak sengaja dia berpapasan dengan Qiano dan Demian. Qiara memalingkan muka saat melihat Qiano melempar senyuman padanya.    

  "Pagi cewek! Kok sekolah katanya lgi di skors?". Tanya Demian sambil tersenyum mengejek.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.